Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SITI ROHMATUL IZZAH

NRP : 124221001
TTD :

1. Untuk pembayar pajak orang pribadi, permohonan aktivasi EFIN harus dilakukan
sendiri oleh yang bersangkutan dan tidak diperkenankan untuk dikuasakan kepada
pihak lain. Sementara itu, untuk pembayar pajak badan, permohonan aktivasi
EFIN dilakukan oleh pengurus yang ditunjuk untuk mewakili badan dalam rangka
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Setelah memperoleh EFIN,
langkah selanjutnya adalah mendaftarkan diri dengan membuat akun pada layanan
pajak online di laman DJP Online atau laman penyedia layanan SPT elektronik.
Siapkan data yang dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran, yaitu Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan EFIN. Setelah memasukkan NPWP, EFIN dan kode
keamanan, kemudian klik “verifikasi”. Selanjutnya, sistem akan secara otomatis
mengirimkan identitas pengguna yaitu NPWP, password, dan link aktivasi melalui
email yang telah didaftarkan. Klik link aktivasi tersebut. Setelah akun diaktifkan,
login kembali dengan NPWP dan password yang sudah diberikan. Langkah
terakhir adalah mengisi dan mengirim SPT tahunan. Setelah masuk di layanan e-
filing pada laman layanan pajak online, pilih “buat SPT”. Ikuti panduan yang
diberikan, termasuk yang berbentuk pertanyaan. Isi SPT mengikuti panduan yang
ada. Apabila  SPT sudah dibuat, sistem akan menampilkan ringkasan SPT. Untuk
mengirim SPT tersebut, ambil terlebih dahulu kode verifikasi yang akan dikirim
melalui email. Masukkan kode verifikasi tersebut, lalu klik “kirim SPT”. Selesai.
Tahun ini, pemerintah melalui Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Nomor 8 Tahun 2015
telah mewajibkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), Anggota Tentara
Nasional Indonesia (TNI), dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk
menyampaikan SPT tahunan PPh orang pribadi melalui e-filing. Penyampaian 
SPT Tahunan PPh melalui e-Filing oleh ASN/TNI/Polri harus disampaikan
dengan benar, lengkap, jelas dan tepat waktu. Selain itu, melalui SE tersebut,
Pemerintah juga mewajibkan bendahara pemerintah untuk menerbitkan bukti
pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721-A2) paling lambat satu bulan setelah
tahun kalender berakhir. ASN/TNI/Polri, bendahara pemerintah dan pejabat yang
tidak mentaati peraturan perundang-undangan perpajakan ini akan dijatuhi
hukuman sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Seruan
Pemerintah ini diharapkan dapat diikuti oleh karyawan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta seluruh tenaga kerja
di berbagai sektor, baik profit maupun nonprofit. Ingat, batas waktu penyampaian
SPT tahunan PPh melalui e-filing untuk Tahun Pajak 2015 menurut ketentuan
Undang-Undang Perpajakan adalah pada 31 Maret 2016 untuk pembayar pajak
orang pribadi dan 30 April 2016 untuk pembayar pajak badan. Segera tunaikan
kewajiban perpajakan dengan mengisi dan menyampaikan SPT tahunan melalui e-
filing. Penyampaian SPT Tahunan melalui elektronik (e-filing), mengacu pada
dasar hukum Undang-Undang 16 Tahun 2009 yang berisi tentang wajib pajak
dalam menyampaikan SPT, dapat melalui manual dan pos maupun cara lain.
2.a Pengacara dapat disebut sebagai kuasa hukum, sehingga pengacara pajak
merupakan kuasa hukum dibidang pajak. Pasal 1 angka 2 Peraturan Ketua
Pengadilan Pajak Nomor Per-01/PP/2018 tentang Tata Cara Permohonan Izin
Kuasa Hukum Pada Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut Perka Pengadilan
Pajak 1/2018) menyatakan bahwa kuasa hukum adalah orang perseorangan yang
dapat mendampingi atau mewakili para pihak yang bersengketa dalam beracara
pada pengadilan pajak. Persyaratan untuk dapat menjadi kuasa hukum pajak
secara umum diatur dalam ketentuan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut UU Pengadilan Pajak)
yang menyatakan bahwa: “Untuk menjadi kuasa hukum harus dipenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Warga negara Indonesia
2. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-
undangan perpajakan;
3. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia”
Kemudian diatur lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 2 sampai dengan Pasal 5
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2017 tentang Persyaratan
Untuk Menjadi Kuasa Hukum Pada Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut
Permenkeu 184/2017). Pasal 2 Permenkeu 184/2017 menyatakan bahwa setiap
orang yang akan menjadi Kuasa Hukum pada Pengadilan Pajak harus memenuhi
persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum untuk menjadi
kuasa hukum diatur dalam ketentuan Pasal 3 Permenkeu 184/2017 yang
menyatakan sebagai berikut: “Persyaratan umum untuk menjadi Kuasa Hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagai berikut:
1. merupakan warga negara Indonesia; dan
2. mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-
undangan perpajakan”
Mempunyai pengetahuan luas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b harus
dibuktikan dengan hal-hal sebagaimana ketentuan dalam Pasal 4 Permenkeu
184/2017 diantaranya yaitu :
1. ijazah Sarjana/Diploma IV di bidang administrasi fiskal, akuntansi, perpajakan,
dan/ a tau kepabeanan dan cukai dari perguruan tinggi yang terakreditasi; atau
2. ijazah Sarjana/Diploma IV dari perguruan tinggi yang terakredi tasi selain
dalam bidang se bagaimana dimaksud dalam huruf a yang dilengkapi dengan
salah satu bukti tambahan sebagai berikut:
3. ijazah Diploma III perpajakan dan/ a tau kepabeanan dan cukai dari perguruan
tinggi yang terakreditasi;
4. brevet perpajakan dari instansi atau lembaga penyelenggara brevet perpajakan;
5. sertifikat keahlian kepabeanan dan cukai dari instansi atau lembaga pendidikan
dan pelatihan kepabeanan dan cukai; atau
6. surat atau dokumen yang menunjukkan pengalaman pernah bekerj a pad a
instansi pemerin tah di bidang teknis perpajakan dan/ a tau kepabeanan dan
cukai.
Sedangkan persyaratan khusus sebagaiamana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2
Permenkeu 184/2017 dipaparkan lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 5 Permenkeu
184/2017 yang menyatakan sebagai berikut : “Persyaratan khusus untuk menjadi
Kuasa Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagai berikut:
1. mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak;
2. mempunyai bukti tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT) Pajak Penghasilan Orang Pribadi untuk 2 (dua) tahun terakhir;
3. memiliki Surat Keterangan Catatan Kepolisian;
4. tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil atau pejabat negara;
5. menandatangani pakta integritas;
6. telah melewati jangka waktu 2 (dua) tahun setelah diberhentikan dengan
hormat sebagai Hakim Pengadilan Pajak untuk orang yang pernah
mengabdikan diri sebagai Hakim Pengadilan Pajak; dan
7. memiliki izin kuasa hukum”
2.b Kuasa Hukum adalah orang perseorangan yang dapat mendampingi atau mewakili
para pihak yang bersengketa dalam beracara pada Pengadilan Pajak. Setiap orang
perseorangan yang akan menjadi Kuasa Hukum pada Pengadilan Pajak, harus
memiliki izin kuasa hukum dari Ketua Pengadilan Pajak. Untuk memperoleh izin
kuasa hukum, orang perseorangan harus memenuhi persyaratan untuk menjadi
Kuasa Hukum pada Pengadilan Pajak dan menyampaikan permohonan kepada
Ketua melalui Sekretariat Pengadilan Pajak. Dengan diberlakukannya PMK
184/2017 dan Per Ketua PP 01/2018, Permohonan perpanjangan IKH (untuk
IKH yang terbit sebelum 5 Juni 2018 sesuai peraturan sebelumnya) dianggap
sebagai permohonan baru dengan mengikuti persyaratan yang tertuang di dalam
PMK 184/2017 dan Per Ketua PP 01/2018. Permohonan perpanjangan masa
berlaku IKH disampaikan kepada Ketua Pengadilan Pajak paling lambat 30 hari
kalender sebelum masa berlaku IKH berakhir. Dalam hal permohonan
perpanjangan telah lewat dari 30 hari kalender sebelum masa berlaku IKH
berakhir (misalnya: 20 hari sebelum masa berlaku IKH berakhir), maka tidak
diperkenankan mengajukan perpanjangan dan harus mengajukan permohonan
baru dengan dilengkapi persyaratan untuk permohonan baru.
3. PTKP Kawin 6 tanggungan
4,5jt x 6 = 27jt
Wajib pajak : 54jt
Total PTKP yang harus di bayar : 81jt
Total pendapatan bapak yoga dan ibu zuminah : 60jt + 90jt = 150jt
Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi
menggunakan tarif progresif, dengan ketentuan besar tarif adalah: 15% untuk
penghasilan Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 per tahun
Maka total PPHnya yaitu : 15% x 150jt = 22,5jt
4 Pada dasarnya, faktur pajak harus dibuat oleh seluruh Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Saat pembuatan faktur pajak pun sudah ditetapkan dalam PMK Nomor
151/PMK.03/2013 tentang Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak. Sementara, faktur pajak merupakan bukti pungutan
pajak yang dibuat Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai tanggung jawab atau
kewajibannya untuk menyampaikan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP). Secara sederhana, faktur pajak juga bisa disebut sebagai bagian dari
tanggungan PKP yang harus diserahkan pada dinas perpajakan. Tujuannya agar
tercipta transparansi perpajakan dan menghindari adanya penggelapan pajak.
Secara umum, faktur pajak wajib dibuat saat:
1. Penerimaan pembayaran apabila terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP.
2. Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan.
3. Saat-saat yang memang sudah diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Seperti sudah disinggung sebelumnya, menteri keuangan secara khusus mengatur
waktu yang tepat untuk pembuatan faktur pajak yang tercantum dalam PMK
Nomor 151/PMK.03/2013. Dalam PMK tersebut juga diuraikan waktu yang tepat
untuk membuat faktur pajak berdasarkan sifat dan hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai