PARTISIPATIF
3.1 Teori Hierarki Perundang- Hans nawiasky, salah seorang murid hans
Undangan Kelsen, mengembangkan teori gurunya
tentang teori jenjang norma dalam kaitan
Tidak ada sistem didunia ini yang secara dengan suatu negara. Hans Kelsen dalam
positif mengatur tata urutan peraturan bukunya allegemeine
perundang undangan. kalaupun ada Rechtslehre mengemukahkan bahwa
pengaturannya hanya hanya sebatas pada sesuai dengan teori Hans Kelsen suatu
asas yang menyebutkan misalnya: norma hukum dari negara manapun selalu
“Peraturan daerah tidak boleh bertentang berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang,
dengan dengan peraturan perundang- dimana norma yang dibawah berlaku,
undangan yang lebih tinggi tingkatannya’ berdasar dan bersumber dari norma yang
atau dalam hal UUD ada ungkapan “the lebih tinggi lagi, norma yang lebih tinggi
supreme law of the land”3 berlaku berdasar dan bersumber dari orma
Menurut Hans Kelsen, norma itu yang lebih tinggi lagi, sampai pada suatu
berjenjang berlapis-lapis dalam suatu norma yang tertinggi disebut Norma
susunan hierarki. Pengertiannya, norma Dasar. Tetapi Hans Nawiasky juga
hukum yang dibawah berlaku dan berpendapat selain norma itu berlapis-lapis
bersumber, dan berdasar dari norm yang dan berjenjang-jenjang, norma hukum dari
lebih tinggi, dan norma lebih tinggi juga suatu negara itu juga berkelompok-
bersumber dan berdasar dari norma yang kelompok. Hans Nawiasky juga
lebih tinggi lagi begitu seterusnya sampai mengelompokan norma-norma hukum
berhenti pada suatu norma tertinggi yang dalam suatu negara itu menjadi empat
disebut sebagai Norma Dasar kelompok besar yang terdiri atas:
(Grundnorm) dan masih menurut Hans a. kelompok I Staatspundamental norm
Kelsen termasuk dalam sistem norma yang (Norma Pundamental Negara ).
dinamis. Oleh sebab itu, hukum selalu b. Kelompok II Staatgrundsetz (aturan
dibentuk dan dihapus oleh lembaga- dasar/pokok negara)
lembaga otoritas-otoritasnya yang c. Kelompok III Formell
berwenang membentuknya, berdasarkan Gesetz (Undang-undang formal)
norma yang lebih tinggi, sehingga norma d. Kelompok IV Verordnung dan
yang lebih rendah (Inferior) dapat autonome satzung (aturan pelaksana
dibentuk berdasarkan norma yang lebih danaturan otonom).5
tinggi (superior), pada akhirnya hukum Kelompok-kelompok noma hukum
tersebut selalu ada tata susunan norma
hukumsetiap negara walaupun
4
Aziz Syamsuddi, Proses Dan teknik
2
L. Moleong, Metode Penelitian Penyusunan Undang-undang, Cetakan Pertama,
Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 14-15.
2002), hal. 34-35. 5
Hans Nawiasky, Allgemeine als recht
3
Ni’matul Huda, Negara Hukum System Lichen Grundbegriffe,
Demokrasi dan Judicial Review, Cetakan Pertama (ensiedenln/Zurich/koln, benziger, cet. 2 1948), hal.
(Yogyakarta: UII Press, 2005), hal. 48. 31
mempunyai istilah berbeda-beda ataupun otonomi daerah dan tugas pembantuan.
jumlah normayang berbeda dalam setiap Sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun
kelompoknya. 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, yang dimaksud
4. Metode Penelitian dengan peraturan daerah adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh
Metode penelitian yang digunakan adalah
dewan perwakilan rakyat daerah dengan
metode penelitian hukum normatif. Studi
persetujuan bersama kepala daerah.
ini mempergunakan pendekatan Peraturan
Peraturan Daerah merupakan penjabaran
Perundang-Undangan dan pendekatan
lebih lanjut dari peraturan perundang-
Konseptual.6 Studi ini mempergunakan
undangan yang lebih tinggi serta
bahan hukum primer yang meliputi segala
merupakan peraturan yang dibuat untuk
Peraturan Perundang-Undangan terkait
melaksanakan peraturan perundang-
mengenai Pembentukan Peraturan
undangan yang ada di atasnya dengan
Perundang-Undangan, bahan hukum
memperhatikan ciri khas masing-masing
sekunder berupa literatur, karya tulis
daerah. Peraturan daerah dilarang
ilmiah, artikel, dan lain-lainnya. Bahan
bertentangan dengan kepentingan umum,
hukum tersebut dikumpulkan melalui
peraturan perundang-undangan yang lebih
teknik bola salju dan dianalisa melalui
tinggi serta Perda daerah lain.9
teknik deskriptif, evaluatif, dan
argumentatif. 7
Menurut Soehino sebagaimana dikutip
oleh B. Hestu Cipto Handoyo
Metode pendekatan perundang-undangan mengemukakan bahwa materi muatan
(statute approach) dilakukan dengan peraturan daerah meliputi;
menelaah semua undang-undang dan a. Materi-materi atau hal-hal yang
regulasi yang berkaitan dengan isu hukum memberi beban kepada penduduk,
yang sedang dijalani. Hasil telaah tersebut misalnya pajak dan retribusi daerah;
merupakan suatu argument untuk b. Materi-materi atau hal-hal yang
memecahkan isu yang dihadapi. Bagi mengurangi kebebasan penduduk,
peneliti perlu mencari ratio legis dan dasar misalnya mengadakan larangan-
ontologis lahirnya undang-undang larangan atau kewajiban-kewajiban
tersebut. 8
yang biasanya disertai dengan
ancaman atau sanksi pidana;
5. Temuan dan Analisis c. Materi-materi atau hal-hal yang
membatasi hak-hak penduduk
Sebagai daerah otonom pemerintah daerah
misalnya penertiban garis sepadan.
berwenang utnuk membuat peraturan
d. Materi-materi atau hal-hal yang telah
daerah guna menyelenggarakan urusan
ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang sederajat
6
Efendi, Joanedi dan Ibrahim, Johnny,
Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris,
(Jakarta: Kencana. 2016), hal. 146.
7
Diantha, Made Pasek, Metodologi 9
Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Suko Waluyo, Otonomi Daerah Dalam
Hukum, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 180. Negara Hukum Indonesia, Pembentukan Peraturan
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Daerah Partisipatif, (Jakarta: Faza Media, 2006),
Hukum, (Jakarta: Kencana 2009), hal 93. hal. 127.
dan tingkatannya lebih tinggi, harus c. setiap orang mempunyai hak-hak
diatur dengan peraturan daerah.10 politik berupa hak atas kebebasan
berpendapat dan berkumpul;
Philipus M. Hadjon mengemukakan
d. badan perwakilan rakyat
bahwa konsep partisipasi masyarakat
mempengaruhi pengambilan
berkaitan dengan konsep keterbukaan.
keputusan melalui sarana “(mede)
Dalam artian, tanpa keterbukaan
beslissing-recht” (hak untuk ikut
pemerintahan tidak mungkin masyarakat
memutuskan dan atau melalui
dapat melakukan peranserta dalam
wewenang pengawas;
kegiatan-kegiatan pemerintahan. Menurut
e. asas keterbukaan dalam pengambilan
Philipus M. Hadjon, keterbukaan, baik
keputusan dan sifat keputusan yang
“openheid” maupun “openbaar-heid”
terbuka;
sangat penting artinya bagi pelaksanaan
f. dihormatinya hak-hak kaum minoritas.
pemerintahan yang baik dan demokratis.
Dengan demikian keterbukaan dipandang Dalam proses pengambilan keputusan,
sebagai suatu asas ketatanegaraan termasuk pengambilan keputusan dalam
mengenai pelaksanaan wewenang secara bentuk Perda, terdapat hak masyarakat
layak.11 untuk berpartisipasi dalam proses
penyusunan Perda, yakni memberi
Konsep partisipasi terkait dengan konsep
masukan secara lisan atau tertulis dalam
demokrasi, sebagaimana dikemukakan
persiapan maupun pembahasan rancangan
oleh Philipus M. Hadjon bahwa sekitar
Perda. Menurut Sad Dian Utomo manfaat
tahun 1960-an muncul suatu konsep
partisipasi masyarakat dalam pembuatan
demokrasi yang disebut demokrasi
kebijakan publik, termasuk dalam
partisipasi. Dalam konsep ini rakyat
pembuatan Perda adalah:
mempunyai hak untuk ikut memutuskan
a. Memberikan landasan yang lebih baik
dalam proses pengambilan keputusan
untuk pembuatan kebijakan publik.
pemerintahan. Dalam konsep demokrasi,
b. Memastikan adanya implementasi
asas keterbukaan atau partisipasi
yang lebih efektif karena warga
merupakan salah satu syarat minimum,
mengetahui dan terlibat dalam
sebagaimana dikemukakan oleh Burkens
pembuatan kebijakan publik.
dalam buku yang berjudul “Beginselenvan
c. Meningkatkan kepercayaan warga
de democratische rechsstaat” bahwa:
kepada eksekutif dan legislatif.
a. pada dasarnya setiap orang
d. Efisiensi sumber daya, sebab dengan
mempunyai hak yang sama dalam
keterlibatan masyarakat dalam
pemilihan yang bebas dan rahasia;
pembuatan kebijakan publik dan
b. pada dasarnya setiap orang
mengetahui kebijakan publik, maka
mempunyai hak untuk dipilih;
sumber daya yang digunakan dalam
10
B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-
sosialisasi kebijakan publik dapat
Prinsip Legal Drafting & Desain Naskah dihemat.12
Akademik, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya
Yogyakarta, 2008), hal. 128.
11
Philipus M. Hadjon, “Keterbukaan 12
Sad Dian Utomo, Partisipasi
Pemerintahan Dalam Mewujudkan Pemerintahan Masyarakat dalam Pembuatan Kebijakan, dalam
Yang Demokratis”, Pidato, diucapkan dalam Indra J. Piliang,Dendi Ramdani, dan Agung
Lustrum III Ubhara Surya, 1997, hal 7-8. Pribadi, Otonomi Daerah: Evaluasi dan Proyeksi,
Titik tolak dari penyusunan peraturan pertama dari unsur pemerintahan diluar
daerah adalah efektivitas dan efisiensi DPRD dan pemerintah daeraah, seperti
pada masyarakat. Tujuan dasar dari peran polisi, kejaksaan, pengadilan, perguruan
serta masyarakat adalah untuk tinggi dan lain-lain. Kedua dari
menghasilkan masukan dan persepsi yang masyarakat, baik individual seperti ahli-
berguna dari warga negara dan ahli atau yang memiliki pengalaman atau
masyarakat yang berkepentingan (publik dari kelompok seperti LSM. Mengikut
inters) dalam rangka meningkatkan sertakan pihak-pihak luar DPRD dan
kualitas pengambilan keputusan, karena pemerintah daerah sangat penting untuk:
dengan melibatkan masyarakat yang a. menjaring pengetahuan, keahlianatau
terkena dampak akibat kebijakan dan pengalaman masyarakat sehingga
kelompok kepentingan (interest grups), Perda benar-benar memenuhi
para pengambil keputusan dapat syaratperaturan perundang-undangan
menangkap pandangan, kebutuhan dan yang baik;
penghargaan dari masyarakat dan b. menjamin Perda sesuai dengan
kelompok tersebut, untuk kemudian kenyataan yang hidup dalam
menuangkannya ke dalam satu konsep.13 masyarakat;
c. menumbuhkan rasamemiliki (sense of
Terkait partisipasi masyarakat dalam
belonging), rasa bertanggung jawab
pembentukan peraturan perundang-
atas Perda tersebut.14
undangan sebagaimana diatur dalam Pasal
10 Undang-Undang nomor 10 Tahun Menurut Bagir Manan partisipasi dapat
2004, bahwa masyarakat berhak dilakukan dengan cara:
memberikan masukan secara lisan atau
a. mengikut sertakan dalam tim atau
tertulis dalam rangka penetapan maupun
kelompok kerja penyusunan Perda.
pembahasan rancangan undang-undang
b. melakukan publik hearing atau
dan rancangan peraturan daerah.
mengundang dalam rapat-rapat
Selanjutnya dalam Pasal 39 ayat (1)
penyusunan Perda.
Undang-Undang 32 Tahun 2004
c. melakukan uji sahih kepada pihak-
menyatakan bahwa hak masyarakat untuk
pihak tertentu untuk mendapat
berpartisipasi dalammemberikan masukan
tanggapan.
secara lisan atau tertulis dalam rangka
d. melakukan loka karya (workshop) atas
pemyiapanatau pembahasan rancangan
Raperda sebelum secara resmi dibahas
peraturan daerah.
oleh DPRD.
Partisipasi dimaksudkan sebagai e. Mempublikasikan Raperda agar
keikutsertaan pihak-pihak luar DPRD dan mendapat tanggapan publik.
pemerintah daerah dalam menyusun dan Dari berbagai uraian di atas untuk
membentuk rancangan peraturan daerah
membentuk peraturan daerah yang dapat
atau Perda. Ada dua sumber partisipasi;
memenuhi aspirasi yang diinginkan