Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA


DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS RIAK SIABUN


Jln. Arau Bintang Kec. Sukaraja kode pos 38577
DAFTAR ISI

HALAMAN DOKUMEN
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI MANAJEMEN RESIKO
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA MANAJEMEN RESIKO
BAB IV DOKUMENTASI MANAJEMEN RESIKO
BAB I
DEFINISI MANAJEMEN RESIKO
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, meniai
dan menyusun prioritasrisiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya.
Dalam pelaksanaannya, keselamatan pasien akan banyak menggunakan prinsip
dan metode manajemenresiko mulai dan identifikasi, asesmen dan pengolahan
resiko. Diharapkan, pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien akan
meningkatkan kemampuan belajar dan insiden yang terjadi untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama di kemudian hari.

BAB II
RUANG LINGKUP
Manajemen resiko mencakup identifiksi resiko, analisis resiko, evaluasi resiko,
penanganan resiko, monitoring dan tinjauan resiko.

BAB III
TATA LAKSANA MANJEMEN RESIKO
I. IDENTIFIKASI RESIKO
Identifikasi resiko adalah proses menemukan, mengenal, dan
mendeskripsikan resiko. Hal pertama yang perlu dilakukan untuk
mengelola resiko adalah mengidentifikasinya. Identifikasi resiko ini terbagi
dua, yaitu identifikasi resiko dan identifikasi resiko reaktif.

I.1 IDENTIFIKASI RESIKO PROAKTIF


Identifikasi resiko proaktif adalahkegiatan identifikasiyang dilakukan
dengan cara proaktif mencari resiko yang berpotensi menghalangi
mencapai tujuannya. Disebut mencari karena resikonya belum
muncul dan bermanifestasi secara nyata. Metode yang dapat
dilakukan diantaranya : audit, inspeksi, brainstorming, pendapat ahli,
belajar dari pengalaman fasilitas kesehatan lain, FMEA, survey, dan
lain – lain.
I.2 IDENTIFIKASI RESIKO REAKTIF
Identifikasi resiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
setelah masalah muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden /
gangguan. Metode yang dilakukan biasanya adalah melalui pelaporan
insiden.
Cara paling mudah dan terstruktur untuk melakukan identifikasi
adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi
resikonya masing-masing. Setelah terkumpul, seluruh data
identifikasi itu dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi
resiko puskesmas. Contoh resiko – resiko yang dapat di identifikasi
unit Puskesmas Riak Siabun adalah :
UNIT FARMASI
No RESIKO
Kesalahan identifikasi pasien
Reaksi alergi obat
Obat NORUM/LASA yang tidak disimpan dan diberi tanda
khusus pada tempatnya
Tulisan tangan yang tidak terbaca pada penulisan resep
Persediaan obat yang tidak lengkap

UNIT PENDAFTARAN DAN REKAM MEDIS


No RESIKO
Kesalahan identifikasi pasien
Tulisan tangan yang tidak terbaca pada rekam medis
Kesalahan rekam medis yang dikirim ke unit
Rekam medis tidak ditemukan

II. ANALISIS RESIKO


Analisi resiko adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan
besarnya resiko. Setelah diidentifikasi, resiko di analisis. Analisis resiko
dilakukan dengan cara menilai seberapa sering peluang resiko itu muncul
( frekuensi ), serta berat ringannya dampak yang ditimbulkan.

SKOR RESIKO = Seberapa sering/Frekuensi X seberapa berat dampak


Analisi peluang dan dampak ini dilakukan cara kualitatif menggunakan
matriks grafik resiko. Caranya adalah dengan memberi skor satu sampai
lima masing-masing pada frekuensi dan dampak.
Skoring untuk frekuensi :
Penilaian frekuensi
SKOR KETERANGAN
1 Sangat jarang ( > 5 tahun sekali )
2 Jarang ( 2-5 tahun sekali )
3 Mungkin ( 1-2 tahun sekali )
4 Sering ( beberapa kali dalam setahun )
5 Sangat sering ( tiap minggu/tiap bulan )

Skoring untuk dampak


Penilaian dampak
1 2 3 4 5
Tidak Kecil Sedang Besar Bencana
bermakna
Dampak Tidak ada Cedera Cedera Cedera kematian
pada cedera ringan. Di sedang berat
keselamata atasi dengan
n pasien / pertolongan
staf pertama

Cara menghitung skor resiko :

Untuk menentukan skor resiko digunakan matriks rading resiko


1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warnanya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan
dampak

Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya dan prioritasnya


Untuk resiko potensial hanya dilakukan pengukuran terhadap dampak,
karena belum terjadi.
Skor resiko
1 tidak 2 Kecil 3 Sedang 4 Besar 5 Bencana
bermakna
5 Sangat Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
sering
4 Sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3 Mungkin Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
2 Jarang Rendah Rendah Moderat Ekstrim
1 Sangat Rendah Rendah Moderat Ekstrim
Jarang

III. EVALUASI RESIKO


Evaluasi resiko adalah proses membandingkan antara hasil analisis resiko
dengan skor resiko untuk menentukan besarnya resiko. Besarnya resiko
terdiri dari : Rendah, Moderat, Tinggi, Ekstrim.
Resiko ekstrim segera dan mendapat prioritas untuk ditangani, kemudia
baru Tinggi, Moderat dan Rendah.
Warna resiko adalah derajat resiko yang digambarkandalam empat warna
yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna akan menentukan investigasi
yang akan dilakukan.
 Warna BIRU dan HIJAU : investigasi sederhana
 Warna KUNING dan MERAH : investigasi komprehensif, RCA

IV. PENANGANAN RESIKO


Penanganan resiko adalah proses untuk mengendalikan resiko. Bentuk –
bentuk penanganan resiko diantaranya :
Menghilangkan resiko, menghindari resiko, dan memindahkan resiko.

V. MONITORING dan TINJAUAN RESIKO


Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap penanganan resiko
a. Untuk skoring rendah ( biru ) dilakukan tiap 3 bulan sekali
b. Untuk skoring moderat ( Hijau ) dilakukan tiap 3 bulan sekali
c. Untuk skoring tinggi ( Kuning ) dilakukan tiap 2 bulan sekali
d. Untuk skoring ekstrim ( Merah ) dilakukan tiap bulan sekali

BAB IV
DOKUMENTASI MANAJEMEN RESIKO

1. Daftar resiko tiap Unit


2. Penanganan, Monitoring dan Tinjauan resiko.

Anda mungkin juga menyukai