Anda di halaman 1dari 12

DRAFT SINTESIS

HASIL PELAKSANAAN SINODE PARA USKUP 2021-2023


PAROKI ST. JOSEPH TEBING TINGGI

TAHUN 2022
DRAFT SINTESIS
HASIL PELAKSANAAN SINODE PARA USKUP 2021-2023
PAROKI ST. JOSEPH TEBING TINGGI
A. PENGANTAR
Pada tanggal 10 Oktober 2021 Bapa Paus membuka Sinode Para Uskup 2021-2023.
Sinodalitas Gereja nampaknya menjadi gagasan dasar atau fundamental dari Bapa Suci Paus
Fransiskus dalam pembaharauan Gereja. Sinode menghendaki agar proses berjalan bersama
terjadi di seluruh keuskupan tidak terkecuali di Paroki St. Joseph Tebing Tinggi
Sinode atau “Berjalan bersama” merupakan warisan yang sangat berharga dari Gereja
Perdana, yang bahkan menjadi hakekat dari Gereja sendiri, menjadi cara Gereja untuk ada
dan hidup (modus vivendi) serta cara Gereja berkarya (modus operandi) dalam mewujudkan
misi.

Menyambut Sinode Para Uskup 2021-2023, umat Paroki St. Joseph Tebing Tinggi bergerak
bersama untuk melaksanakan konsultasi umat yaitu pertama, pendalaman iman untuk
membahas tema sinodal “Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi dan Misi” dan kedua
mendistribusikan kuisioner kepada responden yang representatif sebagai sumber bahan
kajian di tingkat keuskupan.

Diawali dengan Kegiatan Sosialisasi Sinode Para Uskup 2023 Tingkat Paroki sekaligus
pembekalan fasilitator dan pembuat narasi pada tanggal 6 Februari 2022. Kegiatan ini
melibatkan Pastor, DPP, Pengurus Stasi dan Lingkungan. Kemudian, pengurus yang sudah
dibekali, melaksanakan kegiatan pendalaman di stasi dan lingkugan masing-masing.
Meskipun demikian, kegiatan pendalaman masih dirasa kurang diminati umat. Umat yang
hadir sedikit.

Syukur kepada Allah, berkat bimbingan dan hikmat dari Roh Kudus, kegiatan ini telah dapat
dilaksanakan dengan baik meskipun ada beberapa kekurangan. Semoga rangkuman singkat
ini mampu memberikan gambaran atas situasi kehidupan menggereja di Paroki St. Joseph
Tebing Tinggi
B. MASALAH
1. Cakupan “Gereja Kita”
Gereja kita merupakan persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus sebagai
perwujudan karya Allah yang konkret. Gereja berdiri kokoh atas dasar Kristus sebagai
Kepala dan Allah yang berkarya memanggil umat-Nya untuk diberikan tanggung jawab
dan kebebasan. Umat Katolik dari segala perbedaan latar belakang dan karakter
diharapkan mampu untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus
sebagai Imam, Nabi dan Raja. Berjalan bersama di tengah keluarga, lingkungan maupun
masyarakat.

Paus, Uskup, Imam, Diakon, Biarawan/ti, Pengurus Gereja, Tokoh Umat, Umat Beriman,
Organissi Katolik, orang-orang yang terpanggil menjadi pengikut Kristus merupakan
pihak-pihak yang terlibat dalam ungkapan Gereja kita. Mereka adalah wujud pengabdian
sukarela untuk mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma,
martyria, liturgia dan diakonia.

2. Gereja Berjalan Bersama


Dalam pelaksanaan menuju Gereja Sinodal bagi umat, Gereja turut memberi perhatian.
Stasi/Lingkungan mewadahi umat dengan mengadakan kegiatan pendalaman iman
dengan tujuan agar lewat kegiatan-kegiatan tersebut umat mampu menghayati imannya,
apalagi dalam menanggapi situasi dan kondisi masa pandemic covid 19 sekarang. Ke-
Sinodal-an Gereja Kita sangat tampak dari wujud aktif umat mengikuti pertemuan
lingkungan, doa bersama keluarga, peduli dalam acara suka dan duka baik di lingkungan
gereja dan masyarakat.

Walaupun demikian, umat di masing-masing Stasi/Lingkungan tidak semua terlibat


dalam kegiatan hidup menggereja, baik yang dilaksanakan di Lingkungan maupun di
Stasi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran umat untuk terlibat dalam kegiatan
hidup menggereja. Oleh karena itu berpengaruh dengan keterlibatan mereka dalam
kegiatan hidup menggereja. Umat yang terlibat dalam kegiatan gerejani hanya orang-
orang tertentu saja. Biasanya mereka yang memiliki semangat untuk melayani dan
dipandang dapat menjadi panutan bagi umat yang lain, seperti pengurus stasi/lingkungan
dan sebagian umat yang memang ingin melayani. Hal di atas terlihat saat ada kegiatan
sosialisasi bahan pendalaman iman yang berlangsung di lingkungan-lingkungan hanya
merekalah yang rajin mengikuti kegiatan tersebut.

3. Penggerak Dalam Kebersamaan


Dalam pelaksanaan hidup sinodal, peran serta Pastor, Suster, Pengurus Gereja (DPP,
Pengurus Stasi/Lingkungan), tokoh umat, dan umat itu sendiri, sangat diharapkan untuk
mendukung dengan mau terlibat sebagai penggerak di dalamnya. Keikutsertaan dan
keterlibatan mereka tidak hanya sebatas “hadir atau ada”, melainkan diharapkan terlibat
dalam kegiatan-kegiatan demi pengembangan Gereja, Stasi/ Lingkungan dan masyarakat
dengan memberi hati sepenuhnya demi terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut. Peran
serta mereka semua sungguh mempengaruhi terlaksananya dan perkembangan kegiatan
itu sendiri, sehingga sangat mengharapkan mereka untuk terlibat sebagai perwujudan
persekutuan, partisipasi dan misi.

4. Bentuk Keterlibatan Umat dalam Menggereja


Kegiatan gerejani merupakan kegiatan yang dapat membantu umat dalam menghidupi
iman kristianinya. Melalui keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan gerejani mereka
semakin menyadari akan tanggung jawabnya sebagai anggota Gereja dalam memajukan
kehidupan menggereja. Peranan ini akan semakin tampak apabila setiap umat memiliki
kesadaran dalam dirinya masing-masing. Kegiatan-kegiatan gerejani tidak akan
berkembang dengan baik tanpa keterlibatan umatnya. Ketika umat menyadari bahwa idup
mati kegiatan yang dilaksanakan gereja sangat tergantung pada keterlibatan mereka maka
dengan sendirinya mereka pun semakin merasakan manfaat dari kegiatan itu.

Adapun bentuk konkrit keterlibatan umat dalam menggereja yaitu, sebagai umat katolik
mereka sudah terlibat dalam kegiatan liturgi (Perayaan Ekaristi, Ibadat tiap Minggu di
Stasi, Pendalaman Iman di Stasi/Lingkungan), selama Masa Prapaskah (Aksi Puasa
Pembangunan), Rosario, BKSN, umat mengikuti doa bersama di Lingkungan, terlibat
aktif atau menjadi bagian dalam kelompok-kelompok kategorial seperti BIA/BIR,
Misdinar, OMK, Lektor, Pemazmur, Pemuda Katolik, WKRI, St. Monika. Bentuk
keterlibatan umat terlihat juga dalam ketertiban umat dalam administrasi gereja seperti
membayar dana mandiri, kartu keluarga katolik,

Terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan mengakrabkan umat katolik dengan umat
yang beragama lain. Bentuk keterlibatan umat dalam kegiatan kemasyarakatan antara lain
bahwa mereka selalu terlibat dalam kerja bakti membersihkan kampung, keterlibatan
umat dalam kegiatan RT/RW, perkumpulan STM atau Punguan Marga, peduli dalam
suka dan duka, dll

5. Umat Terpinggirkan atau Statusnya Tidak Penuh Dalam Gereja


Siapa sebenarnya yang dimaksud ? apakah umat katolik itu benar-benar terpinggirkan
atau minggir dengan sendirinya. Tentu sebutan terpinggirkan akan berbeda dari istilah
minggir dengan sendirinya. Istilah terpinggirkan menunjukkan ada persoalan yang
dengan sengaja membuat umat Katolik tertinggal, sementara itu minggir adalah oleh
karena keadaan yang dibuatnya sendiri.

Yang termasuk dalam terpinggirkan antara lain umat yang tertarik dengan ajaran dan tata
cara ibadat gereja lain (pindah gereja), konflik umat dengan umat (masalah pribadi), umat
dengan pengurus (kurang komunikasi), umat dengan pastor (layanan pastoral), pengurus
dengan pengurus (jika sudah tidak pengurus lagi, tidak mau terlibat / acuh tak acuh
dengan gereja), alasan perkawinan dengan pihak non Katolik (pindah agama), umat
lansia yang tidak pernah bisa ikut Misa, jarak tempuh (transportasi).

6. Upaya Untuk Merangkul Kembali


Betapa pentingnya kita mengembangkan pelayanan pastoral dalam gereja bagi umat
Katolik khususnya bagi “umat terpinggirkan”. Di sinilah dituntut peran kita untuk
mewujudkan kasih kita kepada sesama. Terlebih lagi kepada orang-orang yang
terpinggirkan atau statusnya tidak penuh dalam gereja.
Uluran tangan, merangkul, menyapa, kunjungan kasih, dalam bentuk sekecil dan
sesederhana apa pun, adalah ungkapan solidaritas yang diperlukan umat Katolik untuk
menyapa dan merangkul umat yang terpinggirkan.

C. HARAPAN
Gereja Sinodal mengharapkan sekali keterlibatan kita semua untuk meningkatkan
keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja. Namun, pada kenyataannya kita kurang
memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan kurang mendapat dukungan dari
umat.

Salah satu kebutuhan dari umat sendiri yaitu memerlukan adanya komunikasi atau sharing
pengalaman iman antar umat sehingga masing-masing umat saling memperkaya dan
meneguhkan satu sama lain. Sebagai anggota Gereja, tentunya kita tidak boleh acuh tak acuh
terhadap situasi yang ada. Namun kita harus ikut terlibat di dalamnya sehingga kegiatan-
kegiatan yang ada dapat semakin hidup dan berkembang

Dalam pelaksanaan hidup sinodal, peran serta Pastor, Biarawan/ti, Pengurus Gereja (DPP,
Pengurus Stasi/Lingkungan), tokoh umat, dan umat, sangat diharapkan untuk mendukung
dengan mau terlibat sebagai penggerak di dalamnya. Keikutsertaan dan keterlibatan mereka
tidak hanya sebatas “hadir atau ada”, melainkan diharapkan terlibat dalam kegiatan-kegiatan
demi pengembangan Gereja, Stasi, Lingkungan dan masyarakat dengan memberi hati
sepenuhnya demi terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut.

D. PENUTUP
Hidup menggereja didasari oleh semangat Yesus Kristus sendiri selama hidup-Nya. Maka
dari itu Gereja Kita sebagai Persekutuan, Partiipasi, Misi mempunyai tugas untuk
melanjutkan dan mengambil bagian dalam tugas mewujudkan lima dasar dasar-dasar hidup
menggereja yaitu koinonia atau paguyuban, kerygma atau pewartaan, martyria atau kesaksian
hidup, liturgia.
Perkembangan suatu Gereja Kita sebagai Teman Seperjalanan sangatlah tergantung pada
usaha-usaha karya pastoral dalam mewartakan sabda penyelamatan Allah kepada manusia.
Gereja ada, berkembang dan menyebar karena aktivitas yang dilakukan oleh Pemimpin
Umat. Beriman Katolik tentu bukan hanya sebagai status saja tetapi harus kita wujudkan
melalui tindakan nyata. Tindakan yang dapat kita lakukan diantaranya terlibat dalam kegiatan
hidup menggereja. Dengan keterlibatan tersebut berarti kita menampakkan iman kita
terhadap Yesus Kristus. Keterlibatan umat dalam hidup menggereja sendiri diartikan sebagai
pengabdian sukarela untuk mengambil bagian dalam langkah berjalan bersama (sinodalitas)
atas dasar baptisan dan atas dasar kemanusiaan.

Tebing Tinggi, Maret 2022

Tim Penyusun:
RP. Eduard Daeli, OSC
RP. Adi Putra Panjaitan, OSC
Drs. Sirus Sitanggang, MM
Esbon Sihombing, SE
Johanes Manik, S.Pd. M.Pd
Marolop Sihombing
Christine Gorethy
Drs. Osmar Sagala, MM
DOKUMENTASI PELAKSANAAN SINODE PARA USKUP 2023 DI KAM

SOSIALISASI PANDUAN SINODFE PARA USKUP


DI PAROKI ST. JOSEPH TEBING TINGGI TANGGAL 6 FEBRUARI 2022
PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI STASI ST. PETRUS PAULUS KAMPUNG TOBA

PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI STASI ST. MIKAEL PERTAPAAN

PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI STASI ST. ANTONIUS BANGUN BANDAR


PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI LINGKUNGAN ST. SKOLASTIKA

PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI LINGKUNGAN ST. FRANSISKUS XAVERIUS


PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI LINGKUNGAN ST. PAULUS

PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI LINGKUNGAN ST. YOHANES DE CRUCE


PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI LINGKUNGAN ST. ANTONIUS

PENDALAMAN IBADAT SINODAL DI LINGKUNGAN ST. PETRUS

Anda mungkin juga menyukai