Anda di halaman 1dari 6

Muatan Limbah Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias

gariepinus), Ikan Patin (Pangasianodon


hypophthalmus) dan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) di Kolam Tanah Air Tawar
Bambang GUNADI

Balai Penelitian Pemuliaan Ikan


Jl. Raya 2 Sukamandi Pantura, Patokbeusi, SUBANG 41263 Indonesia
E-mail: bbgunadi@gmail.com

Abstract - Future development of freshwater aquaculture facing ikan patin dan nila dipelihara selama 3 bulan. Pakan yang
major problems related to the environmental issues due to lack of diberikan adalah pakan buatan berbentuk pelet terapung
land and water resources, whereas the need of aquaculture dengan kadar protein berkisar antara 23-28% Hasil pengamatan
products will increase stably. The enhancement of freshwater menunjukkan bahwa parameter kualitas air pada pemeliharaan
aquaculture production should be achieved by implementing highly ikan lele, patin dan nila yang berkaitan dengan proses
productive and efficient aquaculture operation based on the metabolisme ikan cenderung meningkat dari awal hingga akhir
principles of cleaner production and environmentally sound. This periode pemeliharaan. Secara prosentasi dari nilai produksi
can be accomplished by recirculation system. As the first step to netto ikan yang dihasilkan, pemeliharaan ikan nila menghasilkan
implement the recirculation system in freshwater aquaculture, this limbah NH3, NO2, NO3, PO4 dan COD paling tinggi
experiment was conducted to make observations on waste loading dibandingkan dengan pemeliharaan ikan lele dan patin yakni
characteristics from freshwater fish culture. Three fish species, i.e. masing-masing 0,08%, 0,08%, 0,05%, 0,03% dan 6,87%. Nilai
African catfish (Clarias gariepinus), striped catfish paling rendah diperoleh dari pemeliharaan ikan patin yakni
(Pangasionodon hypophthalmus) and tilapia fish (Oreochromis 0,01%, 0,02%, 0,01%, 0,01% dan 1,35% masing-masing untuk
niloticus) were reared in the earthen ponds for 1 month (clarrid NH3, NO2, NO3, PO4 dan COD.
catfish) and 3 months (for striped catfish and tilapia). The fish
were fed with 23-28%-protein containing commercial floating feed. Kata kunci : limbah budidaya ikan air tawar, akuakultur
The results showed that, based on the procentage to net fish intensif, resirkulasi,
production, waste production of tilapia fish culture was higher than
that of other two fish, namely 0,08%, 0,08%, 0,05%, 0,03% and
6,87% for NH3, NO2, NO3, PO4 and COD production, respectively. I. PENDAHULUAN
Among three fish species, striped catfish produced the lowest waste, Pengembangan intensifikasi budidaya ikan air tawar di
i.e. 0,01%, 0,02%, 0,01%, 0,01% and 1,35% of net fish production masa depan akan menghadapi tantangan berat berkaitan
for NH3, NO2, NO3, PO4 and COD, respectively.
dengan isu konservasi lingkungan sehubungan dengan
Key words : freshwater fish culture waste, intensive aquaculture semakin terbatasnya sumberdaya air dan lahan sementara
tuntutan peningkatan produksi semakin tinggi. Peningkatan
Abstrak - Pengembangan budidaya ikan air tawar di masa produksi budidaya ikan air tawar harus diarahkan pada pola
depan menghadapi tantangan berat berkaitan dengan isu intensif yang produktif dan efisien dengan berpedoman pada
kelangkaan sumberdaya air dan lahan sementara produksi prinsip produksi bersih dan berwawasan lingkungan dengan
dituntut semakin tinggi. Peningkatan produksi budidaya ikan menerapkan teknologi resirkulasi.
harus diarahkan pada pola intensif yang produktif dan efisien Langkah pertama dalam menyusun teknologi resirkulasi
dengan berpedoman pada prinsip produksi bersih dan adalah mengetahui beban limbah ikan yang akan
berwawasan lingkungan dengan menerapkan teknologi
resirkulasi. Sebagai langkah pertama dalam pengembangan
dibudidayakan dalam sistem tersebut. Faktanya, masih banyak
resirkulasi di kolam air tawar, penelitian ini dilakukan untuk spesies ikan yang belum dapat diperhitungkan secara baik [1].
mengetahui karakteristik limbah budidaya ikan lele dumbo Menurut Pillay (1992) [2] jumlah dan komposisi limbah dari
(Clarias gariepinus), ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) kolam budidaya ikan dipengaruhi oleh kepadatan ikan yang
dan ikan nila (Oreochromis niloticus) di kolam tanah air tawar. dipelihara, kualitas dan jumlah pakan yang diberikan serta
Benih ikan lele dumbo yang ditebar berukuran rata-rata 12,35 waktu retensi air di kolam budidaya ikan tersebut. Padatan
g/ekor dengan padat penebaran 9,25 ekor/m2. Sementara itu, terlarut (suspended solids) dan nutrien terlarut (dissolved
benih ikan patin berukuran rata-rata 86,3 g/ekor dengan padat nutrien) terutama nitrogen dan fosfor merupakan faktor utama
penebaran 11 ekor/m2, dan benih ikan nila berukuran rata-rata
yang menentukan kualitas limbah yang dibuang ke perairan
sekitar 2,36 g/ekor dengan padat penebaran 12 ekor/m2.
Pemeliharaan ikan lele dilakukan selama 1 bulan, sedangkan
sekitar. Schwartz dan Boyd (1994) [3] melaporkan bahwa

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V


Universitas Brawijaya Malang 2015
61 | A k u a k u l t u r ( P - 3 ) - B a m b a n g G u n a d i
pengurasan pada saat panen kolam produksi ikan lele (channel biomassa tumbuh dari rata-rata 39,79 kg menjadi 112,04 kg
catfish) seluas 1 Ha dan kedalaman rata-rata 1,5 m per kolam selama periode tersebut.
menghasilkan kandungan limbah dengan komposisi sebagai
Pertumbuhan Ikan Lele
berikut: padatan terlarut total sebanyak 5400 kg, endapan 120 180
padatan sebanyak 39 m3, nitrogen Kjeldhal sebanyak 78,7 kg, 100
160

nitogen amonia total sebanyak 17,7 kg, nitrogen-nitrat 140

Bobot Biomassa (Kg)


Bobot Individu (g)
80 120
sebanyak 0,8 kg, nitrogen-nitrit sebanyak 0,5 kg, fosfor total 100
sebanyak 12,1 kg dan BOD sebanyak 448 kg. 60
80

Berkaitan dengan luaran berupa buangan limbah seperti 40 60

tersebut di atas, beberapa negara bagian di Amerika Serikat 20


40
20
telah menggolongkan usaha budidaya ikan sebagai kegiatan 0 0
industri sehingga limbah yang dihasilkan harus ditangani 0 10 20 30 40 50
Periode (Hari)
seperti halnya kegiatan industri [4].
Individu Biomassa
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui karakteristik limbah
Gambar 1. Pertumbuhan individu dan biomassa ikan lele dumbo
budidaya ikan lele (Clarias gariepinus), ikan patin (Pangasius selama 50 hari.
sp) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara di
kolam air tenang. Kegiatan ini merupakan suatu rangkaian Pada Gambar 2 disajikan hasil pengamatan beberapa
kegiatan dalam rangka mewujudkan tersedianya teknologi parameter kualitas air pada pemeliharaan ikan lele dumbo di
resirkulasi pada budidaya ikan air tawar yang efektif dan kolam.
produktif. Keberhasilan penelitian ini akan mendorong
terciptanya peningkatan produksi budidaya ikan air tawar
dengan penggunaan air yang efisien mengikuti prinsip sistem 02
10,0

Oksigen Terlarut (mg/L)


produksi bersih dan berwawasan lingkungan.

II. METODE PENELITIAN 5,0


Penelitian dilaksanakan pada kolam air tenang berupa
kolam tanah berukuran 200 m2 dengan kedalaman air rata-rata
60-80 cm. Jenis ikan yang diamati limbahnya adalah ikan lele 0,0
dumbo, ikan patin dan ikan nila. Benih ikan lele dumbo yang 0 10 20 30 40 50
pagi sore
ditebar berukuran rata-rata 12,35 g/ekor dengan padat Waktu (Hari)
penebaran 9,25 ekor/m2. Benih ikan patin yang ditebar
berukuran rata-rata 86,3 g/ekor dengan padat penebaran 11 NH3
ekor/m2. Sementara itu benih ikan nila yang ditebar berukuran
Konsentrasi (mg NH3/L)

0,300
rata-rata sekitar 2,36 g/ekor dengan padat penebaran 12
ekor/m2. Pemeliharaan ikan lele dilakukan selama 1 bulan, 0,200
sedangkan ikan patin dan nila dipelihara selama 3 bulan.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pelet 0,100
terapung dengan kadar protein berkisar antara 23-28% (kadar
air 10-12%). Tingkat pemberian pakan dilakukan sebanyak 10% 0,000
bobot biomassa per hari pada awal pemeliharaan dan menurun 0 10 20 30 40 50
menjadi 3 % pada akhir pemeliharaan. Hari
Parameter kualitas air yang diamati meliputi ammonia, NO2
nitrat, nitrit, fosfat dan oksigen terlarut. Pengamatan 0,500
Konsentrasi (mg NO2/L)

parameter dilakukan setiap dua minggu sepanjang masa


0,400
pemeliharaan. Pada akhir periode pemeliharaan dihitung
0,300
produksi ikan dan produksi limbah yakni amonia, nitrat, nitrit,
fosfat dan bahan aorganik (dalam bentuk Chemical Oxygen 0,200
Demand, COD). 0,100
0,000
0 10 20 30 40 50
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hari
Ikan Lele
Pertumbuhan ikan lele selama 50 hari disajikan seperti
tercantum pada Gambar 1. Selama periode pemeliharaan ikan
lele tumbuh dari ukuran 12,35 gram/ekor menjadi rata-rata
97,18 gram/ekor atau tumbuh sebesar 1,7 g/hari. Bobot

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V


Universitas Brawijaya Malang 2015
62 | A k u a k u l t u r ( P - 3 ) - B a m b a n g G u n a d i
NO3 Pertumbuhan Ikan Patin
0,300 250 600
Konsentrasi (mg

0,200 500
200
NO3/L)

Bobot Biomassa (Kg)


Bobot Individu (g)
0,100 400
150
0,000 300
0 10 20 30 40 50 100
Hari 200

50
PO4 100

0,200
Konsentrasi (mg PO4/L)

0 0
0,150 0 30 60 90

0,100 Periode (Hari)

Individu Biomassa
0,050
Gambar 3. Pertumbuhan ikan patin di kolam air tenang selama 90 hari.
0,000
0 10 20 30 40 50 Keragaan beberapa parameter kualitas air di kolam
Hari pemeliharaan ikan patin disajikan pada Gambar 4. Parameter
oksigen terlarut, berfluktuasi sepanjang periode pemeliharaan
dan lebih banyak dipengaruhi oleh variasi harian dan musiman.
Gambar 2. Keragaan beberapa parameter kualitas air pada
pemeliharaan ikan lele dumbo di kolam.
Hasil pengamatan pada pagi hari selalu lebih rendah
dibandingkan dengan hasil pengamatan pada siang atau sore
Parameter-parameter yang berkaitan dengan hasil hari.
metabolisme seperti amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), Parameter-parameter yang berkaitan dengan hasil
dan fosfat (PO4) meningkat dari awal menuju akhir periode metabolisme ikan seperti amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat
pemeliharaan kecuali nitrit yang menurun. Dinamika kadar (NO3) dan fosfat (PO4) cenderung meningkat pada akhir
nitrit dan nitrat berkaitan dengan proses nitrifikasi di mana periode pemeliharaan meskipun terjadi fluktuasi naik-turun
aktivitas bakteri mempunyai pengaruh yang sangat nyata. antar waktu selama periode tersebut.
Kadar oksigen terlarut lebih banyak dipengaruhi oleh
musim, sementara itu, variasi harian antara pagi dan sore yang 02
Oksigen Terlarut (mg/L)

berkaitan dengan proses fotosintesa plankton dan biota 12,0


akuatik lainnya yang ada di kolam. Pada umumnya kadar 10,0
parameter ini pada siang/sore hari lebih tinggi dibandingkan 8,0
dengan pengamatan pada pagi hari. 6,0
4,0
Ikan Patin 2,0
Pertumbuhan ikan patin baik secara individu maupun 0,0
biomassa dicantumkan pada Gambar 3. Selama 90 hari ikan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
patin tumbuh dari ukuran rata-rata 86,3 g/ekor menjadi 230,43
Waktu (Hari) pagi sore
g/ekor atau sebesar rata-rata 1,6 g/hari. Bobot biomassa
tumbuh dari 167,08 kg pada awal pemeliharaan menjadi
511,10 kg pada akhir pemeliharaan atau setara dengan 25,5 NH3
ton/Ha.
Konsentrasi (mg NH3/L)

0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Hari

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V


Universitas Brawijaya Malang 2015
63 | A k u a k u l t u r ( P - 3 ) - B a m b a n g G u n a d i
NO2 Pertumbuhan Ikan Nila
Konsentrasi (mg NO2/L)

45 70
0,50
40 60
0,40

Bobot Biomassa (Kg)


35
0,30

Bobot Individu (g)


50
30
0,20
25 40
0,10
20 30
0,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 15
20
10
Hari 10
5
NO3 0 0
0,30 0 30 60 90
Konsentrasi (mg NO3/L)

Periode (Hari)
0,20
Individu Biomassa

0,10 Gambar 5. Keragaan pertumbuhan ikan nila selama 90 hari


di kolam air tenang.
0,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Hari Pada Gambar 6 disajikan keragaan hasil pengamatan
beberapa parameter kualitas air di kolam pemeliharaan ikan
PO4 nila. Secara umum, dinamika kualitas air di kolam
0,250
Konsentrasi (mg PO4/L)

pemeliharan ikan nila mempunyai kecenderungan yang sama


0,200 dibandingkan dengan kualitas air di kolam pemeliharaan ikan
0,150 patin. Diduga, lokasi kolam yang berdekatan merupakan salah
0,100 satu faktor yang menyebabkan hal ini.
0,050 Parameter kualitas air di kolam ikan nila yang mempunyai
0,000 kecenderungan berbeda dengan kolam ikan patin adalah kadar
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut pada siang hari di
kolam ikan nila relatif lebih rendah dibandingkan hal yang
Hari
sama di kolam pemeliharaan ikan lele dan ikan patin. Di
kolam pemeliharaan ikan nila, pada siang hari kadar oksigen
Gambar 4. Keragaan beberapa parameter kualitas air pada
pemeliharaan ikan patin.
terlarut berkisar antara 4-6 mg/L jauh lebih rendah
dibandingkan dengan kolam pemeliharaan ikan patin dan lele
Parameter-parameter ini berhubungan erat dengan proses yang berkisar antara 6-10 ppm.
degradasi hasil metabolisme ikan dan sisa pakan yang
diberikan dimana kandungannya di dalam air akan mengalami
akumulasi dari waktu ke waktu apabila tidak terjadi
02
Oksigen Terlarut (mg/L)

8,0
pergantian air yang memadai.
6,0
4,0
Ikan Nila
2,0
Keragaan pertumbuhan ikan nila selama 90 hari disajikan
0,0
pada Gambar 5 mencakup pertumbuhan individu dan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
biomassa. Secara individu ikan nila berkembang dari ukuran
rata-rata 2,36 g/ekor menjadi 38,82 g/ekor selama 90 hari atau Waktu (Hari) pagi sore
rata-rata sebesar 0,41 g/hari. Pada pertumbuhan biomassa,
ikan nila tumbuh dari 5,66 kg/kolam menjadi 63,33 kg/kolam NH3
atau setara dengan 2,9 ton/Ha/3 bulan. Secara sepintas, 0,400
Konsentrasi (mg

pertumbuhan ikan nila pada penelitian ini jauh lebih rendah 0,300
NH3/L)

dibandingkan dengan pertumbuhan ikan nila pada umumnya 0,200


yang bisa mencapai ukuran 100-150 g/ekor selama 3 bulan.
0,100
Diduga, kualitas genetik ikan nila yang dipergunakan
tergolong rendah. 0,000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Hari

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V


Universitas Brawijaya Malang 2015
64 | A k u a k u l t u r ( P - 3 ) - B a m b a n g G u n a d i
NO2 sebanyak 40, 58 ton sedangkan pada pemeliharaan ikan nila
0,400 untuk memproduksi ikan sebanyak 2,9 ton/Ha dibutuhkan
Konsentrasi (mg NO2/L)

0,350 pakan sebanyak 5,1 ton. Tingkat efisiensi pakan pada


0,300
0,250 pemeliharaan ikan patin dan nila masing-masing mencapai 40%
0,200 dan 56%.
0,150
0,100 TABEL 1. PRODUKSI IKAN DAN KARAKTERISTIK LIMBAH PADA PEMELIHARAAN
0,050 IKAN LELE, PATIN DAN NILA DI KOLAM AIR TENANG.
0,000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Jenis Ikan
Parameter Limbah
Hari Lele Patin Nila
NO3 Satuan kg/Ha/2bln (kg/Ha/3bln) (kg/Ha/3bln)
0,300
Konsentrasi (mg NO3/L)

Produksi Ikan 5.600 25.550 2.900


0,200 Produksi Ikan Netto 3.610 17.200 2.620
Total pakan diberikan 5.398 40.576 5.116
0,100

0,000 NH3 1,302 1,642 2,214


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 NO2 1,032 2,782 2,002
Hari NO3 1,400 1,444 1,230
PO4 0,820 1,076 0,832
PO4
0,400 COD 248 232 180
Konsentrasi (mg

0,300
PO4/L)

0,200 Berdasarkan prosentase terhadap produksi netto, limbah


dari kolam pemeliharaan ikan nila memiliki nilai tertinggi
0,100
dibandingkan dengan limbah pemeliharaan ikan lele dan ikan
0,000 patin. Prosentase limbah pemeliharaan ikan nila untuk NH 3,
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 NO2, NO3, PO4 dan COD masing-masing adalah 0,08%,
Hari 0,08%, 0,05%, 0,03% dan 6,87% dari produksi ikan netto.
Ikan patin menghasilkan limbah paling sedikit di antara ketiga
jenis ikan yang dipelihara yakni untuk NH3, NO2, NO3, PO4
Gambar 6. Keragaan beberapa parameter kualitas air di kolam
pemeliharaan ikan nila. dan COD masing-masing adalah 0,01%, 0,02%, 0,01%, 0,01%
dan 1,35% dari produksi netto ikan patin.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, kadar Penanganan limbah yang dihasilkan pada sistem budidaya
oksigen terlarut sangat berkaitan dengan proses fotosintesa ikan pada umumnya dapat terdiri dari sistem pembuangan
dan respirasi biota akuatik. Pada kolam yang mempunyai limbah padat secara mekanis dengan pengendapan, filtrasi,
kelimpahan fitoplankton tinggi fluktuasi kadar oksigen terlarut penyaringan, sentrifugasi atau hidroklon; secara kimiawi
akan lebih lebar. Pada siang hari di mana terjadi proses dengan adsorpsi, fraksionasi buih, pertukaran ion; serta secara
fotosintesa, kadar oksigen terlarut akan mencapai nilai yang biologis dengan berbagai jenis biofilter [1].
sangat tinggi. Sebaliknya pada malam hari di mana terjadi Dalam sistem resirkulasi, air buangan dari budidaya ikan
proses respirasi tanpa adanya fotosintesa, kadar oksigen diberikan penanganan secara biologis dan kemudian dialirkan
terlarut akan mencapai nilai yang sangat rendah. kembali ke kolam pemeliharaan ikan. Sistem ini
Diduga, kelimpahan fitoplankton di kolam pemeliharaan membutuhkan penanganan air buangan yang intensif dengan
ikan lele dan patin lebih tinggi dibandingkan dengan kolam mengupayakan nitrifikasi, denitrifikasi dan pembuangan
pemeliharaan ikan nila. Sesuai dengan sifat dan kebiasaan bahan organik yang efisien [5]. Menurut van Rijn (2013) [6],
makannya, ikan nila diduga memakan fitoplankton yang ada sistem resirkulasi dapat dibedakan menjadi sistem indoor dan
di kolam sehingga mengurangi kelimpahan fitoplankton di sistem outdoor. Pada sistem resirkulasi indoor, penanganan
kolam tersebut. nutrien di dalam air buangana umumnya berupa ‘penangkapan’
limbah padat dan konversi amoniak menjadi nitrat melalui
Produksi Ikan dan Limbah nitrifikasi. Sementara itu, pada resirkulasi outdoor limbah
yang dihasilkan oleh organisme utama dikonversi menjadi
Keragaan produksi ikan, kebutuhan pakan serta
biomas organisme sekunder seperti organisme fototrofik.
karakteristik air limbah pada pemeliharaan ikan lele, patin dan
nila disajikan pada Tabel 1. Pada pemeliharaan ikan lele,
untuk memproduksi sebanyak 5,6 ton/Ha dibutuhkan pakan IV. KESIMPULAN
sebanyak 5,4 ton. Tingkat efisiensi pakan untuk lele mencapai
Parameter kualitas air pada pemeliharaan ikan lele, patin
kurang lebih 107%. Pada pemeliharaan ikan patin, untuk
dan nila yang berkaitan dengan proses metabolisme ikan
meproduksi ikan sebanyak 25,55 ton/Ha dibutuhkan pakan

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V


Universitas Brawijaya Malang 2015
65 | A k u a k u l t u r ( P - 3 ) - B a m b a n g G u n a d i
cenderung meningkat dari awal menuju akhir periode
pemeliharaan.
Secara prosentasi dari nilai produksi netto ikan yang
dihasilkan, pemeliharaan ikan nila menghasilkan limbah NH 3,
NO2, NO3, PO4 dan COD paling tinggi dibandingkan dengan
pemeliharaan ikan lele dan patin yakni masing-masing 0,08%,
0,08%, 0,05%, 0,03% dan 6,87%. Nilai paling rendah
diperoleh dari pemeliharaan ikan patin yakni 0,01%, 0,02%,
0,01%, 0,01% dan 1,35% masing-masing untuk NH3, NO2,
NO3, PO4 dan COD.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Wheaton, F. Recirculating Aquaculture Systems : An Overview of


Waste Management. Alabama Cooperative Extension Services (ACES).
pp. 57-68. 2010.
[2] Pillay, T.V.R. Aquaculture and the environment. Fishing News Books.
England. 189 p. 1992.
[3] Schwartz, M.F. and Boyd, C.E. Effluent quality during harvest of
channel catfish from watershed ponds. Prog. Fish-Cult., 56: 25-32.
1994.
[4] Miller, D., and K. Semmens. Waste Management in Aquaculture.
Aquaculture Information Series. Vol. #AQ02–1. 12 p. Morgantown,
WV 26506-6108. 2002.
[5] Wik, T.E.I., B.T. Lindén, and P.I. Wramner. Integrated Dynamic
Aquaculture and Wastewater Treatment Modelling for Recirculating
Aquaculture Systems. Aquaculture 287 (3-4): 361–70. 2009.
[6] Van Rijn, J. Waste Treatment in Recirculating Aquaculture Systems.
Aquacultural Engineering 53: 49–56. 2013.

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V


Universitas Brawijaya Malang 2015
66 | A k u a k u l t u r ( P - 3 ) - B a m b a n g G u n a d i

Anda mungkin juga menyukai