Anda di halaman 1dari 5

Perpektif

Sosial Budaya

PERADABAN MARITIM

Kebesaran bangsa Indonesia dibangun karena kekutan maritim, sebut saja kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit yang menguasai kawasan kawasan Asia Tenggara. Kehebatan pelaut-pelaut Indonesia
dibuktikan dengan adanya perubahan kebudayaan yang berorientasi pada daratan kemudian memiliki
kemampuan berlayar, bahkan pelaut Indonesiat sangat teruji karena mampu mengarungi lautan hingga
ke Madagaskar.

Jejak-jejak Peradaban Nusantara

Bangsa Indonesia mengalami masa keemasan , dengan menggunakan kapal berdacik, mereka
berlayar mengelilingi dunia dan menjadi bangsa yang disegani. Berbekal alat navigasi seadanya,
bangsa Indonesia berlayar ke utara, memotong lautan Hindia-Madagaskar dan berlanjut ke timur
hingga pulau Paskah.

Sebagai kerajaan maritim yang kuat di asia Tenggara, kerajaan Sriwijaya telah mendasarkan
politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang
digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut.

SUMBER DAYA MANUSIA

Kelautan Indonesia, tidak lepas dari segala sumber kekayaan alam yang belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh masyarakat indonesia. Seharusnya sumber alam yang berlimpah ini dapat
memberikan andil besar bagi kesejahtraan rakyat.

Laut Indonesia dapat menghasilakan ratusan triliun devisa dengan berbagai potensi energi
terbarukan. Negeri ini juga memiliki sumber daya hayati beraneka ragam, melipiti 2.000 spesies ikan,
lebih dari 80 genera reumbu karang atau sekitay 17,95 persen di dunia 850 jenis sponge, padang
lamun dan hutan mangrove yang menyimpan potensi 6,5 ton ikan.sebaliknya negara tetangga Malasya
banyak memanfaatkan potensi kalutan Indonesia dengan meningkatkan penguasaan teknologi
penangkapan ikan sehingga negara ini mengalami kerugian lebih dari Rp. 100 miliar pertahun.

Ada dua faktor paling mendasar yang diperlukan dalam memba terujingun sektor kelautan,
yaitu SDM dan kemampuan teknologi. Pengalaman beberapa negara dan wilayah lain yang sukses
membangun sektor kelautan, karena bertumpuh pada kedua faktor tersebut yaitu sumber daya manusia
yang berkualitas dan pengembagan teknologi.

Sebagai negara kepaulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam berlimpah, bangsa
Indonesia belum mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena
rendahnya kualitas SDM di bidang maritim, dimana Indonesia masih kekurangan tenaga pelaut.

Krisis tenaga pelaut Indonesia hingga kini masih menjadi masalah serius. Jumlah lulusan
pendidikan tersebut belum seimbang dengan kebutuhan di bidang pelayaran. Di sektor angkatan laut
kondisinya minim tenaga pelaut. Para lulusan di tingkat perwira hampir 75 % memilih bekerja di
kapal asing ketimbang mengabdikan diri untuk perusahaan pelayaran nasional dengan alasan
penghasilan yang lebih besar. Kondisi seperti ini menjadi perhatian penuh Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM),dimana harus ada standar gaji dan perbaikan kesejahtraan bagi para
pelaut.

Karena itu, perlu mengubah paradigma pembanguna SDM dengan konsep kebudayaan
maritim. Yaitu pengetahuan kebudayaan maritim medern yang memiliki semangat keterbukaan,
kemandirian dan keberanian dalam menghadapi era modern dengan ditunjang kecerdasan
masyarakatnya. Keterbukaan yang dimaksud adalah sikap membuka diri terhadap perubahan zaman
dan menghargai kebudayaan bangsa lain yang melakukan adaptasi inovatif untuk kemajuan kelautan
Indonesia.

Lahirnya teknologi canggih, kapal hi-tech menuntut kualitas SDM yang tinggi untuk
mengoperasikan kapal. Sumber daya hayati dan non hayati harus dapat dikelola secara optimal.
Potensi itu meliputi potensi perikanan, sumber daya wilayah pesisir, bioteknologi, wisata bahari,
minyak bumi dan transpotasi. Dalam mengelolanya diperlukan sumber daya manusia berkualitas yang
memahami dan mengerti terhadap potensi laut yang dimilikinya.

KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR

Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang mendiami suatu wilayah
pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya tergantung pada pemanfaatan sumber daya laut dan
pesisir. Kemiskinan masyarakat pesisir dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan
satu sama lain. Tingginya tingkat kemiskinan disebabkan karena kerusakan sumber daya pesisir,
rendahnya kemandirian organisasi sosial desa, rendahnya infra struktur desa dan kesehatan
lingkungan pemukiman.

Etos kerja dari para nelayan, lemahnya tingkat pendidikan, kurangnya aksesibilitas terhadap
informasi dan teknologi yang masuk dan kurangnya biaya untuk modal semakin membuat masyarakat
pesisir menjadi rendah. Disaat bersamaan, kebijakan dari pemerintah tidak memihak kepada
masyarakat pesisir , akibatnya kemiskinan semakin bertambah.

Kemiskinan yang terjadi pada nelayan menjadi salah satu ancaman potensial bagi pelestarian
sumber daya pesisir dan lautan. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat pesisir menjadi salah satu
agenda penting di wilayah pesisir, mengingat masyarakat yang tinggal di daerah tersebut adalah para
nelayan.

kebijakan pemerintah dalam upaya perbaiakan kualitas nelayan, dengan diterbitkan Keppres
No. 10/2011 yang ditujukkan khusus untuk meningkatkan kesejahtraan nelayan.

NELAYAN TRADISIONAL TERPINGGIRKAN

Nelayan tradisional Indonesia kenyataannya belum mendapat perlindungan secara hukum


dari pemrintah , terbukti dengan banyaknya nelayan tradisional Indonesia yang ditangkap dan
perlakukan secara kasar oleh negara tetangga seperti Malasya. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak
memberikan informasi dan pemahaman kepada para nelayan tentang batas-batas perairan wilayah
Indonsia sehingga tanpa disadari mereka telah memasuki wilayah perairan negara lain. Sementara
banyak kapal-kapal asing yang merampok kekayaan laut Indonesia. Hal ini menyebabkan masyarakat
nelayan tradisional semakin terpinggirkan.
PERSPEKTIF

EKONOMI MARITIM

Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang menghubungkan negara-negara ekonomi maju.
Posisi geopilitis strategis tersebut memberikan peluang indonesia sebagai jalur ekonomi. Selain itu
Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km persegi yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar
3,2 juta km persegi dan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km persegi. Selain
itu, terdapat 17.504 pulau di Indonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km persegi. Dengan
cakupan yang demikian besar dan luas, tentu saja maritim Indonesia mengandung keanekaragaman
alam laut yang potensial.

Sektor kelautan harus dijadikan sebagai penunjang perekonomian negara ini. Berdasarkan
catatan kementerian kelautan dan Perikanan (KKP), pada tahun 2008 Produk Domesti Bruto (PDB)
pada sektor perikanan mencapai angka Rp. 136,43 triliun.

Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi maritim yang besar dan beragam dan
belum sepenuhnya dikelola dengan baik. Berbagai sektor dapat dikembangakan dalam upaya untuk
memajukan dan memakmurkan perekonomian negara melalui perikanan tangkap, perikanan
budidaya, industri pengolahan hasil perikananan, industri bioteknologi maritim, pertambangan dan
energi, pariwisata bahari, angkatan laut, jasa perdagangan, industri maritim, pembangunan maritim
(konstruksi dan rekayasa),benda berharga dan warisan budaya (cultural heritage), jasa lingkungan,
konservasi dan biodiversitasnya.

Ekonomi Maritim Indonesia Dikuasai Asing

Pasal 33 ayat (3) UUD1945 menegaskan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnyadikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Namun sebagian besar sumber-sumber energi Indonesia dikuasai oleh pihak asing.

Salah satu contoh sikap pemerintah yang pro terhadap kepentingan asing adalah polemik blok
Migas West Madura. Sikap pemerintah yang berpihak pada kepentingan perusahaan asing terlihat
pada beberapa kebijakannya.

Pertama Pertamina sejak mei 2008 telah lima kali meminta kepada pemerintah agar blok
West Madura sepenuhnya dikelola BU , hingga kini pemerintah belum mengabulkan permintaan
tersebut .

Kedua porsi saham pertamina di West Madura adalah yang paling besar, namun kenyataannya
yang menjadi pengelola adalah Kodeco dengan kemampuan produksi hanya berada pada level 13-14
ribu bph, sementara Pertamina menyatakan sanggup menyedot ladang di minyak itu hingga 30 ribu
barel per hari. Jika blok tersebut dapat diproduksi 30 ribu barel minyak perhari, cadangan tersebut
baru habis selama 6 tahun. Setelah dipotong cost recovery 10 dollar AS perbarel, kekayaan yang dapat
diraup sekitar Rp.4 triliun pertahun. Menyerahkan pengelolaan kepada Kodeco, Pertamina sebagai
BUN tidak mendapat keuntungan sebagai operator.Indonesia sebagai negara yang kaya migas namun
pengelolaannya justru didominasi pihak asang.

INDUSTRI JASA MARITIM

 Penghambat Indusrti Maritim


Faktor penghambat pembangunan industri maritim nasional :

1. Sistem finansial. Kebijakan sektor perbankan atau lembaga keuangan di indonesia


sebagian besar keuntungannya diperoleh dari pendapatan dana di sertifikat Bari
pendapatan dana di sertifikat Bank Indonesia (Sank Indonesia (SBI), untuk membiayai
industri maritim sangat tidak mendukung karena bunga pinjaman sangat tinggi.

2. Kepmenkeu No. 370/KM.03/2003 tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahahan Nilai yang


dibebaskan atas impor dan/atau penyerahan jasa kena pajak tertentu, bahwa sektor
perkapalan mendapat pembebasan pajak. Namun semua pembebasan pajak itu harus
dibayar jika melanggar pasal 16, tentang pajak pertambahan nilai yang terhutang pada
impor atau pada saat perolehan Barang Kena pajak.

3. Buruknya kualitas Sumber Daya Maritim Indonesia menyebabkan biaya langsung industri
maritim menjadi tinggi

4. Persoalan klasifikasi industri maritim di tangan BUMN dengan kendali Kementerian


BUMN dan kementerian Perhubungan, P Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) membuat
industri maritim indonesia semakin terpuruk

 Industri Perkapalan

Industri perkapalan merupakan industri padat karya dan padat modal yang memiliki daya
saing tinggi, karena itu dukungan pemerintah sebagai pemegang kewenangan sangat penting.
Faktor kebijkan moneter dan fiskal , masih sulitnya akses dana perbankan dan tingginya
bunga menjadi beban para pelaku usaha. Industri kapal juga diharuskan membayar dua kali
lipat, selain itu perbankan enggan menyalurkan kredit kepada indutri perkapalan.

Pemerintah berupaya mendorong agar industri galangan kapal nasional dapat menikmati pasar
di dalam negeri yang terus berkembang. Dengan adanya kebijakan asas cabotage yang
memberikan peluang kepada pelaku industri untuk meningkatkan produksinya.

 Industri Perikanan dan bioteknologi

Industri perikanan dan bioteknologi diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar 82


milia dolar AS pertahun, namun karena pemerintah tidak menggarap sub sektor ini
Indonesia diperkirakan kehilangan potensi pendapatan dari produk-produk
bioteknologi maritim sekitar 1 miliyar dolar AS pertahun. Hal ini disebabkan
lemahnya aplikasi bioteknologi maritim serta jarangnya pengusaha yang terjun ke
sektor tersebut.

PERIKANAN

Orientasi ekspor pada pada kebijakan perikanan nasioanal telah mengerus bahan baku
ikan yang pada akhirnya memaksa perusahaan dan konsumen domestik untuk bergantuk pada
sehingga dapat menghancur kan perekonomian nasional khususnya nelayan tradisional.
Inisiatip yang dapat dilakukan pemerintah adalah menetapkan dan mengamankan
kuota kebutuhan ikan nasioanal

ZONA EKONOMI EKSLUSIF

Anda mungkin juga menyukai