Gariepinus), Ikan Patin (Pangasianodon Hypophthalmus) Dan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di Kolam Tanah Air Tawar
Gariepinus), Ikan Patin (Pangasianodon Hypophthalmus) Dan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di Kolam Tanah Air Tawar
Abstract - Future development of freshwater aquaculture facing ikan patin dan nila dipelihara selama 3 bulan. Pakan yang
major problems related to the environmental issues due to lack of diberikan adalah pakan buatan berbentuk pelet terapung
land and water resources, whereas the need of aquaculture dengan kadar protein berkisar antara 23-28% Hasil pengamatan
products will increase stably. The enhancement of freshwater menunjukkan bahwa parameter kualitas air pada pemeliharaan
aquaculture production should be achieved by implementing highly ikan lele, patin dan nila yang berkaitan dengan proses
productive and efficient aquaculture operation based on the metabolisme ikan cenderung meningkat dari awal hingga akhir
principles of cleaner production and environmentally sound. This periode pemeliharaan. Secara prosentasi dari nilai produksi
can be accomplished by recirculation system. As the first step to netto ikan yang dihasilkan, pemeliharaan ikan nila menghasilkan
implement the recirculation system in freshwater aquaculture, this limbah NH3, NO2, NO3, PO4 dan COD paling tinggi
experiment was conducted to make observations on waste loading dibandingkan dengan pemeliharaan ikan lele dan patin yakni
characteristics from freshwater fish culture. Three fish species, i.e. masing-masing 0,08%, 0,08%, 0,05%, 0,03% dan 6,87%. Nilai
African catfish (Clarias gariepinus), striped catfish paling rendah diperoleh dari pemeliharaan ikan patin yakni
(Pangasionodon hypophthalmus) and tilapia fish (Oreochromis 0,01%, 0,02%, 0,01%, 0,01% dan 1,35% masing-masing untuk
niloticus) were reared in the earthen ponds for 1 month (clarrid NH3, NO2, NO3, PO4 dan COD.
catfish) and 3 months (for striped catfish and tilapia). The fish
were fed with 23-28%-protein containing commercial floating feed. Kata kunci : limbah budidaya ikan air tawar, akuakultur
The results showed that, based on the procentage to net fish intensif, resirkulasi,
production, waste production of tilapia fish culture was higher than
that of other two fish, namely 0,08%, 0,08%, 0,05%, 0,03% and
6,87% for NH3, NO2, NO3, PO4 and COD production, respectively. I. PENDAHULUAN
Among three fish species, striped catfish produced the lowest waste, Pengembangan intensifikasi budidaya ikan air tawar di
i.e. 0,01%, 0,02%, 0,01%, 0,01% and 1,35% of net fish production masa depan akan menghadapi tantangan berat berkaitan
for NH3, NO2, NO3, PO4 and COD, respectively.
dengan isu konservasi lingkungan sehubungan dengan
Key words : freshwater fish culture waste, intensive aquaculture semakin terbatasnya sumberdaya air dan lahan sementara
tuntutan peningkatan produksi semakin tinggi. Peningkatan
Abstrak - Pengembangan budidaya ikan air tawar di masa produksi budidaya ikan air tawar harus diarahkan pada pola
depan menghadapi tantangan berat berkaitan dengan isu intensif yang produktif dan efisien dengan berpedoman pada
kelangkaan sumberdaya air dan lahan sementara produksi prinsip produksi bersih dan berwawasan lingkungan dengan
dituntut semakin tinggi. Peningkatan produksi budidaya ikan menerapkan teknologi resirkulasi.
harus diarahkan pada pola intensif yang produktif dan efisien Langkah pertama dalam menyusun teknologi resirkulasi
dengan berpedoman pada prinsip produksi bersih dan adalah mengetahui beban limbah ikan yang akan
berwawasan lingkungan dengan menerapkan teknologi
resirkulasi. Sebagai langkah pertama dalam pengembangan
dibudidayakan dalam sistem tersebut. Faktanya, masih banyak
resirkulasi di kolam air tawar, penelitian ini dilakukan untuk spesies ikan yang belum dapat diperhitungkan secara baik [1].
mengetahui karakteristik limbah budidaya ikan lele dumbo Menurut Pillay (1992) [2] jumlah dan komposisi limbah dari
(Clarias gariepinus), ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) kolam budidaya ikan dipengaruhi oleh kepadatan ikan yang
dan ikan nila (Oreochromis niloticus) di kolam tanah air tawar. dipelihara, kualitas dan jumlah pakan yang diberikan serta
Benih ikan lele dumbo yang ditebar berukuran rata-rata 12,35 waktu retensi air di kolam budidaya ikan tersebut. Padatan
g/ekor dengan padat penebaran 9,25 ekor/m2. Sementara itu, terlarut (suspended solids) dan nutrien terlarut (dissolved
benih ikan patin berukuran rata-rata 86,3 g/ekor dengan padat nutrien) terutama nitrogen dan fosfor merupakan faktor utama
penebaran 11 ekor/m2, dan benih ikan nila berukuran rata-rata
yang menentukan kualitas limbah yang dibuang ke perairan
sekitar 2,36 g/ekor dengan padat penebaran 12 ekor/m2.
Pemeliharaan ikan lele dilakukan selama 1 bulan, sedangkan
sekitar. Schwartz dan Boyd (1994) [3] melaporkan bahwa
0,300
rata-rata sekitar 2,36 g/ekor dengan padat penebaran 12
ekor/m2. Pemeliharaan ikan lele dilakukan selama 1 bulan, 0,200
sedangkan ikan patin dan nila dipelihara selama 3 bulan.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pelet 0,100
terapung dengan kadar protein berkisar antara 23-28% (kadar
air 10-12%). Tingkat pemberian pakan dilakukan sebanyak 10% 0,000
bobot biomassa per hari pada awal pemeliharaan dan menurun 0 10 20 30 40 50
menjadi 3 % pada akhir pemeliharaan. Hari
Parameter kualitas air yang diamati meliputi ammonia, NO2
nitrat, nitrit, fosfat dan oksigen terlarut. Pengamatan 0,500
Konsentrasi (mg NO2/L)
0,200 500
200
NO3/L)
50
PO4 100
0,200
Konsentrasi (mg PO4/L)
0 0
0,150 0 30 60 90
Individu Biomassa
0,050
Gambar 3. Pertumbuhan ikan patin di kolam air tenang selama 90 hari.
0,000
0 10 20 30 40 50 Keragaan beberapa parameter kualitas air di kolam
Hari pemeliharaan ikan patin disajikan pada Gambar 4. Parameter
oksigen terlarut, berfluktuasi sepanjang periode pemeliharaan
dan lebih banyak dipengaruhi oleh variasi harian dan musiman.
Gambar 2. Keragaan beberapa parameter kualitas air pada
pemeliharaan ikan lele dumbo di kolam.
Hasil pengamatan pada pagi hari selalu lebih rendah
dibandingkan dengan hasil pengamatan pada siang atau sore
Parameter-parameter yang berkaitan dengan hasil hari.
metabolisme seperti amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), Parameter-parameter yang berkaitan dengan hasil
dan fosfat (PO4) meningkat dari awal menuju akhir periode metabolisme ikan seperti amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat
pemeliharaan kecuali nitrit yang menurun. Dinamika kadar (NO3) dan fosfat (PO4) cenderung meningkat pada akhir
nitrit dan nitrat berkaitan dengan proses nitrifikasi di mana periode pemeliharaan meskipun terjadi fluktuasi naik-turun
aktivitas bakteri mempunyai pengaruh yang sangat nyata. antar waktu selama periode tersebut.
Kadar oksigen terlarut lebih banyak dipengaruhi oleh
musim, sementara itu, variasi harian antara pagi dan sore yang 02
Oksigen Terlarut (mg/L)
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Hari
45 70
0,50
40 60
0,40
Periode (Hari)
0,20
Individu Biomassa
8,0
pergantian air yang memadai.
6,0
4,0
Ikan Nila
2,0
Keragaan pertumbuhan ikan nila selama 90 hari disajikan
0,0
pada Gambar 5 mencakup pertumbuhan individu dan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
biomassa. Secara individu ikan nila berkembang dari ukuran
rata-rata 2,36 g/ekor menjadi 38,82 g/ekor selama 90 hari atau Waktu (Hari) pagi sore
rata-rata sebesar 0,41 g/hari. Pada pertumbuhan biomassa,
ikan nila tumbuh dari 5,66 kg/kolam menjadi 63,33 kg/kolam NH3
atau setara dengan 2,9 ton/Ha/3 bulan. Secara sepintas, 0,400
Konsentrasi (mg
pertumbuhan ikan nila pada penelitian ini jauh lebih rendah 0,300
NH3/L)
0,300
PO4/L)
DAFTAR PUSTAKA