Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI

BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU


Oleh:
Edi Rismawan
(edi_rismawan@yahoo.com)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) gambaran Supervisi Kepala Sekolah (2) gambaran Motivasi
Berprestasi Guru; (3) gambaran Kinerja Mengajar Guru;(4) pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi
Berprestasi Guru, (5) pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru, (6) pengaruh Supervisi
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru, (7) Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi
Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Supervisi Kepala Sekolah berada pada
kategori baik, (2) Motivasi Berprestasi Guru berada pada kategori baik, (3) Kinerja Mengajar Guru berada pada
kategori baik,(4) Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi Berprestasi Guru (Y 1), (5)
Motivasi Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y 2), (6) Supervisi Kepala Sekolah
(X) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y 2), (7) Supervisi Kepala Sekolah (X) dan Motivasi
Berprestasi Guru (Y1) secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y 2).

Kata Kunci : Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi Guru, Kinerja Mengajar Guru.

Abstract

The purpose of this study was to determine (1) description of the Principal Supervision (2) description of the
Achievement Motivation of Teachers; (3) description of Teachers' Teaching Performance, (4) the effect of the Principal
Supervision of the Teacher Achievement Motivation, (5) the effect of Achievement Motivation on the Performance of
Teachers Teaching Teachers, (6) the effect of the Principal Supervision of the Teacher's Teaching Performance, (7)
effect of Supervising Principal and Achievement Motivation of Teachers to Teaching Performance of Teachers. The
results showed that (1) Supervising Principal are in the good category, (2) Achievement Motivation of Teachers are in
the good category, (3) Teaching Performance of Teachers are in the good category, (4) Supervising Principal (X)
positive effect on Achievement Motivation Teacher (Y1), (5) Teacher Achievement Motivation (Y1) positive effect on the
Performance of Teaching Teachers (Y2), (6) Supervising Principal (X) positive effect on the Performance of Teaching
Teachers (Y2), (7) Supervising Principal (X) and Achievement Motivation Teacher (Y 1) is jointly positive effect on the
Performance of Teaching Teachers (Y2).

Keywords: principal supervision , the achievement motivation of teachers, teachers' teaching performance

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kunci untuk Peraturan Menteri Pendayagunaan


meningkatkan sumber daya manusia Indonesia Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 16 Tahun
yang unggul. Oleh karena itu, profesi guru 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
menjadi sangat menentukan sebagai ujung tombak Kreditnya Pasal 5 Ayat 1 menjelaskan bahwa
pembangunan sumber daya manusia Indonesia tugas utama Guru adalah mendidik, mengajar,
yang berkualitas dan unggul. Untuk mewujudkan membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
sumber daya manusia yang berkualitas dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
unggul, pemerintah sebagai regulator mempunyai usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
kewajiban untuk mencetak para guru yang dasar, dan pendidikan menengah serta tugas
berkualitas dan unggul pula. tambahan yang relevan dengan fungsi
Arah kebijakan pemerintah untuk sekolah/madrasah. kemudian pasal 6
mendorong terwujudnya hal tersebut salah menyebutkan kewajiban Guru dalam
satunya berupa Undang-Undang Nomor 14 Tahun melaksanakan tugas adalah:
2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Pasal 1 a. Merencanakan pembelajaran/bimbingan,
Ayat 1 menjelaskan bahwa guru adalah pendidik melaksanakan pembelajaran/ bimbingan yang
profesional dengan tugas utama mendidik, bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, pembelajaran/ bimbingan, serta melaksanakan
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pembelajaran/perbaikan dan pengayaan;
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, b. Meningkatkan dan mengembangkan
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. kualifikasi akademik dan kompetensi secara
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 114
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan effects of ability and motivation on performance
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; are not additive but multiplicative. People need
c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas both ability and motivation to perform well, and if
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, either ability or motivation is zero there will be no
dan kondisi fisik tertentu, latar belakang effective performance. Sedangkan Fauza (2010)
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
didik dalam pembelajaran; mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang- pendidikan guru, supervisi pengajaran, program
undangan, hukum, dan kode etik Guru, serta penataran, iklim yang kondusif, sarana dan
nilai agama dan etika; dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kepemimpinan kepala sekolah, jaminan
kesatuan bangsa. kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala
VHNRODK´
Dari sekian banyak faktor yang dapat
Ciri utama dari berhasilnya membentuk
mempengaruhi kinerja mengajar guru di sekolah
guru yang berkualitas dan unggul dengan kata lain
adalah supervisi dan motivasi. Menurut
profesional di bidangnya adalah terwujudnya
(QJNRVZDUD GDQ .RPDULDK ³VXSHUYLVL
pendidikan yang bermutu. Operasionalnya dapat
dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh
kita lihat pada Business Core sistem pendidikan
orang yang ahli/profesional dalam bidangnya
nasional, yaitu kegiatan belajar mengajar atau
sehingga dapat memberikan perbaikan dan
pembelajaran. Dengan demikian, kinerja mengajar
peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat
guru di sekolah akan sangat menentukan terhadap
GLODNXNDQ GHQJDQ EDLN GDQ EHUNXDOLWDV´
terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu.
Sedangkan pengertian motivasi menurut Luthan
Namun sampai saat ini, kinerja mengajar
(2011) menjelaskan bahwa Motivation is a
guru di Indonesia masih belum mencapai pada
process that starts with physiological and
taraf yang memuaskan walaupun berbagai
psychological deficiency or need that activates a
program telah pemerintah gulirkan. Hal ini dapat
behavior or a drive that is aimed at goal or
dilihat dari data Bappenas (Muslim, 2013)
incentive.Thus, the key to understanding the
menyebutkan bahwa hasil survey yang dilakukan
process of motivation lies in the meaning of, and
oleh UNESCO untuk kualitas kinerja guru di
relationship among, need, drives, and incentives.
Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara
Kepala sekolah sebagai pimpinan
berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
langsung di sekolah, tentunya sangat mengetahui
mengajar guru di Indonesia masih belum sesuai
situasi dan kondisi sekolah yang sebenarnya.
dengan yang dicita-citakan. Dengan kata lain,
Selain itu, kepala sekolah juga mengetahui
sebagian guru di Negara kita belum optimal
kekurangan dan kelebihan para guru. Oleh karena
melaksanakan kinerja mengajarnya sesuai dengan
itu, kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk
yang diharapkan.
melakukan supervisi terhadap para guru yang
Keadaan seperti ini juga terjadi di
berada di sekolahnya tanpa terkecuali.
Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Supervisi kepala sekolah sangatlah
UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari
penting untuk memperbaiki dan meningkatkan
Kabupaten Bandung, yaitu tempat peneliti
kinerja mengajar guru. Seorang kepala sekolah
melakukan penelitian. Berdasarkan data hasil
harus benar-benar memahami dan melaksanakan
supervisi tahunan dari pengawas TK dan SD
fungsi supervisi dengan benar dan tepat di sekolah
menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru masih
yang dia pimpin. Adapun fungsi supervisi
harus lebih ditingkatkan lagi, baik dari
pendidikan menurut Engkoswara dan Komariah
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
(2011: 229-230) terdiri dari (1) fungsi penelitian,
proses pembelajaran, dan penilaian terhadap
(2) fungsi penilaian, (3) fungsi perbaikan, dan (4)
peserta didik. Walaupun demikian, masih banyak
fungsi pengembangan.
guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan
Selain faktor eksternal seperti supervisi
dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan
kepala sekolah, faktor internal yang ada pada diri
Kertasari Kabupaten Bandung yang kinerja
seorang guru seperti adanya motivasi berprestasi
mengajarnya patut diapresiasi.
sangat menentukan terhadap peningkatan kinerja
Banyak faktor yang mempengaruhi
mengajar guru. Konsep motivasi berprestasi
kinerja mengajar guru. Vroom (Amstrong, 2009:
merupakan teori kebutuhan yang dikemukakan
32) mengemukakan bahwa suggested that
oleh David McClelland dan rekan-rekannya. Teori
performance is a function of ability and
ini menjelaskan tiga jenis kebutuhan manusia,
motivation as depicted in the formula:
yaitu: kebutuhan untuk berprestasi (need for
3HUIRUPDQFH ¦ DELOLW\ î PRWLYDWLRQ 7KH
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 115
achievement), kebutuhan untuk kekuasaan (need WLQGDNDQQ\D´ Moeherino (2009:61) menjelaskan
for power), dan kebutuhan untuk afiliasi (need for bahwa kinerja atau performance dapat
affiliation). McClelland (Gibson et al, 2000: 136) disimpulkan sebagai hasil kerja yang dapat
PHQMHODVNDQ EDKZD µwhen a need is strong in a dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
person, its effect is to motivate her to use behavior dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif
leading to its satisfaction. For example, a worker maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan
with a high n Ach would set challenging goal, tugas tanggung jawab masing-masing, dalam
work hard to achieve the goals, and use skills and upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
DELOLWLHV WR DFKLHYH WKHP¶. Apabila penjelasan secara legal , tidak melanggar hukum dan sesuai
McClelland tersebut dikaitkan dengan sosok dengan moral maupun etika.
seorang guru, maka karakteristik seseorang guru Kaitannya dengan guru, menurut Supardi
yang mempunyai motivasi berprestasi di ´NLQHUMD JXUX PHUXSDNDQ NHPDPSXDQ
antaranya adalah (1) senang dengan pekerjaan seorang guru dalam melaksanakan tugas
yang menantang untuk menciptakan pembelajaran pembelajaran di madrasah dan bertanggung jawab
yang efektif, (2) bekerja keras untuk atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan
meningkatkan pembelajaran yang bermakna, dan meningkatkan prestasi beODMDU SHVHUWD GLGLN´
(3) senantiasa meningkatkan keterampilan juga Suharsaputra (2010: 176) menjelaskan bahwa
kemampuan supaya proses pembelajaran berjalan ³SDGD KDNLNDWQ\D NLQHUMD JXUX DGDODK SHULODNX
dengan baik. yang dihasilkan seorang guru dalam
Paparan di atas tentunya menarik untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan
dikaji dan diteliti lebih dalam kaitannya dengan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai
kinerja mengajar guru di lapangan yang selama ini dengan kriteria terWHQWX´ 6HGDQJNDQ 5DVWR
menjadi perhatian berbagai pihak, yang dalam 22) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
kenyataannya belum berbanding lurus dengan apa ³NLQHUMD PHQJDMDU JXUX DGDODK XQMXN NHUMD JXUX
yang diharapkan. Faktor supervisi kepala sekolah dalam mengelola pembelajaran sebagai realisasi
dan motivasi berprestasi guru merupakan dua kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya
faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi, berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan
kaitannya dengan kinerja mengajar guru. Oleh kesungguKDQ´
karena itu, peneliti sangat tertarik untuk Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
melakukan penelitian yang dituangkan dalam maka dalam penelitian ini kinerja mengajar guru
judul: ³3HQJDUXK 6XSHUYLVL .HSDOD 6HNRODK GDQ diartikan sebagai penampilan kerja seorang guru
Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja dalam pembelajaran sebagai realisasi dari
Mengajar Guru di Kecamatan Kertasari kompetensi yang dimilikinya untuk memperoleh
.DEXSDWHQ %DQGXQJ´ hasil belajar peserta didik yang optimal.
Dalam Webster New School and Office Vroom (Amstrong, 2009: 32)
Dictionary 6XKDUVDSXWUD ³NLQHUMD mengemukakan bahwa suggested that
merupakan terjemahan GDUL NDWD ³SHUIRUPDQFH´ performance is a function of ability and
(job performance). Secara etimologis motivation as depicted in the formula:
performance EHUDVDO GDUL NDWD ³WR SHUIRP´ yang 3HUIRUPDQFH ¦ DELOLW\ î PRWLYDWLRQ 7KH
EHUDUWL PHQDPSLONDQ DWDX PHODNVDQDNDQ´ effects of ability and motivation on performance
Selanjutnya Suharsaputra (2010:145) are not additive but multiplicative. People need
PHQJHPXNDNDQ GHILQLVL NLQHUMD \DLWX ³VXDWX both ability and motivation to perform well, and if
kemampuan kerja atau prestasi kerja yang either ability or motivation is zero there will be no
diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk effective performance. Hal tersebut berarti bahwa
PHPSHUROHK KDVLO NHUMD \DQJ RSWLPDO´ 6XSDUGL kinerja merupakan fungsi dari kemampuan dan
PHQMHODVNDQ EDKZD ³NLQHUMD DGDODK motivasi seperti digambarkan dalam rumus:
hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang Kinerja= f (kemampuan x motivasi). Efek dari
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan kemampuan dan motivasi bukan merupakan
berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan penjumlahan, akan tetapi merupakan perkalian.
waktu yang disesuaikan dengan jenis Orang-orang butuh kemampuan ataupun motivasi
pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika mempunyai kinerja yang baik. Jika kemampuan
\DQJ WHODK GLWHWDSNDQ´ atau motivasi bernilai nol, maka kinerja tidak akan
Suwatno dan Priansa (2011:196) efektif. Jadi pendapat Vroom ini menjelaskan
PHQMHODVNDQ EDKZD ³.LQHUMD DWDX SUHVWDVL NHUMD bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor
merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut kemampuan dan motivasi. Kedua faktor inilah
ukuran yang berlaku , dalam kurun waktu tertentu, yang akan menentukan baik buruknya kinerja
berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan seseorang.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 116


Amstrong (2009: 32) mengemukakan landasan pendidikan; (6) merencanakan program
bahwa ³$ IRUPXOD IRU SHUIRUPDQFH ZDV pengajaran; (7) memimpin kelas ; (8) mengelola
originated by Blumberg and Pringle (1982). Their interaksi belajar mengajar; (9) melakukan
equation was: Performance = individual penilaian hasil belajar siswa; (10) menggunakan
attributes × work effort × organizational berbagai metode dalam pembelajaran; (11)
VXSSRUW´ Hal ini berarti bahwa sebuah rumus memahami dan melaksanakan fungsi dan layanan
kinerja diperkenalkan oleh Blumberg dan Pringle. bimbingan penyuluhan; (12) memahami dan
Rumus mereka adalah Kinerja = Individual atribut menyelenggarakan administrasi sekolah; (13)
x usaha kerja x dukungan organisasi. Apabila kita serta memahami dan dapat menafsirkan hasil-hasil
peratikan dengan seksama, maka motivasi masuk penelitian untuk peningkatan kualitas
pada faktor individual atribut, sedangkan supervisi pembelajaran.
kepala sekolah masuk pada faktor dukungan Dalam penelitian ini, yang menjadi
organisasi. indikator kinerja mengajar guru terdiri dari: (1)
Supardi (2013: 52) menyebutkan bahwa kemampuan merencanakan proses belajar
³EDQ\DN IDNWRU GDQ YDULDEHO \DQJ PHPSHQJDUXKL mengajar, (2) melaksanakan dan
kinerja guru. Faktor-faktor tersebut bisa berasal memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (3)
dari dalam diri yaitu faktor individu dan faktor menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4)
psikologis, dan juga dapat berasal dari luar atau menguasai bahan pelajaran.
IDNWRU VLWXDVLRQDO´ 6HGDQJNDQ )DX]D Engkoswara dan Komariah (2011: 228)
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³VXSHUYLVL SHQGLGLNDQ
mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat dikenal dengan sebutan ³LQVWUXFWLRQDO
pendidikan guru, supervisi pengajaran, program VXSHUYLVLRQ´ DWDX ³L´ dipandang sebagai kegiatan
penataran, iklim yang kondusif, sarana dan yang ditujukan untuk memperbaiki dan
prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya meningkatkan mutu proses dan hasil
kepemimpinan kepala sekolah, jaminan SHPEHODMDUDQ´ 6HGDQJNDQ 'DQLP GDQ .KDLULO
kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala PHQMHODVNDQ EDKZD ³VHFDUD
VHNRODK´ etimologi, istilah supervisi berasal dari bahasa
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, LQJJULV ³VXSHUYLVLRQ´ yang berarti pengawasan.
maka di antara faktor yang dapat mempengaruhi Pelaku atau pelaksananya disebut supervisor dan
kinerja mengajar guru adalah supervisi kepala orang yang disupervisi disebut subjek supervisi
sekolah dan motivasi berprestasi guru. Apabila atau VXSHUYLVHH´ Selanjutnya Engkoswara dan
kepala sekolah melaksanakan supervisi dengan .RPDULDK PHQMHODVNDQ EDKZD ³VHFDUD
baik sesuai dengan asa, tujuan, fungsi, dan teknik PRUIRORJL ³VXSHUYLVL´ WHUGLUL GDUL GXD NDWD \DLtu
yang benar, maka para guru akan merasa nyaman. ³VXSHU´ \DQJ EHUDUWL DWDV DWDX OHELK GDQ ³YLVL´
Perasaan nyaman dengan suasana yang kondusif PHPSXQ\DL DUWL OLKDW SDQGDQJ WLOLN DWDX DZDVL´
dan bersahabat inilah yang akan dapat Pengertian supervisi pendidikan menurut
meningkatkan motivasi guru. Apabila guru sudah Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
termotivasi, maka kinerja mengajarnya pun akan (2010: 299) adalah bimbingan profesional bagi
meningkat. guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud
0HQXUXW 6D¶XG VHRUDQJ JXUX adalah segala usaha yang memberikan
dalam proses belajar mengajar, minimal harus kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang
memiliki empat kemampuan, yakni (1) secara profesional, sehingga mereka lebih maju
kemampuan merencanakan proses belajar lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
mengajar, (2) melaksanakan dan memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (3) murid-murid. Kaitannya dengan orang yang
menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menjadi supervisor pendidikan, maka Dasrizal
menguasai bahan pelajaran. Sementara itu PHQMHODVNDQ EDKZD ³VXSHUYLVL DGDODK
Mulyasa (2013: 103) menyebutkan bahwa serangkaian usaha pemberian bantuan kepada
³NLQHUMD JXUX GDODP SHPEHODMDUDQ EHUNDLWDQ guru dalam bentuk layanan profesional yang
dengan kemampuan guru dalam merencanakan, diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran, baik kepala sekolah, dan Pembina lainnya) guna
\DQJ EHUNDLWDQ GHQJDQ SURVHV PDXSXQ KDVLOQ\D´ meningkatkan mutu proses dan hasil belajar
Uno dan Lamatenggo (2012: 70) PHQJDMDU´
menyatakan bahwa indikator kinerja guru yaitu Suhardan (2010: 200) menyebutkan
(1) menguasai bahan; (2) mengelola proses belajar EDKZD ³VXSHUYLVL GDUL VHPXOD \DQJ EHURULHQWDVL
mengajar; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan pada perbaikan fasilitas mengajar di dalam kelas
media atau sumber belajar; (5) menguasai berdasarkan instruksi atasan, berubah ke arah

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 117


penyediaan kondisi dan situasi kegiatan akademik guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara
yang menguntungkan guru yang akan mengajar maksimal dalam bidang profesinya (keahlian)
dan murid yang akan belajar. Selanjutnya Sutisna meningkatkan ³DFKLHYHPHQW PRWLYH´ (6)
(Suhardan: 2010:200) mengatakan bahwa membantu pimpinan sekolah untuk
pemahaman supervisi telah berubah dan bergeser mempopulerkan sekolah kepada masyarakat
ke arah yang lebih luas, ke arah menciptakan dalam mengembangkan program-program
kondisi-kondisi esensial di sekolah agar tercipta pendidikan ; (7) membantu kepala sekolah dan
budaya sekolah yang merangsang terjadinya guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya
semangat mengajar yang bermutu. Semua guru dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas
merasa termotivasi untuk meningkatkan semangat perkembangan peserta didik, dan; (8)
NHUMD GDODP VXDVDQD ³/HDUQLQJ 2UJDQL]DWLRQ´ mengembangkan esprit de corps, guru-guru, yaitu
karena iklimnya memungkinkan. adanya rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, antar guru.
maka dapat disimpulkan bahwa supervisi kepala Engkoswara dan Komariah (2011: 229-
sekolah merupakan suatu bentuk layanan, 230) menjelaskan bahwa fungsi supervisi
bimbingan, bantuan, dan pengawasan yang pendidikan adalah sebagai berikut: (1) fungsi
dilakukan oleh kepala sekolah untuk penelitian (Research); bahwa supervisor tidak
mengembangankan, memperbaiki, dan bekerja atas prasangka, tetapi menempuh prosedur
peningkatan kualitas mengajar guru. yang tepat seperti merumuskan dulu masalah apa
Daryanto (Herabudin, 2009: 199) yang dihadapi personil, mengumpulkan data untuk
menjelaskan bahwa asas-asas supervisi adalah mendapat informasi yang valid tentang suatu
sebagai berikut: (1) supervisi pendidikan adalah permasalahan yang bersangkut paut dengan
bagian terpadu dari program pendidikan. masalah itu, pengolahan data, penarikan
Supervisi ini memperlakukan manusia sebagai kesimpulan, sebagai bahan untuk mengambil
manusia seutuhnya, baik sebagai manusia keputusan tentang suatu permasalahan. (2) fungsi
perseorangan, sosial, ataupun mahluk ciptaan Penilaian (Evaluation); kesimpulan hasil
tuhan;(2) tujuan supervisi pendidikan adalah penelitian dijadikan bahan evaluasi apakah objek
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dalam penelitian tersebut memiliki kekuatan, kelemahan,
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional; (3) dan menemukan solusi yang tepat untuk
pelaksanaan supervisi pendidikan hendaknya memutuskan suatu masalah. (3) Fungsi Perbaikan
dilaksanakan secara musyawarah, saling (Improvement); apabila hasil penelitian
menghormati, bersedia menerima pendapat orang menunjukkan terdapat kekurangan-kekurangan
lain dan berani menyatakan pendapat sendiri; (4) yang harus segera ditangani, maka supervisor
supervisi pendidikan hendaknya memperhatikan melakukan langkah-langkah strategis dan
kesejahteraan personal pendidikan yang meliputi operasional sebagai upaya melakukan perbaikan-
pemenuhan kebutuhan perseorangan dan perbaikan. (4) fungsi Pengembangan
sosialnya; (5) supervisi pendidikan hendaknya (Development); dua kondisi yang dihadapi
dilaksanakan oleh orang yang telah mendapat supervisor adalah kekurangan-kekurangan dan
pendidikan dan latihan dalam bidang supervisi. prestasi yang dimiliki personil. Kekurangannya
Ametembun (Tim Dosen Jurusan Adpen, dilakukan perbaikan dan prestasi yang ditunjukan
2010: 301) menjelaskan bahwa tujuan-tujuan guru perlu mendapat pengakuan dan
supervisi pendidikan adalah sebagai berikut: (1) pengembangan.
membina kepala sekolah dan guru-guru untuk Engkoswara dan Komariah (2011: 229-
lebih memahami tujuan pendidikan yang 230) menjelaskan bahwa beberapa teknik yang
sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan dapat digunakan supervisor pendidikan antara
itu; (2) memperbesar kesanggupan kepala sekolah lain: (1) kunjungan sekolah (school visit)
dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta bermanfaat untuk mengetahui situasi dan kondisi
didiknya menjadi anggota masyarakat yang sekolah secara kuantitatif dan kualitatif; (2)
efektif; (3) Membantu kepala sekolah dan guru Kunjungan kelas (class visit) atau observasi kelas
mengadakan diagnosis secara kritis terhadap bermanfaat untuk dapat memperoleh gambaran
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar tentang kegiatan belajar mengajar di kelas; (3)
mengajar, serta menolong mereka merencanakan kunjungan antar kelas/sekolah (intervisitation);
perbaikan-perbaikan; (4) meningkatkan kesadaran supervisor memvasilitasi guru untuk saling
kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah mengunjungi antar kelas atau antar sekolah.
lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan Tujuannya agar guru mengetahui pengalaman
kooperatif, serta memperbesar kesediaan untuk guru lain atau sekolah lain yang lebih efektif
tolong menolong; (5) memperbesar ambisi guru- dalam perbaikan dan peningkatan pembelajaran.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 118


Dalam pertemuan ini dilakukan dialog mengenai yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri,
inovasi-inovasi atau hal-hal yang menarik dari isi kepedulian pada keunggulan dan pelaksanaan
kunjungan; (4) pertemuan pribadi (individual tugas yang optimal berdasarkan perhitungan
conference); setelah melakukan observasi kelas, rasional. Indikator dari aktualisasi diri adalah
supervisor melakukan pertemuan pribadi berupa dedikasi, bertanggung jawab, independensi,
percakapan, dialog, atau tukar pikiran tentang percaya diri, dan kepuasan pribadi.
temuan-temuan observasi; (5) rapat guru; saat Selanjutnya Sappaile (Ardhana, 1990: 18)
supervisor menemukan beberapa permasalahan PDQ\DWDNDQ EDKZD ³PRWLYDVL EHUSUHVWDVL
yang sama dihadapi hampir seluruh guru, maka pengejawantahannya dapat dilihat dari sikap atau
sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan perilaku seseorang seperti keuletan, ketekunan,
individual, maka bisa dibahas dalam rapat guru; daya tahan, keberanian menghadapi tantangan,
(6) penerbitan buletin profesional; supervisor GDQ PHQJJDLUDKNDQ VHUWD EHNHUMD NHUDV´
dapat menjadi penggagas pembuatan buletin Sedangkan Widyastono (2006: 60-61)
supervisi sebagai wahana supervisor dan guru- menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah
guru mengembangkan profesinya dengan media suatu dorongan yang terdapat dalam diri
tulisan; (7) penataran; penataran yang dilakukan seseorang, sehingga ia selalu berusaha dan
supervisor atau pihak lain untuk mengembangkan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
profesionalisme guru harus dimanfaatkan dan kemampuannya setinggi mungkin dalam semua
ditindaklanjuti supervisor sebagai upaya aktivitas dengan menggunakan standar
pelayanan profesional. keunggulan. Indikatornya terdiri atas standar
Seorang kepala sekolah tentunya harus keunggulan tugas, standar keunggulan diri,
benar-benar memahami asas, tujuan, fungsi, dan standar keunggulan orang lain.
teknik supervisi dengan baik, supaya dalam Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
implementasinya tepat sasaran. Dalam penelitian maka motivasi berprestasi guru dalam penelitian
ini yang dijadikan indikator dari supervisi kepala ini dapat diartikan sebagai suatu kebutuhan kuat
sekolah yaitu: (1) melaksanakan penelitian, (2) pada diri seorang guru, yang memotivasinya
melaksanakan penilaian, (3) melaksanakan untuk sukses dan berprestasi yang tercermin
perbaikan, dan (2) melaksanakan pengembangan. dalam penampilan kerjanya (kinerja).
Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari Chung dan Megginson (Gomes, 2001:
NDWD ³PRYHUH´ GDODP EDKDVD ODWLQ \DQJ DUWLQ\D 180) menyebutkan bahwa motivasi melibatkan
bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung banyak faktor, antara lain:
dalam berbagai definisi tentang motivasi antara 1. Faktor individual, meliputi kebutuhan (need),
lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, tujuan (goal), sikap (attitude), dan
sasaran, dorongan, dan insentif (Siagian, 2004: kemampuan (abilities).
142). Gibson et al (2000: 127) menjelaskan bahwa 2. Faktor organisasional, meliputi pembayaran
³motivation is the concept we use when we gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security),
describe the forces acting on or within an sesama pekerja (co-work), pengawasan
LQGLYLGXDO WR LQLWLDWH DQG GLUHFW EHKDYLRU´ Hal ini (supervision), pujian (praise) dan pekerjaan
berarti bahwa motivasi adalah sebuah konsep itu sendiri (job self).
yang menggambarkan kekuatan kerja pada diri
seseorang untuk menginisiasi prilaku secara Begitu pula Luthan (2011: 157)
langsung. Apabila motivasi dikaitkan dengan menyebutkan bahwa in a system sense,
suatu pekerjaan, maka Gibson et al (2000) motivation consists of these three interacting and
PHQ\HEXWNDQ EDKZD ³motivation are significant interdependent element (1) need. Need are
FRQWULEXWRUV WR H[FHSWLRQDO SHUIRUPDQFH´ Hal ini created whenever there is a physiological or
berarti bahwa motivasi berkontribusi signifikan phychological imbalance, (2) drive. With a few
terhadap kinerja yang sangat baik (luar biasa). exception, drive or motive (the term are often usd
Raharjo (2008: 874-875) menjelaskan interchangeably), are set up to alleviate need. A
EDKZD ³PRWLYDVL EHUSUHVWDVL DGDODK NHLQJLQDQ GDUL physiological drive can be simply define is a
dalam diri seseorang untuk berbuat lebih baik dari deficiency with direction. Physiological and
sebelumnya, dengan indikasi: (1) ingin psychological drive are action oriented and
menyelesaikan tugas dengan baik, (2) keinginan provide an energizing thrust toward reaching an
untuk berhasil, (3) keinginan untuk unggul, dan incentive. (3) incentive. Et the end of motivation
(4) adanya usaha untuk bekerja keras. Begitu juga cycle is the incentive, define as anything that will
Alhadza (2003:24) mengemukakan bahwa alleviate a need and reduce a drive. Thus,
motivasi berprestasi adalah keinginan yang kuat attaining an incentive will tend to restore
untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan physiological or psychological balance and will

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 119


reduce or cut off the drive. menginginkan umpan balik tentang keberhasilan
dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan
Chung dan Megginson menjelaskan mereka yang berprestasi rendah. Selanjutnya
bahwa faktor individu dan organisasional dapat McClelland (Gibson et al, 2000: 136)
mempengaruhi motivasi seseorang. Dalam faktor PHQMHODVNDQ EDKZD µwhen a need is strong in a
organisasional terdapat supervisi. Supervisi yang person, its effect is to motivate her to use behavior
dilakukan kepala sekolah terhadap para guru akan leading to its satisfaction. For example, a worker
dapat menjadi salah satu elemen pendorong bagi with a high n Ach would set challenging goal,
para guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya. work hard to achieve the goals, and use skills and
Tentu saja supervisi yang dilakukan adalah benar DELOLWLHV WR DFKLHYH WKHP¶.
dan tepat, sehingga para guru merasa nyaman,
terbantu, dan terlayani kebutuhannya, sehingga Dalam penelitian ini yang menjadi
para guru akan lebih bersemangat dalam bekerja. indikator motivasi berprestasi guru adalah (1)
Suarni (Darma, 2007:117) merinci ciri- suka akan tantangan, (2) bekerja keras, dan (3)
ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi menggunakan kemampuan/keterampilan untuk
tinggi yaitu: (1) kemauan keras untuk berusaha mencapai tujuan.
mencapai keberhasilan, (2) berorientasi pada Dalam penelitian ini, rumusan hipotesis
keberhasilan, (3) inovatif dan kreatif, (4) dinyatakan dalam pernyataan-pernyataan berikut
bertanggungjawab, (5) mengantisipasi ini:
kemungkinan terjadinya kegagalan. 1. Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh
McClelland (suwatno dan Priansa, positif terhadap Motivasi Berprestasi Guru
2011:178) menjelaskan bahwa karakteristik orang (Y1);
yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki 2. Motivasi Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh
tiga ciri umum yaitu: (1) sebuah preferensi untuk positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2);
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan 3. Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh
moderat; (2) menyukai situasi-situasi dimana positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2);
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka 4. Supervisi Kepala Sekolah (X) dan Motivasi
sendiri, dan bukan karena factor-faktor lain, Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh positif
seperti kemujuran misalnya; dan (3) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2).

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini berada di wilayah dari waktu, tenaga, dan dana; (2) sempit dan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan luasnya penelitian (wilayah penelitian); (3) besar
SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti¶.
Lokasi penelitian ini adalah tempat peneliti Sedangkan Nasution (Husdarta, 2007: 126)
bertugas, sehingga sedikit banyak peneliti PHQJHPXNDNDQ EDKZD µWLGDN DGD NHWHQWXDQ DWDX
mengetahui keadaan sebenarnya baik dari kondisi aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang
geografis, iklim dan budaya sekolah, juga dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari
berbagai macam kekurangan dan kelebihan para populasi yang tHUVHGLD¶ 6HQDGD GHQJDQ SHQGDSDW
praktisi pendidikan yang bertugas di wilayah tersebut, Hisyam (2009) mengemukakan bahwa
tempat penelitian ini. ³WLGDN terdapat aturan yang pasti mengenai ukuran
Populasi dalam penelitian ini adalah para sampel yang harus diperoleh, hanya terdapat
guru SD Negeri yang berstatus sebagai Pegawai beberapa anjuran mengenai hal ini. Menurut
Negeri Sipil di Lingkungan Dinas Pendidikan dan sebagian besar peneliti, jumlah sampel minimal
Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan yang harus diambil adalah sepuluh kali lipat
Kertasari Kabupaten Bandung. Jumlah populasi jumlah parameter yang akan ditaksir. Bahkan ada
dalam penelitian ini sebanyak 250 orang. yang menganjurkan 15 kali lipat apabila data tidak
Mengenai jumlah sampel yang digunakan berdistribusi normal. Akan tetapi jumlah yang
dalam penelitian, Arikunto (Husdarta, 2007: 126) dianjurkan adalah sebesar 100-200 responden, bila
menjelaskan bahwa µuntuk sekedar ancer-ancer lebih dari 400 responden, LISREL akan menjadi
maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih sangat VHQVLWLI´.
baik diambil semua, sehingga penelitiannya Dengan mempertimbangkan berbagai hal,
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika baik itu keadaan geografis tempat penelitian,
jumlah subjeknya besar, dapat diambil kira-kira iklim dan budaya sekolah, juga aspek waktu,
10-20% atau 20-50% atau lebih besar tergantung tenaga dan biaya yang akan dikeluarkan. Maka
sebagai berikut: (1) kemampuan peneliti dilihat peneliti menentukan jumlah sampel sebanyak 200

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 120


responden. Sampel dalam penelitian ini adalah yang digunakan untuk pengolahan data pada
para guru SD Negeri yang berada di Lingkungan penelitian ini adalah LISREL 8.70.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Dengan program LISREL 8.70, data pada
Kertasari Kabupaten Bandung dengan kriteria (1) penelitian ini diolah melalui dua cara, yaitu: (1)
sudah memiliki pengalaman mengajar minimal analisis model pengukuran (analisis faktor), yang
lima tahun, (2) mempunyai kualifikasi pendidikan bertujuan untuk memilih variabel-variabel terukur
minimal sarjana, (3) lulus sertifikasi guru. yang dapat dijadikan indikator-indikator yang
Untuk menguji pengaruh Supervisi baik dari setiap variabel laten penelitian, dan (2)
Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru analisis model struktural, yaitu kesesuaian antara
terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Negeri model teoritik dengan data dan kebermaknaan dari
yang berada di wilayah UPTD TK dan SD Dinas setiap koefisien hubungan kausal. Jika hasil
Pendidikan dan Kebudayaan Kertasari Kabupaten analisis menunjukkan bahwa model teoritis yang
Bandung, digunakan SEM (structural equation diajukan peneliti tidak sesuai dengan data
model) dengan menggunakan program SIMPLIS penelitian, maka dapat diajukan model lain yang
(SIMPLE LISREL) yang dikembangkan oleh dianggap lebih tepat.
Joreskog dan Sorbom. Adapun program LISREL

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Supervisi Kepala Sekolah Berikut adalah tabel hasil uji statistik
deskriptif pada variabel Supervisi Kepala Sekolah
(X):

Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Supervisi Kepala Sekolah
No Indikator N Minimum Maximum Mean Kategori
1 Melaksanakan Penelitian 200 2 5 2.50 Cukup Baik
2 Melaksanakan Penilaian 200 1 5 3.50 Baik
3 Melaksanakan Perbaikan 200 1 5 2.66 Cukup Baik
4 Melaksanakan Pengembangan 200 2 5 3.66 Baik
Rata-Rata Variabel X 3.08 Baik

Tabel di atas, mencerminkan besarnya N, indikator keseluruhan pada variabel Supervisi


mean, nilai minimum, dan nilai maksimum untuk Kepala Sekolah sebesar 3.08. sehingga dapat
variabel yang diukur. Nilai N sebesar 200 berarti diterjemahkan bahwa variabel Supervisi Kepala
banyaknya jumlah observasi yang diteliti Sekolah berada pada kategori baik.
sebanyak 200 responden. Nilai minimum Gambaran Motivasi Berprestasi Guru
menunjukan nilai terendah, dan nilai maksimum Berikut adalah tabel hasil uji statistik
menunjukan nilai tertinggi. Berdasarkan hasil dari deskriptif pada variabel Motivasi Berprestasi
uji deskriptif tersebut, maka diperoleh rata-rata Guru (Y1):

Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif Motivasi Berprestasi Guru
No Indikator N Minimum Maximum Mean Kategori
1 Menyukai Tantangan 200 3 5 3.82 Baik
2 Bekerja Keras 200 3 5 3.08 Baik
3 Menggunakan Keahlian 200 3 5 2.85 Cukup Baik
Rata-Rata Y1 3.25 Baik

Tabel di atas, mencerminkan besarnya N, menunjukan nilai tertinggi. Berdasarkan hasil dari
mean, nilai minimum, dan nilai maksimum untuk uji deskriptif tersebut, maka diperoleh rata-rata
variabel yang diukur. Nilai N sebesar 200 berarti indikator keseluruhan pada variabel Motivasi
banyaknya jumlah observasi yang diteliti Berprestasi Guru sebesar 3.25. sehingga dapat
sebanyak 200 responden. Nilai minimum diterjemahkan bahwa variabel Motivasi
menunjukan nilai terendah, dan nilai maksimum Berprestasi Guru berada pada kategori baik.
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 121
Gambaran Kinerja Mengajar Guru Berikut adalah tabel hasil uji statistik
deskriptif pada variabel Kinerja Mengajar Guru
(Y2):

Tabel 3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Kinerja Mengajar Guru
No Indikator N Minimum Maximum Mean Kategori
1 Merencanakan Pembelajaran 200 2 5 3.08 Baik
2 Melaksanakan Pembelajaran 200 2 5 2.50 cukup Baik
3 Menilai Pembelajaran 200 2 5 2.73 Cukup Baik
4 Menguasai Materi 200 2 5 3.69 Baik
Rata-Rata Y2 3.00 Baik

Tabel di atas, mencerminkan besarnya N, Mengajar Guru sebesar 3.00. Sehingga dapat
mean, nilai minimum, dan nilai maksimum untuk diterjemahkan bahwa variabel Kinerja Mengajar
variabel yang diukur. Nilai N sebesar 200 berarti Guru berada pada kategori baik.
banyaknya jumlah observasi yang diteliti Confirmatory Faktor Analysis (CFA) Supervisi
sebanyak 200 responden. Nilai minimum Kepala Sekolah
menunjukan nilai terendah, dan nilai maksimum Berikut adalah tabel hasil pengukuran
menunjukan nilai tertinggi. Berdasarkan hasil dari Confirmatory Faktor Analysis (CFA) Supervisi
uji deskriptif tersebut, maka diperoleh rata-rata Kepala Sekolah:
indikator keseluruhan pada variabel Kinerja

Tabel 4
Pengukuran CFA Supervisi Kepala Sekolah
Koef Estimasi
No Indikator T-Value Signifikansi
(Standarized)/ Lambda
1 X1.1 0.67 9.30 Valid1, Signifikan2
2 X1.2 0.75 10.62 Valid1, Signifikan2
3 X1.3 0.66 9.14 Valid1, Signifikan2
4 X1.4 0.62 9.50 Valid1, Signifikan2
NOTE : 1.Koef Estimasi >0.50 dinyatakan Valid, 2. T value >1.96 dinyatakan Signifikan

Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat dilihat untuk dijadikan variabel indikator dari variabel
bahwa nilai faktor loading yang dihasilkan dari laten Supervisi Kepala Sekolah.
variabel laten Supervisi Kepala Sekolah terhadap Analisis Model Pengukuran Motivasi
indikator X1.1 sampai X1.4 lebih besar dari 0.50 Berprestasi Guru
dengan nilai t value lebih besar dari 1.96 pada Berikut adalah tabel hasil pengukuran
tingkat signifikansi 5%, dapat dikatakan bahwa Confirmatory Faktor Analysis (CFA) Motivasi
variabel indikator (variabel observasi) X1.1 Berprestasi Guru:
sampai X1.4 dinyatakan valid dan signifikan

Tabel 5
Pengukuran CFA Motivasi Berprestasi Guru
Koef Estimasi
No Indikator (Standarized)/ Lambda T-Value Signifikansi
1 Y1.1 0.77 9.30 Valid1, Signifikan2
2 Y1.2 0.77 9.27 Valid1, Signifikan2
3 Y1.3 0.50 6.54 Valid1, Signifikan2
NOTE : 1.Koef Estimasi >0.50 dinyatakan Valid, 2. T value >1.96 dinyatakan Signifikan

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 122


Berdasarkan tabel 5 tersebut, dapat dijadikan variabel indikator dari variabel laten
dilihat bahwa nilai faktor loading yang dihasilkan Motivasi Berprestasi Guru.
dari variabel laten Motivasi Berprestasi Guru Analisis Model Pengukuran Kinerja Mengajar
terhadap indikator Y1.1, Y1.2 dan Y1.3 lebih Guru
besar dari 0.50 dengan nilai t value lebih besar Berikut adalah tabel hasil pengukuran
dari 1.96 pada tingkat signifikansi 5%, dapat Confirmatory Faktor Analysis (CFA) Kinerja
dikatakan bahwa variabel indikator Y1.1 sampai Mengajar Guru:
Y1.3 dinyatakan valid dan signifikan untuk

Tabel 6
Pengukuran CFA Kinerja Mengajar Guru
Koef Estimasi
No Indikator (Standarized)/ Lambda T-Value Signifikansi
1 Y2.1 0.67 9.98 Valid1, Signifikan2
2 Y2.2 0.82 12.83 Valid1, Signifikan2
3 Y2.3 0.77 11.85 Valid1, Signifikan2
4 Y2.4 0.73 11.01 Valid1, Signifikan2
NOTE : 1.Koef Estimasi >0.50 dinyatakan Valid, 2. T value >1.96 dinyatakan Signifikan

Berdasarkan tabel 6 tersebut, dapat dilihat dinyatakan valid dan signifikan untuk dijadikan
bahwa nilai faktor loading yang dihasilkan dari variabel indikator dari variabel laten kinerja
variabel laten Kinerja Mengajar Guru terhadap mengajar guru.
indikator Y2.1 sampai Y2.4 lebih besar dari 0.50 Uji Kecocokan Model Struktural
dengan nilai t value lebih besar dari 1.96 pada Evaluasi nilai goodness of fit dari model
tingkat signifikansi 5%. Jadi dapat dikatakan struktural yang telah dilakukan disajikan pada
bahwa semua variabel indikator Y2.1 sampai Y2.4 tabel berikut:

Tabel 7
Goodness of fit Indeks Model Struktural
Goodness of Fit
Hasil Model Kriteria
Statistics
X2/df (P) 46.60 (0.05251) Baik
NFI; NNFI 0.93; 0.96 Baik
CFI; IFI 0.97; 0.97 Baik
RMSEA 0.066 Cukup Baik
GFI; AGFI 0.93; 0.91 Baik

Berdasarkan hasil pada tabel 7 tersebut, RMSEA sebesar 0.066 yang berada dikisaran
untuk menguji model fit digunakan Goodness of antara 0.05-0.08 menunjukkan model cukup baik.
fit Statistics. Nilai NFI, NNFI, CFI dan IFI yang Sehingga secara keseluruhan model dinyatakan fit
lebih besar dari 0.90 juga menunjukkan dan dapat dilanjutkan pada tahapan analisis.
kesesuaian model yang baik. GFI dan AGFI yang Dari hasil pengujian model di atas
melebihi 0.90 menunjukkan model yang baik. didapatkan model path diagram berdasarkan
Kriteria good fit yang lain yaitu Nilai Chi square estimasi parameter (koefisien) model yang dapat
sebesar 46.60 dengan probability sebesar menjelaskan hubungan model struktural. Model
0.05251(>0.05) menunjukkan hasil yang baik path diagram tersebut tampak seperti pada gambar
karena probability berada di atas 0.05. Nilai di bawah ini:

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 123


Gambar 1
Estimasi Parameter Model Struktural
± Model Path Diagram

Gambar 2 Statistik t-hitung Model Struktural


± Model Path Diagram

Dari gambar 1 dan 2 dapat dilihat bahwa Kinerja= 0.28 Supervisi + 0.39 Motivasi,
ada 3 panah searah (arrow) dari satu variabel ke R²=0.36
variabel lain. Anak panah satu arah pada gambar Dalam persamaan di atas, diketahui
di atas menunjukkan hubungan kausal (pengaruh) terdapat koefisien jalur yang bertanda positif.
variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai-nilai Tanda positif ini menunjukkan adanya pengaruh
yang melekat pada setiap jalur tersebut adalah positif variabel bebas terhadap variabel terikat.
koefisien jalur yang identik dengan koefisien beta Nilai positif ini menunjukkan semakin tinggi nilai
pada analisis regresi. variabel bebas akan mengakibatkan semakin
Berdasarkan hasil estimasi model path tinggi nilai variabel terikat.
diagram pada gambar 1 dan 2 tersebut, dapat Hasil pengujian hipotesis berdasarkan
disusun persamaan struktural untuk variabel- gambar 1 dan 2, yang menjelaskan pengaruh
variabel konstruk sebagai berikut: antara variabel dalam model penelitian dapat
Motivasi = 0.36 Supervisi dilihat pada tabel berikut:

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 124


Tabel 8
Hasil Pengujian Hipotesis
Estimasi/Koef Nilai Nilai
Path Kesimpulan Result
Regresi T value R2
+ 6XSHUYLVL .HSDOD 6HNRODK : 0.36 3.86 - Signifikan H1 Diterima
Motivasi Berprestasi Guru
+ 0RWLYDVL EHUSUHVWDVL JXUX : 0.39 2.97 - Signifikan H2 Diterima
Kinerja Mengajar Guru
+ 6XSHUYLVL .HSDOD 6HNRODK : 0.28 1.96 - Signifikan H3 Diterima
Kinerja Mengajar Guru
H4.Supervisi Kepala Sekolah + - - 0.36 Signifikan H4 Diterima
0RWLYDVL %HUSUHVWDVL JXUX : .LQHUMD
Mengajar Guru

Dari data di atas dapat diambil hipotesis Guru berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar
sebagai berikut : Guru. Artinya, setiap peningkatan Motivasi
H0 Æ Tidak ada hubungan yang signifikan antara Berprestasi Guru akan meningkatkan Kinerja
variabel dependen dengan variabel Mengajar Guru dan setiap penurunan Motivasi
independen. Berprestasi Guru akan menurunkan Kinerja
H1 Æ Ada hubungan yang signifikan antara Mengajar Guru.
variabel dependen dengan variabel H3 : Supervisi Kepala Sekolah Berpengaruh
independen. terhadap Kinerja Mengajar Guru
Dengan ketentuan : Tolak H0 jika nilai t > Berdasarkan hasil analisis model
1.96. Tidak menolak H0 jika nilai t < 1.96. struktural yang menguji pengaruh antara Supervisi
Berdasarkan tabel 8 di atas, hipotesis statistik Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru
yang diuji pada uji signifikansi koefisien jalur diperoleh nilai t= 1.96 dan koefisien regresi 0.28.
adalah sebagai berikut : Karena nilai t > 1.96 dan nilai koefisien regresi
H1 : Supervisi Kepala Sekolah Berpengaruh positif, maka hasil pengujian ini menunjukkan
terhadap Motivasi Berprestasi Guru hipotesis 3 diterima. Dengan demikian diketahui
Berdasarkan hasil analisis model bahwa setiap peningkatan Supervisi Kepala
struktural yang menguji pengaruh antara Supervisi Sekolah akan meningkatkan Kinerja Mengajar
Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Guru dan setiap penurunan Supervisi Kepala
Guru diperoleh nilai t= 3.86 dan koefisien regresi Sekolah akan menurunkan Kinerja Mengajar
0.36. Karena nilai t > 1.96 dan nilai koefisien Guru.
Regresi positif, maka hasil pengujian ini H4 : Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi
menunjukkan hipotesis 1 diterima. Dengan Berprestasi Guru Secara Bersama ±
demikian diketahui bahwa Supervisi Kepala Sama Berpengaruh terhadap Kinerja
Sekolah berpengaruh terhadap Motivasi Mengajar Guru
Berprestasi Guru. Artinya, setiap peningkatan Berdasarkan hasil hasil estimasi model
Supervisi Kepala Sekolah akan meningkatkan path diagram pada gambar 1 dan 2 di atas, dapat
Motivasi Berprestasi Guru dan setiap penurunan disusun persamaan struktural: Kinerja= 0.28
Supervisi Kepala Sekolah akan menurunkan Supervisi + 0.39 Motivasi, R²=0.36. Nilai R²
Motivasi Berprestasi Guru. sebesar 0.36 artinya, secara bersama-sama,
H2 : Motivasi Berprestasi Guru Berpengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi
terhadap Kinerja Mengajar Guru Berprestasi Guru berpengaruh terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil analisis model Mengajar Guru sebesar 0.36 (36%), sehingga
struktural yang menguji pengaruh antara Motivasi besaran pengaruh dari variabel lain adalah 100% ±
Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar 36% =64%. Adanya pengaruh bersama-sama
Guru diperoleh nilai t= 2.97 dan koefisien regresi Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi
0.39. Karena nilai t > 1.96 dan nilai koefisien Berprestasi Guru berpengaruh terhadap Kinerja
regresi positif, maka hasil pengujian ini Mengajar Guru tersebut menunjukkan hipotesis 4
menunjukkan hipotesis 2 diterima. Dengan diterima.
demikian diketahui bahwa Motivasi Berprestasi

PEMBAHSAN

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah


Motivasi Berprestasi Guru terhadap Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 125


Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meraih prestasi yang baik dalam hidupnya. Peran
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung kepala sekolah tentunya bisa sangat penting untuk
berdasarkan hasil analisis model struktural meningkatkan kemampuan dan keterampilan para
diperoleh koefisien regresi sebesar 0.36 (positif), guru tersebut. Oleh karena itu, Supervisi Kepala
hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif Sekolah diharapkan bisa meningkatkan
variabel bebas (supervisi kepala sekolah) terhadap kemampuan dan keterampilan para guru untuk
variabel terikat (motivasi berprestasi guru). Selain mencapai prestasi yang baik.
itu, diperoleh nilai t value sebesar 3.86. karena Pemahaman kepala sekolah tentang
nilai t value > 1.96 dan nilai koefisien regresi supervisi haruslah baik. Supervisi bukan hanya
positif, maka hipotesis 1 diterima. Artinya melihat bagaimana guru membuat perencanaan
Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran,
Motivasi Berprestasi Guru. Dengan demikian, dan menilai hasil pembelajaaran. Namun, lebih
tinggi rendahnya Supervisi Kepala Sekolah akan luas lagi, melalui kegiatan supervisi harus dapat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya Motivasi menciptakan kondisi yang kondisif di sekolah,
Berprestasi guru. sehingga para guru akan merasa termotivasi untuk
Hasil analisis di atas tentunya sesuai meningkatkan semangat kerja. Hal ini sesuai
dengan pendapat Chung dan Megginson (Gomes, dengan pendapat Sutisna (Suhardan: 2010:200)
2001: 180) menyebutkan bahwa motivasi yang mengatakan bahwa ³pemahaman supervisi
melibatkan banyak faktor, antara lain (1) faktor telah berubah dan bergeser ke arah yang lebih
individual, meliputi kebutuhan (need), tujuan luas, ke arah menciptakan kondisi-kondisi esensial
(goal), sikap (attitude), dan kemampuan di sekolah agar tercipta budaya sekolah yang
(abilities), (2) faktor organisasional, meliputi merangsang terjadinya semangat mengajar yang
pembayaran gaji (pay), keamanan pekerjaan (job bermutu. Semua guru merasa termotivasi untuk
security), sesama pekerja (co-work), pengawasan meningkatkan semangat kerja dalam suasana
(supervision), pujian (praise) dan pekerjaan itu ³/HDUQLQJ 2UJDQL]DWLRQ´ karena iklimnya
sendiri (job self). memungkinkan´.
Supervisi Kepala Sekolah yang Dalam upaya menciptakan kondisi yang
merupakan faktor organisasional tentunya kondusif, para kepala sekolah dalam
merupakan salah satu faktor yang dapat melaksanakan kegiatan supervisi hendaknya
mendorong tumbuhnya motivasi bagi seorang memperhatikan asas-asas supervisi. Asas-asas
guru. Faktor pendorong dari dalam diri seorang tersebut menurut Daryanto (Herabudin, 2009:
guru tentunya sangat penting, namun demikian, 199) adalah sebagai berikut (1) supervisi
rangsangan dari luar pun akan bisa menjadi sangat pendidikan adalah bagian terpadu dari program
penting pula untuk bisa terus meningkatkan pendidikan. Supervisi ini memperlakukan
motivasi berprestasi bagi guru. Rangsangan dari manusia sebagai manusia seutuhnya, baik sebagai
luar seperti supervisi dapat dikategorikan sebagai manusia perseorangan, sosial, ataupun mahluk
motivasi ekstrinsik, sebagaimana dikemukakan ciptaan tuhan; (2) tujuan supervisi pendidikan
oleh Engkoswara dan Komariah (2010: 213), yang adalah meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya motivasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) motivasi nasional; (3) pelaksanaan supervisi pendidikan
instrinsik, motivasi instrinsik adalah keinginan hendaknya dilaksanakan secara musyawarah,
bertindak yang disebabkan adanya faktor saling menghormati, bersedia menerima pendapat
pendorong dari dalam individu. (2) motivasi orang lain dan berani menyatakan pendapat
ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah materi yang sendiri; (4) supervisi pendidikan hendaknya
keberadaannya disebabkan karena pengaruh memperhatikan kesejahteraan personal pendidikan
rangsangan dari luar. yang meliputi pemenuhan kebutuhan
Selain itu, apabila dikaitkan dengan salah perseorangan dan sosialnya; (5) supervisi
VDWX WHRUL PRWLYDVL \DLWX ³(5*´ Existense, pendidikan hendaknya dilaksanakan oleh orang
Relatedness, dan Growth). growth ini merupakan yang telah mendapat pendidikan dan latihan
kebutuhan yang pada dasarnya tercermin pada dalam bidang supervisi.
keinginan seseorang untuk tumbuh dan Berdasarkan pendapat di atas jelaslah
berkembang, misalnya dengan peningkatan bahwa Supervisi Kepala Sekolah merupakan hal
kemampuan dan keterampilan, sehingga penting dalam penciptaan situasi dan kondisi
memungkinkannya untuk meraih kemajuan dalam sosial yang dapat merangsang dan
hidupnya. Maka pada dasarnya para guru pun menumbuhkembangkan semangat mengajar yang
tentunya ingin tumbuh dan berkembang, ingin bermutu. Melalui Supervisi Kepala Sekolah
meningkatkan kemampuan dan keahliannya untuk diharapkan para guru akan memiliki motivasi

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 126


yang kuat untuk mengembangkan ³motivasi berprestasi adalah keinginan yang kuat
kemampuannya. Dengan berkembangnya untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan
kemampuan yang dimilikinya secara otomatis yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri,
akan lebih meningkatkan prestasi dalam berbagai kepedulian pada keunggulan dan pelaksanaan
hal, terutama dalam kegiatan belajar mengajar. tugas yang optimal berdasarkan perhitungan
rasional. Indikator dari aktualisasi diri adalah
Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap dedikasi, bertanggung jawab, independensi,
Kinerja Mengajar Guru percaya diri, dan kepuasan pribadi´.
Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru Selanjutnya Sappaile (Ardhana, 1990: 18)
terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di PDQ\DWDNDQ EDKZD ³PRWLYDVL EHUSUHVWDVL
Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pengejawantahannya dapat dilihat dari sikap atau
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung perilaku seseorang seperti keuletan, ketekunan,
berdasarkan hasil analisis model struktural daya tahan, keberanian menghadapi tantangan,
diperoleh koefisien regresi sebesar 0.39 (positif), GDQ PHQJJDLUDKNDQ VHUWD EHNHUMD NHUDV´
hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif Sedangkan Widyastono (2006: 60-61)
variabel bebas (motivasi berprastasi guru) menjelaskan bahwa ³motivasi berprestasi adalah
terhadap variabel terikat (kinerja mengajar guru). suatu dorongan yang terdapat dalam diri
Selain itu, diperoleh nilai t value sebesar 2.97. seseorang, sehingga ia selalu berusaha dan
karena nilai t value > 1.96 dan nilai koefisien berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
regresi positif, maka hipotesis 2 diterima. Artinya kemampuannya setinggi mungkin dalam semua
Motivasi Berprestasi Guru berpengaruh terhadap aktivitas dengan menggunakan standar
Kinerja Mengajar Guru. keunggulan. Indikatornya terdiri atas standar
Hasil analisis model struktural di atas keunggulan tugas, standar keunggulan diri,
sesuai dengan penelitian yang dilakukan standar keunggulan orang lain´.
Widyastono (2006) yang menyimpulkan bahwa Motivasi Berprestasi Guru apabila
³WHUGDSDW hubungan positif yang signifikan antara dikaitkan dengan salah satu teori motivasi yaitu
motivasi berprestasi dengan kinerja guru sekolah teori motivasi Higiene yang dikembangkan oleh
dasar dalam mengajar ilmu pengetahuan alam Frederick Herzberg, seorang psikolog. Dijelaskan
sebesar 15,72%. Hal ini menunjukkan bahwa jika bahwa adanya dua faktor yang dapat
motivasi berprestasi ditingkatkan maka kinerja mempengaruhi sikap seseorang terhadap
guru sekolah dasar dalam mengajar Ilmu pekerjaannya. Dua faktor tersebut yaitu: faktor
Pengetahuan Alam juga akan meningkat´. intrinsik dan faktor ekstrinsik. Lebih jelasnya
Rasto (2006) dalam penelitiannya Engkoswara dan Komariah (2010: 213),
menjelaskan koefisien jalur dari X2 ke Y, sebesar mengemukakan bahwa berdasarkan jenisnya
0.2111. Berdasarkan uji t diperoleh t hitung sebesar motivasi dibagi menjadi dua bagian yaitu (1)
2.1453. Pada taraf nyata (a) 0.05 diperoleh t tabel motivasi instrinsik, motivasi instrinsik adalah
sebesar 1.9935. Dengan demikian proposisi keinginan bertindak yang disebabkan adanya
hipotetik yang diajukan diterima. Hal ini faktor pendorong dari dalam individu, (2)
menunjukkan motivasi berpengaruh sebesar motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah
5.39% terhadap kinerja mengajar guru. materi yang keberadaannya disebabkan karena
Hal tersebut diperkuat pendapat Suarni pengaruh rangsangan dari luar.
(Darma, 2007:117) yang merinci ciri-ciri individu Dengan demikian, Motivasi Berprestasi
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu: Guru merupakan faktor intrinsik, yaitu faktor
(1) kemauan keras untuk berusaha mencapai pendorong yang tumbuh dan timbul dari dalam
keberhasilan, (2) berorientasi pada keberhasilan, diri guru tersebut, seprti suka akan hal yang
(3) inovatif dan kreatif, (4) bertanggungjawab, (5) menantang, bekerja keras untuk mencapai suatu
mengantisipasi kemungkinan terjadinya tujuan, dan menggunakan seluruh kemampuan
kegagalan. dan keterampilan untuk mencapai tujuan yang
Sejalan dengan pendapat Suarni, maka ingin dicapainya.
Raharjo (2008: 874-875) menjelaskan bahwa Tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri
³PRWLYDVL EHUSUHVWDVL DGDODK NHLQJLQDQ GDUL GDODP seorang guru tentunya akan menjadi modal
diri seseorang untuk berbuat lebih baik dari penting terhadap meningkatnya Kinerja Mengajar
sebelumnya, dengan indikasi: (1) ingin Guru. Seorang guru yang memiliki motivasi
menyelesaikan tugas dengan baik, (2) keinginan berprestasi akan senantiasa berusaha dan berjuang
untuk berhasil, (3) keinginan untuk unggul, dan untuk untuk menghadapi berbagai tantangan yang
(4) adanya usaha untuk bekerja keras. Begitu juga ada, bekerja keras dalam mencapai tujuan, dan
Alhadza (2003:24) mengemukakan bahwa menggunakan seluruh kemampuan untuk

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 127


mencapai keberhasilan. Mengajar Guru sebagaimana pendapat Dasrizal
Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya (2009) yang mengatakan bahwa pelaksanaan
membutuhkan berbagai fasilitas pendukung, supervisi pengajaran perlu dilakukan secara
bukan tidak mungkin guru akan merasa terhambat sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas
bila fasilitas pendukung tersebut tidak tersedia. sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada
Namun bila guru tersebut memiliki motivasi guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya
berprestasi, maka kurangnya fasilitas pendukung secara efektif dan efisien.
dalam pembelajaran bukanlah menjadi soal, tetapi Walaupun demikian, apabila melihat
dia akan menjadikan hal tersebut sebagai suatu hasil analisis pengaruh Supervisi Kepala Sekolah
tantangan yang harus ditaklukan. Dia akan bekerja terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di
keras memunculkan kreativitas dan inovasi dalam Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
pembelajaran dan juga akan menggunakan seluruh Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung
kemampuannya untuk dapat menciptakan diperoleh koefisien regresi sebesar 0.28 (positif).
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif koefisien regresi positif, namun nilai 0.28 bisa
dan menyenangkan bagi peserta didik. dikatakan kecil. Hal ini berarti bahwa Supervisi
Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas
Kinerja Mengajar Guru Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Kabupaten Bandung namun tidak terlalu
terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di signifikan.
Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Hal di atas terjadi sesuai dengan data yang
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung diperoleh di lapangan. Berdasarkan uji statistik
berdasarkan hasil analisis model struktural deskritif variabel Supervisi Kepala Sekolah,
diperoleh koefisien regresi sebesar 0.28 (positif), diketahui bahwa pada indikator melaksanakan
hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif penelitian (research) diperoleh nilai mean sebesar
variabel bebas (supervisi kepala sekolah) terhadap 2.50. Nilai mean 2.50 berarti jawaban responden
variabel terikat (kinerja mengajar guru). Selain terhadap pertanyaan yang diajukan adalah
itu, diperoleh nilai t value sebesar 1.96. karena kadang-kadang. Artinya responden merasakan
nilai t value > 1.96 dan nilai koefisien regresi kepala sekolah kadang-kadang melibatkan guru
positif, maka hipotesis 3 diterima. Artinya dalam merumuskan masalah, mengumpulkan data,
Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap pengolahan data yang terkumpul, dan penarikan
Kinerja Mengajar Guru. kesimpulan dari permasalahan yang dihadapi guru
Adanya pengaruh Supervisi Kepala dalam kegiatan belajar mengajar.
Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru sesuai Selain hal tersebut, berdasarkan uji
dengan pendapat Engkoswara dan Komariah statistik deskritif, diketahui bahwa pada indikator
\DQJ PHQ\HEXWNDQ EDKZD ³VXSHUYLVL melaksanakan perbaikan (improvement) diperoleh
dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh nilai mean sebesar 2.66. Nilai mean 2.66 berarti
orang yang ahli/profesional dalam bidangnya jawaban responden terhadap pertanyaan yang
sehingga dapat memberikan perbaikan dan diajukan adalah kadang-kadang. Artinya
peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat responden merasakan kepala sekolah dalam
GLODNXNDQ GHQJDQ EDLN GDQ EHUNXDOLWDV´ 6HQDGD melakukan observasi kelas (class visit) dan
dengan pendapat tersebut, Suhardan (2010: 36) melakukan individual conference untuk
PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³VXSHUYLVL DGDODK memperbaiki berbagai kelemahan guru pada
pengawasan profesional dalam bidang akademik, kegiatan belajar mengajar dalam pelaksanaannya
dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dilaksanakan kadang-kadang.
tentang bidang kerjanya, memahami tentang Kata kuncinya adalah kurang
pembelajaran lebih mendalam dari sekedar dilibatkannya guru-guru dalam kegiatan supervisi
SHQJDZDV ELDVD´ 6HGDQJNDQ 'DQLP dan Khairil juga kurangnya pelaksanaan perbaikan bagi guru,
PHQMHODVNDQ EDKZD ³VXSHUYLVL DGDODK baik melalui observasi kelas (class visit) maupun
proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, individual conference. Pelibatan para guru dalam
menentukan fokus, melakukan bimbingan kegiatan supervisi sangatlah penting, karena pada
profesional, dan menilai peningkatan dasarnya mereka yang tahu permasalahan nyata di
profesionalitas guru dalam melaksanakan proses dalam proses kegiatan belajar mengajar. Solusinya
SHPEHODMDUDQ´ adalah kepala sekolah harus memahami benar asa-
Pendapat di atas sangatlah jelas bahwa asas supervisi. Asas-asas tersebut menurut
supervisi yang dilakukan kepala sekolah sangatlah Daryanto (Herabudin, 2009: 199) adalah sebagai
berperan penting untuk meningkatkan Kinerja berikut:

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 128


a. Supervisi pendidikan adalah bagian terpadu struktural sebagai berikut: Kinerja= 0.28
dari program pendidikan. Supervisi ini Supervisi + 0.39 Motivasi, R²=0.36
memperlakukan manusia sebagai manusia Nilai R² sebesar 0.36 artinya, secara
seutuhnya, baik sebagai manusia perseorangan, bersama-sama, Supervisi Kepala Sekolah dan
sosial, ataupun mahluk ciptaan tuhan; Motivasi Berprestasi Guru berpengaruh terhadap
b. Tujuan supervisi pendidikan adalah Kinerja Mengajar Guru sebesar 0.36 (36%),
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sehingga besaran pengaruh dari variabel lain
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah 100% ± 36% =64%. Adanya pengaruh
nasional; bersama-sama Supervisi Kepala Sekolah dan
c. Pelaksanaan supervisi pendidikan hendaknya Motivasi berprestasi guru berpengaruh terhadap
dilaksanakan secara musyawarah, saling Kinerja Mengajar Guru tersebut menunjukkan
menghormati, bersedia menerima pendapat hipotesis 4 diterima.
orang lain dan berani menyatakan pendapat Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
sendiri; Kinerja Mengajar Guru, di antaranya Supervisi
d. Supervisi pendidikan hendaknya Kepala Sekolah (faktor dari luar) dan Motivasi
memperhatikan kesejahteraan personal Berprestasi Guru (faktor dari dalam), sebagaimana
pendidikan yang meliputi pemenuhan dikemukakan supardi (2013: 52) yang
kebutuhan perseorangan dan sosialnya; PHQ\HEXWNDQ EDKZD ³EDQ\DN IDNWRU GDQ YDULDEHO
e. Supervisi pendidikan hendaknya dilaksanakan yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor
oleh orang yang telah mendapat pendidikan tersebut bisa berasal dari dalam diri yaitu faktor
dan latihan dalam bidang supervisi. individu dan faktor psikologis, dan juga dapat
EHUDVDO GDUL OXDU DWDX IDNWRU VLWXDVLRQDO´
Demikian juga dengan pelaksanaan Begitu juga Amstrong dan Baron
perbaikan, baik melalui observasi kelas (class (Wibowo, 2007: 74-75) menjelaskan bahwa
visit) maupun individual conference. Seorang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
kepala sekolah yang baik tentunya akan sebagai berikut (1) personal factor, ditunjukkan
menjadikan kegiatan supervisi sebagai upaya oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
menciptakan kondisi sosial yang nyaman bagi dimiliki, motivasi, dan komitmen individu; (2)
para guru. sebagaimana pendapat Sutisna leadership factor, ditentukan oleh kualitas
(Suhardan: 2010:200) yang mengatakan bahwa dorongan, bimbingan, dan dukungan yang
pemahaman supervisi telah berubah dan bergeser dilakukan manajer dan team leader; (3) team
ke arah yang lebih luas, ke arah menciptakan factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang
kondisi-kondisi esensial di sekolah agar tercipta diberikan oleh rekan sekerja; (4) system factors,
budaya sekolah yang merangsang terjadinya ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas
semangat mengajar yang bermutu. Semua guru yang diberikan organisasi; (5)
merasa termotivasi untuk meningkatkan semangat contextual/Situational factors, ditunjukkan oleh
NHUMD GDODP VXDVDQD ³/HDUQLQJ 2UJDQL]DWLRQ´ tingginya tingkat tekanan dan perubahan
karena iklimnya memungkinkan. lingkungan internal dan eksternal.
Pelaksanaan observasi kelas (class visit) Berdasarkan pendapat Amstrong dan
maupun individual conference yang rutin dengan Baron di atas, maka Supervisi Kepala Sekolah
memberikan rasa aman dan nyaman bagi para merupakan Leadership factor dan Motivasi
guru, tentunya ini yang sangat diharapkan. Karena Berprestasi Guru merupakan Personal factor.
dengan sendirinya para guru akan termotivasi Kedua faktor ini tentunya sangat penting untuk
untuk memperbaiki setiap kekurangan dan meningkatkan Kinerja Mengajar Guru. Lebih
berusaha untuk senantiasa mengembangkan detail Hersey, Blanchard, dan Johnson (Wibowo,
kemampuan dan keterampilan dalam upaya untuk 2007: 75-76) menjelaskan bahwa ada tujuh faktor
meningkatkan kinerja mengajarnya di sekolah. yang mempengaruhi kinerja dan dirumuskan
dengan akronim ACHIEVE. (1) A - Ability
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan (knowledge dan skill); (2) C - Clarity
Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja (understanding atau role perception); (3) H - Help
Mengajar Guru (organizational support); (4) I - Incentive
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan (motivation atau willingness; (5) E ± Evaluation
Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja (coaching dan performance feedback); (6) V ±
Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Validity (valid dan legal personnel practices); (7)
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari E ± Environment (environmental fit). Begitu pula
Kabupaten Bandung berdasarkan hasil estimasi )DX]D PHQMHODVNDQ EDKZD ³IDNWRU-faktor
model path diagram, dapat disusun persamaan yang mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 129


pendidikan guru, supervisi pengajaran, program eksternal seperti Supervisi Kepala Sekolah
penataran, iklim yang kondusif, sarana dan menjadi sangat penting dalam menumbuhkan
prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya motivasi dalam diri guru. Apabila para guru
kepemimpinan kepala sekolah, jaminan merasa nyaman dan terbantu dengan adanya
kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala Supervisi Kepala Sekolah, maka secara otomatis
VHNRODK´ akan bisa meningkatkan Kinerja mengajarnya
Merujuk kepada pendapat tersebut mulai dari (1) kemampuan merencanakan proses
sangatlah jelas bahwa Kinerja Mengajar Guru belajar mengajar, (2) melaksanakan dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (3)
seperti Supervisi Kepala Sekolah maupun internal menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4)
seperti Motivasi Berprestasi Guru. Faktor PHQJXDVDL EDKDQ SHODMDUDQ´

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil temuan dan Berdasarkan kesimpulan dari hasil temuan


pembahasan dari hasil penelitian ini, maka dan pembahasan penelitian di atas, terdapat
kesimpulannya adalah sebagai berikut: beberapa kelemahan dari indikator variabel
1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah Dasar penelitian yang mesti diperbaiki dan ditingkatkan.
Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Maka beberapa saran bagi pihak-pihak terkait
Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten adalah sebagai berikut:
Bandung berada pada kategori baik; 1. Dalam memulai kegiatan supervisi, hendaknya
2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru Sekolah kepala sekolah memulai dengan pendekatan
Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan yang baik, bisa berkomunikasi dengan para
Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten guru tentang berbagai permasalahan yang
Bandung berada pada kategori baik; mereka hadapi dalam kegiatan belajar
3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru Sekolah mengajar. Para guru dalam kegiatan supervisi
Dasar Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan hendaknya dilibatkan sebagai rekan dan
Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten sahabat bagi kepala sekolah. Melalui
Bandung berada pada kategori baik; pendekatan yang bersifat kekeluargaan
4. Berdasarkan hasil analisis model struktural tersebut, tentunya para guru akan merasa aman
diperoleh diperoleh kesimpulan bahwa dan nyaman.
Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh 2. Dalam hal pelaksanaan supervisi, kepala
terhadap Motivasi Berprestasi Guru; sekolah hendaknya melaksanakannya dengan
5. Berdasarkan hasil analisis model struktural rutin dan berkesinambungan. Sehingga melalui
diperoleh diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan supervisi, berbagai permasalahan
Motivasi Berprestasi Guru berpengaruh yang dihadapi para guru dalam kegiatan belajar
terhadap Kinerja Mengajar Guru; mengajar dapat diatasi dengan baik;
6. Berdasarkan hasil analisis model struktural 3. Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran,
diperoleh kesimpulan bahwa Supervisi Kepala para guru hendaknya menjadikan rencana
Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat
Mengajar Guru; sebagai acuan. Kegiatan awal, inti, dan akhir
7. Berdasarkan hasil estimasi model path diagram hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-
diperoleh kesimpulan bahwa Supervisi Kepala baiknya;
Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru secara 4. Dalam hal penilaian pembelajaran, para guru
bersama berpengaruh terhadap Kinerja hendaknya menyiapkan teknik dan instrumen
Mengajar Guru. penilaian yang tepat. Penilaian hendaknya
mengacu pada indikator pembelajaran yang
telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, M. (2009). Amstrong Hand Book of $UQLWD ³3HUDQDQ 6XSHUYLVL .HSDOD


Performance Management.India: Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas
Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SD Negeri
Replika Press Pvt Ltd.
.DPSXQJ 0DQJJLV´ Jurnal Guru. 6,
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu (2), 155-162.
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
%DKDU 0 ³$QDOLVLV 0XWX .LQHUMD *XUX´
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 130
Jurnal Administrasi Pendidikan.22, (2), Mulyasa, E. (2013). Uji Kompetensi dan
145-162. Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Burhani, R. (2011). Kemendiknas Laksanakan
Penilaian Kinerja Guru Tahun Muslim, A.Q. (2013). Kontribusi Perilaku
Depan.[online].Tersedia:http://www.antara Kepemimpinan Kepala Madrasah dan
news.com/berita/276796/[23September Motivasi berprestasi Guru terhadap
2011]. Kinerja Mengajar Guru Berpendidikan S1
pada MTs Satu Atap Di kabupaten
'DUPD , . ³3HQJDUXK 0RGHO
Sumenep Jawa Timur. Tesis pada FIP UPI
Pembelajaran Konstruktivisme terhadap
Bandung: Universitas Pendidikan
Prestasi Belajar Matematika Terapan pada
Indonesia.
Mahasiswa Politeknik Negeri Bali Ditinjau
GDUL 0RWLYDVL %HUSUHVWDVL´ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
Teknodik.22,109-129. Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses.
'DVUL]DO ³3HQWLQJQ\D 6XSHUYLVL
Pendidikan sebagai Upaya Peningkatan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Profesionalisme GurX´ Jurnal Guru.6, (1), Negara dan Reformasi Birokrasi No.16
9-19. Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya.
Engkoswara dan Komariah, A. (2011).
Administrasi Pendidikan. Bandung: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28
Alfabeta. Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.
Fattah, N. (1999). Landasan Manajemen
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Karya. tentang Standar Nasional Pendidikan.
Fauza, S. (2010). Faktor-Faktor yang 5DVWR ³3HQJDUXK .RPSHWHQVL PRWLYDVL
Mempengaruhi Kinerja Guru. Tersedia: dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
http://sabrinafauza.wordpress.com. [5 April 0HQJDMDU *XUX´ Jurnal Pendidikan Ilmu
2010]. Sosial.14, (27), 21-31.
Gibson, J.L. et al. (2000). Organization, 6DSSDLOH % , ³+XEXQJDQ .HPDPSXDQ
Behavior, Structure, Proses. United-States. Penalaran dalam Matematika dan Motivasi
McGraw-Hill Companies. Berprestasi terhadap Prestasi Belajar
0DWHPDWLND´ Jurnal Pendidikan dan
Herabudin. (2009). Administrasi dan Supervisi
Kebudayaan. 13, (069), 985-1003.
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
6DWRUL - ³3URJUDP 6trategi
Husdarta, J.S. (2007). Faktor-Faktor yang
Pengembangan Pendidikan Disiplin Ilmu
Mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan
dan Profesi Administrasi Pendidikan
Jasmani. Bandung Barat: Dewa Ruchi.
0HQXMX 7DKXQ ´ 0DNDODK SDGD .XOLDK
Janawi. (2011). Kompetensi Guru. Bandung: Umum Jurusan Administrasi Pendidikan,
Alfabeta. Bandung.
Latan, H. (2012). Structural Equation Modeling Sedermayanti (2011). Membangun dan
Konsep dan Aplikasi Menggunakan Mengembangkan Kepemimpinan Serta
Program LISREL 8.80. Bandung: Alfabeta. Meningkatkan Kinerja untuk Meraih
Luthan, F. (2011). An Evidence ±Based Approach keberhasilan. Bandung:PT. Refika
Organizational Behavior. New York: Aditama.
McGraw-Hill Compaies. 6D¶XG 8 6 Pengembangan Profesi Guru.
Moeherino (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Bandung: Alfabeta.
Kompetensi. Jakarta:Ghalia Indonesia. Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan
Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional. Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandung: Remaja Rosda Karya. 6XGLQ $ ³,PSOHPHQWDVL 6XSHUYLVL
Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 131


'DVDU 6H .DEXSDWHQ 6XPHGDQJ´ Jurnal Taniredja, T. dan Mustafidah, H. (2011).
Pendidikan Dasar. (9), 37-40. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar).
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2010). Pengelolaan pendidikan. Bandung:
6XKDHOL ³6WXGL WHQWDQJ 6HNRODK (IHNWLI
Jurusan Administrasi Pendidikan.
SDGD 60$1 GL 3URYLQVL -DZD %DUDW´
Jurnal Administrasi Pendidikan.13, 1-8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional.
Bandung: Alfabeta. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012).
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan.
Bandung: UPI Press.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Uno, H.B. dan Lamatenggo, N. (2012). Teori
Supardi. (2013). Kinerja Guru. Jakarta: PT. Raja
Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Grafindo Persada.
Aksara.
Suryadi, I. (2009). Kontribusi Persepsi Guru
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta:PT
tentang Supervisi Kepala Sekolah dan
Raja Grafindo Persada.
Motivasi Berprestasi Guru terhadap
Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri :LG\DVWRQR + ³.LQHUMD *XUX 6HNRODK
Kabupaten Majalengka. Tesis pada FIP 'DVDU´ Jurnal Pendidikan dan
UPI Bandung: Universitas Pendidikan Kebudayaan. 47-79.
Indonesia.
Winardi, j. (2007). Motivasi dan Pemotivasian
Suwatno dan Priansa, J.D. (2011). Manajemen dalam Manajemen. Jakarta:PT. Raja
SDM dalam organisasi Publik dan Grafindo Persada.
Bisnis.Bandung: Alfabeta.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 132

Anda mungkin juga menyukai