Anda di halaman 1dari 6

Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

Landasan hukum lembaga keuangan syariah :


-          Al Qur’an
-          Hadist => Segala sesuatu yang diucapkan, dilakukan dan perbuatan yang didiamkan oleh
Rasulullah. Hadist ada tiga macam yaitu hadist Sahih (al Bukari. Muslim, Abu dawut, Turmudzi,
Nasa’i), Dhoif dan Hasan
 
 
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
 
Riba adalah tambahan nilai yang diperoleh dengan tanpa risiko dan bukan merupakan hadiah atau
kompensasi kerja
 
Dalam transaksi keuangan eksploitasi maupun ketidakadilan terjadi dalam hal simpan pinjam. Islam
melarang mengenakan denda jika debitur telat membayar karena prinsip pinjam meminjam adalah
tolong menolong, tidak boleh ambil keuntungan.
 
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 :
       
    Capital Law System :
    Collateral → UU nomor 42/99 (fiducia) -           Common Law System
- 5C Characteristic -           Civil law System
Capacity ( dianut oleh Indonesia
Condition of Economi
 
    Purpose
- 4P Prospek
Personality
Payment
 
Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang diamanatkan
1.       PP Perikatan islam
2.       PP Agunan Syariah
3.       PP Kepailitan Syariah → berlaku uu kepailitan saat ini
4.       PP Arbitrase Syariah
 
Jika terjadi perselisihan
        Pidana => diselesaikan di Pengadilan Negeri;
        Perdata => merujuk pada Undang-undang 12 tahun 2006 tentang peradilan agama;
Peradilan agama disamping menyelesaikan sengketa Nihak, talak, rujuk, cerai, juga
mempunyai kompetensi menyelesaikan sengketa bisnis syariah (reksadana, asuransi,
perbankan, obligasi syariah).
 
Prinsip Syariah :
1.      Prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan yang berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
MUI dan DSN ( pasal 1 ayat 12 UUPS);
2.      Kegiatan bisnis yang bersumber kepada Qur’an dan sunah(ijtihad, ijma’ dan qiyas) lebih
mengutamakan prinsip bagi hasil serta kehalalan produk dan jasa yang dijualnya.
 
Hikmah kenapa riba diharamkan :
1.      Riba menimbulkan sikap permusuhan antar individu dan menghilangkan saling tolong
menolong antara sesama manusia, maka semua agama termasuk islam menganjurkan
sikap tolong menolong serta membenci orang-orang yang mengutamakan kepentingan
sendiri, serta membenci orang-orang yang mengeksploitasi hasil kerja orang lain;
2.      Riba menumbuhkan sikap boros dan malas, ingin mendapatkan kesenangan tanpa susah
payah, menjadi benalu diatas jerih payah orang lain. Islam menghargasi orang yang
bekerja;
3.      Riba adalah salah satu bentuk penjajahan oleh karena itu tidak salah jika dikatakan bahwa
penjajahan berada di belakang para pedagang/pengusaha;
4.      Islam mengajak manusia agar suka mendermakan hartanya kepada saudara yang
membutuhkan. Allah akan melipatgandakan pahala orang-orang yang suka berderma.
 
Dampak negatif riba :
1.       Menimbulkan ketidakadilan distribusi kekayaan karena riba/bunga memberika hasil tetap pada
satu pihak (kreditur) dan menghasilkan tidak tetap pada debitur (pengusaha);
2.       Potensi eksploitasi terhadap pihak-pihak yang lemah serta keuntungan berpihak kepada orang-
orang kaya;
3.       Terhambatnya Investasi
Sebenarnya riba/bunga merupakan biaya sosial (Social cost) semakin tinggi tingkat bunga yang
berlaku, maka semakin besar biaya yang ditanggung dalam investasi ini berarti para investor kaya
kaya akan mampu melakukan investasi jika takut keuntungan yang diharapkan mampu menutup
tingkat biaya pasar.
 
Macam-macam Riba :
1.       Riba Fadl: Riba Fadl disebut juga riba buyu yaitu yang timbul akibat pertukaran barang sejenis
yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an
bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran semisal ini mengandung
gharar yaitu ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang
dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan zalim terhadap salah satu pihak, kedua
pihak, dan pihak-pihak lain.
Dalam perbankan, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak
dilakukan dengan cara tunai (spot).
.
2.       Riba Nasi’ah: Riba Nasi’ah disebut juga riba duyun yaitu riba yang timbul akibat hutang-
piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko (al ghunmu bil ghurmi) dan
hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Transaksi semisal ini mengandung
pertukaran kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalannya waktu. Nasi’ah adalah
penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis
barang ribawi lainnya. Riba Nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan
antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Jadi al ghunmu
(untung) muncul tanpa adanya resiko (al ghurmi), hasil usaha (al kharaj) muncul tanpa adanya
biaya (dhaman); al ghunmu dan al kharaj muncul hanya dengan berjalannya waktu. Dalam
perbankan konvensional, riba nasi’ah dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan
pembayaran bunga deposito, tabungan, giro;
3.       Riba Jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam
tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. Riba Jahiliyah
dilarang karena pelanggaran kaedah "Kullu Qardin Jarra Manfa’ah Fahuwa Riba" (setiap
pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba). Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba
jahiliyah tergolong Riba Nasi’ah; dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan, tergolong Riba
Fadl. Dalam perbankan konvensional, riba jahiliyah dapat ditemui dalam pengenaan bunga pada
transaksi kartu kredit.
Riba Qorqh : Suatu manfaat/kelebihan tertentu yang dipersyaratkan terhadap debitur.
 
Lima transaksi yang lazim dipraktekkan oleh perbankan syariah :
1.       Transaksi yang tidak mengandung riba.
2.       Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli (murabahah).
3.       Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dengan cara sewa (ijarah)
4.       Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil (mudharabah)
5.       Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adalah bagi hasil (mudharabah) dan
transaksi titipan (wadiah).
 
JAMINAN / COLLATERAL
 
” Jika kamu dalam perjalanan / bermualamalah tidak secara tunai, sedang kamu tidak memperolah
seorang penulis, maka hendaklah ada barang (benda) tanggung yang dipegang (Al Quran)
 
Pertimbangan-pertimbangan yang harus diambil kreditur menurut pasal 23 UU No. 21 tahun
2008 :
”Untuk memperoleh keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas,
Bank Syariah dan/atau UUS(Unit-unit Syariah) wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap
Watak, Kemampuan, Modal, Agunan, dan Prospek usaha dari calon Nasabah Penerima
Fasilitas”
 
Penyelesaian Sengketa : ( Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2008)
”Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Agama”.
Jika seseorang bersengketa dengan debitur bank Syariah, maka wadah penyelesainnya melalui
BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia)
 
Pasal 69 UU No 21 Tahun 2008 : “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, segala ketentuan
mengenai Perbankan Syariah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 beserta
peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-
Undang ini.”
Peraturan pelaksanaannya al:
         Peraturan BI No.9/19/2007 tentang pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan
penghimpunan dana, penyaluran dana, serta pelayanan dana bank syariah;
         Peraturan BI No.6/24/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
 
Bank syariah : Landasannya Al Quran dan hadist, Bank Syariah adalah bank islam yang beroperasi
secara islam
 
Kegiatan Muamalat adalah suatu kegiatan yang menyangkut hubungan antar manusia, terkait aspek
politik, sosial budaya dan ekonomi. Aspek Ekonomi misalnya Koperasi Simpan Pinjam, Jual Beli.
 
Mudharabah adalah suatu perjanjian usaha antara pemilik modal (sahibul maal) dengan
pengusaha dimana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan, dipihak
lain pengusaha melakukan pengelolaan atas modal tersebut.
Hasil usaha bersama ini dibagi sesuai dengan hasil kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak dimana dalam kontrak tersebut dicantumkan bagi hasilnya (nisbah). Jika terjadi
kerugian atau risiko yang tidak diharapkan merupakan konsekuensi bisnis dan bukan
penyelewengan pengelola dana, serta bukan pelanggaran perjanjian, maka kerugian
tersebut ditanggung pemilik dana.
Contoh : Jika pengelola dana melakukan kegiatan diluar amanat DPS, maka pengelola
danalah yang bertanggung jawab secara pribadi apabila ada kerugian.
 
Landasan bagi hasil adalah surat Al Muzammil ayat 20
Tata cara bagi hasil perusahaan nasabah penerima pembayaran bagi hasil mudharabah dengan
bank syariah :
 Bank menyediakan 100% pembiayaan untuk suatu proyek .
 Bank dengan pengusaha sepakat dengan keuntungan masing-masing dan bank islam
melakukan pengawasan atas proyek tsb.
 Jika rugi bank akan menanggung risiko, sementara pengusaha kehilangan waktu, tenaga,
manajerial skill, serta bagi hasil yang diharapkan.
 
Dewan Pengawas Syariah : adalah dewan yang sengaja dibentuk untuk mengawasi jalannya prinsip-
prinsip syariah, sehingga bisnis syariah tersebut sesuai dengan muamalah dalam islam.
Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah :
1.       Mendiskusikan masalah-masalah transaksi yang diadakan kepadanya sehingga bisnis tersebut
sesuai dengan syariah islam;
2.       Memberikan pedoman/garis besar syariah, baik untuk pengerahan umum maupun penyaluran
dana, serta kegiatan bank syariah lainnya;
3.       Merevisi produk-produkbank syariah, jika produk tersebut ternyata bertentangan dengan islam.
Persyaratan Anggota Dewan Pengawas Syariah :
1.       Ahli dalam masalah Al Quran dan Hadist yang menyangkut syariah;
2.       Menguasai hukum bisnis konvensional dan terbiasa dengan kontak-kontak bisnis.
 
Dewan Syariah Nasional (DSN)
         Adalah Badan (dibentuk oleh MUI) yang berwenang dan mempunyai tugas utama untuk
mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa syariah serta mengawasi
penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.
         DSN adalah Badan otonom dari MUI yang Ex Officio(Ketua MUI). Tugasnya yang utama
adalah:
1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan syariah;
2. Meneliti dan memberi fatwa terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga
keuangan syariah;
3. Memberikan rekomendasi kepada para ulama yangakan ditugaskan DSN pada Lembaga
keuangan syariahtermasuk DPS;
4. Memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah jika produknya bertentangan dan Al
Quran dan Sunah.
 
1.       Gadai : Berlaku BW (burgerlijk wetboek)
2.       Hak tanggungan => berlaku UU nomor 4 tahun 1996;
 
Agunan (macam-macam agunan) :
1.       Gadai : berupa benda bergerak yang dikuasai oleh kreditur sebagai jaminan atas pinjaman yang
dilakukan.
2.       Fiducia : Berupa benda bergerak ; dikuasai oleh debitur.
Fiducia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda (berlaku UU nomor 42 tahun 1999)
"Fidusia" adalah hak jaminan yang berupa penyerahan hak atas benda berdasarkan kepercayaan
yang disepakati sebagai jaminan bagi pelunasan piutang kreditur.
3.       Hak Tanggungan : berupa benda tidak bergerak; dikuasai oleh kreditur seperti sertifikat
rumah/tanah, kapal, akte hipotik.
4.       Hipotik : Berupa benda tak bergerak
Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas barang tak bergerak yang dijadikan jaminan dalam
pelunasan suatu perikatan.
Berlaku sesuai dg pasal 2 aturan peralihan UUD 1945 : “ Semua peraturan-peraturan yang ada
sebelum tanggal 18 Agustus 1945 masih berlaku sampai saat ini dst, sebelum ada penggantinya;
 
Subyek Hukum :
1.       Orang Pribadi
2.       Badan Hukum : Yayasan, Perseroan Terbatas
 
Obyek Hukum : Benda dan Jasa
 
Untuk bentuk benda tidak bergerak penjualannya harus sama dengan yang tercantum dalam sertifikat
dan orang yang sudah dewasa (berusia diatas 21 Tahun)
Pasal 330 BBW : - Usia 21 Tahun
-    Sehat jasmani dan rohani
-    Memahami hak dan kewajiban
-    Janda dan Duda belum berumur 21 Th (sudah pernah menikah)
 
 
Berdasarkan penelitian mengenai perbedaan bank konvensional dan bank syariah,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.       Bank Konvensional adalah lembaga perbankan yang menerapkan metode bunga dalam
memberikan fasilitas (keuntungan) bagi nasabahnya. Bank Syariah adalah lembaga perbankan
yang menerapkan metode bagi hasil untuk memberikan keuntungan bagi nasabahnya.
2.       Prinsip bagi hasil: Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi, besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada
jumlah keuntungan yang diperoleh, jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan, tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil, bagi hasil
tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan
keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
3.       Sistem bunga: Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu
untung untuk pihak Bank, besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkanPenentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung
untuk pihak Bank jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan
berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik, eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh
semua agama termasuk agama Islam, pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
 
Perbedaan bank Konvensional dan Bank Syariah
 
Bank Konvensional Bank Syariah
Sistem bunga: Prinsip bagi hasil:
   
1.        Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad 1.    Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat
dengan pedoman harus selalu untung untuk pada waktu akad dengan berpedoman pada
pihak Bank; kemungkinan untung dan rugi
2.        Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah 2.    Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada
uang (modal) yang dipinjamkan; jumlah keuntungan yang diperoleh.
3.        Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat 3.    Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai
meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda dengan peningkatan jumlah pendapatan
saat keadaan ekonomi sedang baik; 4.    Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi
4.        Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh hasil
semua agama termasuk agama Islam; 5.    Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek
5.        Pembayaran bunga tetap seperti yang yang dijalankan. Jika proyek itu tidak
dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

 
Keunggulan dan Kelemahan Bank Konvensional dan Bank Syariah
 
Bank Konvensional Bank Syariah
Keunggulan : Keunggulan:
   
1.        Metode bunga telah lama dikenal oleh 1.    Mekanisme bank syariah didasarkan pada
masyarakat, sehingga bank konvensional lebih prinsip efisiensi, keadilan dan kebersamaan.
mudah menarik nasabah penyimpan dana 2.    Tidak mudah dipengaruhi oleh gejolak moneter,
sehingga lebih mudah mendapatkan modal. seperti yang dijelaskan Errico: “Islamic banking
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah appear to be better poised than conventional
uang (modal) yang dipinjamkan; bank to absorb external shocks because of the
2.        Bank konvensional lebih kreatif dalam structure of their balance sheets and the use of
menciptakan produk-produk. Dengan metode profit and loss sharing arrangements”
yang telah teruji dan berpengalaman, bank 3.    Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan
konvensional lebih mengetahui permainan kebijakan bagi hasilnya;
dasar perbankan dan mencari celah-celah baru 4.    Bank syariah relatif lebih mudah merespons
dalam mengupayakan ekspansi; kebijaksanaan pemerintah;
3.        Nasabah penyimpan dana atau debitor yang 5.    Terhindar dari praktik Money Laundring.
telah terbiasa dengan metode bunga cenderung 6.    Metode bagi hasil tidak mengenal diskriminasi
memilih bank konvensional daripada beralih ke terhadap nasabah yang didasarkan kemampuan
metode bagi hasil yang relative baru; ekonomi, sehingga aksebilitas bank syariah
4.        Banyaknya bank-bank konvensional, sangat luas. Persaingan antar bank berlaku secara
persaingan antar bank semakin menggairahkan wajar yang ditentukan dari keberhasilan dalam
yang dapat memacu manajemen untuk bekerja membina nasabah dengan profesionalisme dan
lebih baik; memberi pelayanan yang terbaik.
5.        Dukungan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah yang lebih mapan bagi
bank konvensional, sehingga bank dapat
bergerak lebih past

Kelemahan : Kelemahan :
   
1.        faktor manajemen, yang ditandai oleh 1.    Terlalu berprasangka baik pada semua nasabah
inkosistensi penyaluran kredit, campur tangan dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat
pemilik yang berlebihan dan manajer yang jujur dan dapat dipercaya, sehingga rawan
tidak professional dalam bekerja; terhadap itikad buruk.
2.        Kredit bermasalah, karena prosedur pemberian 2.    Metode bagi hasil memerlukan perhitungan
kredit tidak dipatuhi dan penumpukan yang rumit;
pemberian kredit pada grup sendiri dan 3.    Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih
kalangan tertentu; besar daripada bank konvensional;
3.        Praktik curang, seperti bank dalam bank dan 4.    Produk-produk bank syariah belum bisa
transaksi fiktif; mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan
4.       Praktik spekulasi yang terlalu ambisius dan kurang kompetitif;
tanpa perhitungan. 5.    Sumber daya manusia yang memiliki keahlian
mengenai bank syariah masih sedikit.
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai