Anda di halaman 1dari 9

9 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

PERFORMA PERTUMBUHAN POPULASI JANTAN DAN BETINA IKAN NILA BIRU


(Oreochromis aureus) DI TAMBAK BERSALINITAS TINGGI
Bambang Gunadi, Adam Robisalmi, dan Priadi Setyawan
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
Jl. Raya 2 Sukamandi, Subang, Jawa Barat 41263
E-mail: bgunadi@kkp.go.id

ABSTRAK

Ikan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan salah satu pembentuk ikan nila Srikandi yang dilepas oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2012 dalam rangka mengembangkan budidaya ikan nila unggul
untuk kawasan tambak dan laut. Peningkatan keragaan genetik ikan nila biru diperlukan untuk pengembangan
dan peningkatan mutu genetik ikan nila Srikandi lebih lanjut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni
sampai September 2012 yang diawali dengan pemijahan dan pemeliharaan benih di air tawar di Balai
Penelitian Pemuilaan Ikan (Sukamandi, Subang) dan dilanjutkan dengan tahap pembesaran di tambak rakyat
di Kabupaten Indramayu. Pemijahan dirancang secara berpasangan 1:1 (fullsib mating). Adapun famili-famili
yang menghasilkan larva sebanyak 20 famili. Pembesaran pada tambak bersalinitas 30-50 ppt dilakukan
setelah ikan mencapai bobot 20-30 g dan bisa dibedakan jenis kelaminnya. Wadah pemeliharaan yang
digunakan di tambak adalah waring 3 m x 5 m dengan padat tebar 10 ekor/m2. Pemeliharaan dilakukan
terpisah antara jantan dan betina. Parameter yang diamati meliputi pertambahan panjang dan bobot, laju
pertumbuhan spesifik (SGR), laju pertumbuhan harian (DGR), dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 6 famili yang dipelihara, keragaan pertumbuhan tertinggi pada populasi jantan ditunjukkan
oleh famili 2 dengan pertambahan panjang 9,67 cm; pertambahan bobot 159,11 g; SGR 2,15%bw/hari; DGR
1,77 g/hari; sedangkan sintasan tertinggi ditunjukkan famili 3 sebesar 71,43%. Sementara itu, pada populasi
betina, keragaan pertumbuhan tertinggi pertambahan panjang tertinggi pada famili 1 sebesar 7,58 cm;
sedangkan nilai pertambahan bobot, SGR, dan DGR tertinggi dihasilkan famili 6 masing-masing sebesar
103,31 g; 2,02 %bw/hari; dan 1,15 g/hari; sedangkan sintasan tertinggi ditunjukkan famili 1 sebesar 58%.

KATA KUNCI: Oreochromis aureus, pertumbuhan, tambak salinitas tinggi

PENDAHULUAN
Ikan nila biru (Oreochromis aureus) yang dikenal pula sebagai Israel tilapia merupakan salah satu
spesies ikan nila (Oreochromis sp.) yang dapat hidup pada lingkungan perairan tawar maupun payau.
Di beberapa negara ikan nila biru telah dibudidayakan di air laut (El-Sayed, 2006). Balarin & Haller
(1983) menyatakan bahwa O. aureus dapat tumbuh baik pada kisaran salinitas 36-44 ppt sedangkan
reproduksinya terjadi pada salinitas 19 ppt. Dengan aklimatisasi secara bertahap nila biru dapat
tumbuh dengan baik sampai salinitas 54 ppt. Pada umumnya ikan nila merupakan ikan euryhaline
yakni dapat hidup pada rentang salinitas yang luas dari tawar sampai laut, meskipun hanya beberapa
spesies ikan nila yang memilik toleransi yang luas terhadap salinitas (Philippart & Ruwet, 1982).
Oreochromis niloticus memiliki toleransi yang relatif rendah terhadap salinitas yakni berkisar 20-25
ppt (Watanabe et al., 1985). Sementara itu, Oreochromis aureus dan O. mossambicus memiliki toleransi
yang lebih tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan dengan salinitas hingga 44 ppt (Chervinski &
Yashouv, 1971).
Budidaya ikan nila di perairan payau masih dalam tahap awal pengembangan di Indonesia. Hal
ini antara lain disebabkan belum banyaknya ketersediaan benih unggul untuk mendukung usaha
tersebut. Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi
adalah perakitan strain ikan nila toleran salinitas tinggi. Pada tahun 2012, BPPI telah merilis ikan
nila Srikandi dalam rangka mengembangkan ikan nila yang unggul untuk kawasan tambak dan laut.
Ikan nila Srikandi mempunyai keunggulan tumbuh cepat pada salinitas 30 ppt.
Performa pertumbuhan populasi jantan dan betina ikan nila biru ... (Bambang Gunadi) 10

Ikan nila Srikandi dibentuk dari induk ikan nila biru (O. aureus) dan ikan nila Nirwana (O. niloticus).
Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas genetik ikan nila Srikandi, maka kualitas induk
pembentuknya perlu terus diperbaiki melaui jalur seleksi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan populasi jantan dan betina
ikan nila biru pada tambak dengan salinitas 30-50 ppt sebagai salah satu bagian dalam rangkaian
seleksi ikan nila biru.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di BPPI Sukamandi dan tambak rakyat di Kabupaten Indramayu pada
bulan April sampai September 2012. Ikan nila biru (O. aureus) yang digunakan merupakan keturunan
generasi ke-2 koleksi ikan nila biru milik PT Central Pangan Pertiwi yang diperoleh pada tahun 2007.
Benih yang dipelihara di tambak di Indramayu berasal dari pemijahan yang dilakukan di kolam
air tawar BPPI dengan menggunakan metode fullsib mating sebanyak 50 famili. Famili yang berhasil
memijah dan mempunyai larva yang jumlahnya lebih dari 500 ekor sebanyak 20 famili. Pendederan
dilakukan selama 3 bulan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari. Setelah benih berukuran
20-30 g dilakukan pemisahan kelamin jantan dan betina pada masing-masing famili. Sebelum ditebar
di tambak, benih ikan diaklimatisasi terlebih dahulu di bak pemeliharaan dengan penambahan air
laut sebesar 10 ppt/hari sampai salinitas mencapai 30 ppt.
Pembesaran dilakukan di tambak dengan wadah pemeliharaan berupa waring berukuran 3 m x 5
m dan padat tebar sebesar 10 ekor/m2. Pakan dengan kadar protein 30%-32% diberikan sebanyak 5%
dari biomassa/hari. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yakni pada waktu pagi, siang,
dan sore hari. Adapun jumlah famili yang dipelihara sampai akhir penelitian berkurang menjadi 6
famili dari jumlah awal penebaran 20 famili.
Parameter yang diamati meliputi pertambahan panjang, pertambahan bobot (WG), laju
pertumbuhan spesifik (SGR), laju pertumbuhan harian (DGR), dan sintasan. Selain parameter tersebut,
dilakukan pula pengamatan terhadap nilai kualitas air tambak selama pemeliharaan yang meliputi
DO, suhu, salinitas, pH, amonia, dan nitrit. Pengamatan parameter pertumbuhan dan kualitas air
dilakukan setiap bulan.
HASIL DAN BAHASAN
Ikan nila biru dapat tumbuh di tambak bersalinitas 25-30 ppt dengan bobot awal yang berkisar
dari 26-38 g menjadi 128-185 g (populasi jantan) dan 20-27 g menjadi 99-123 g (populasi betina)
selama 3 bulan (Gambar 1). Pola pertambahan bobot ikan nila biru baik populasi jantan maupun
betina setiap bulannya mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan nila biru mampu
mengatur fisiologi tubuhnya untuk bertahan dan tumbuh pada sanilitas hingga 30 ppt Pada bulan
kedua, terjadi kematian ketika fluktuasi salinitas mencapai 50 ppt. Pada fluktuasi salinitas ekstrim

25,00 25,00

20,00 20,00
Panjang (cm)

Panjang (cm)

15,00 15,00
Famili 1 Famili 1
Famili 2 Famili 2
10,00 10,00
Famili 3 Famili 3
Famili 4 Famili 4
5,00 5,00
Famili 5 Famili 5
Famili 6 Famili 6
0,00 0,00
0 1 2 3 0 1 2 3

Bulan ke- Bulan ke-

Gambar 1. Pola pertumbuhan panjang ikan nila biru (a) jantan; (b) betina pada masing-masing
famili
11 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

hingga 50 ppt, ikan mengalami stres dan tidak dapat bertahan karena tidak bisa mengatur tekanan
osmoregulasi dalam tubuhnya.
Perbedaan pertumbuhan panjang lebih terlihat pada populasi jantan, di mana antar famili
menunjukkan performa yang berbeda pada bulan pertama, dikarenakan adanya perbedaan ukuran
panjang pada saat awal penebaran dan relatif sama pada bulan kedua. Hal ini diindikasikan terjadi
karena tingginya nilai salinitas yang menyebabkan pertumbuhan melambat.
Pertambahan bobot ikan nila biru baik populasi jantan maupun betina setiap bulannya mengalami
kenaikan yang hampir seragam, namun mengalami perbedaan pada akhir masa pemeliharaan (Gambar
2). Pada populasi jantan famili 2 mempunyai bobot akhir tertinggi dan famili 5 mempunyai bobot
akhir terendah dibandingkan famili lainnya. Adapun pada populasi betina, nilai bobot akhir tertinggi
ditunjukkan famili 6 dan terendah famili 5. Perbedaan bobot ini bergantung dari ketahanan individu-
individu ikan pada masing-masing famili terhadap fluktuasi salinitas yang berkisar dari 25-50 ppt, di
mana ketahanan terhadap salinitas sangat bergantung pada kondisi tubuh ikan, apabila terjadi
keseimbangan tekanan osmotik maka kondisi ini akan mengurangi faktor stres yang disebabkan
oleh salinitas, sehingga pertumbuhan tidak terhambat. Hal ini menunjukkan bahwa famili-famili
dengan bobot yang lebih besar merupakan kandidat famili yang bisa dipilih untuk proses seleksi
pada akhir pemeliharaan karena memiliki toleransi yang lebih baik terhadap salinitas.

200,00 140,00
Famili 1 Famili 1
180,00
Famili 2 120,00 Famili 2
160,00
Famili 3 Famili 3
140,00 100,00
Famili 4 Famili 4
Bobot (g)

120,00 Famili 5
Bobot (g)

80,00 Famili 5
100,00 Famili 6 Famili 6
60,00
80,00
60,00 40,00
40,00
20,00
20,00
0,00 0,00
0 1 2 3 0 1 2 3

Bulan ke- Bulan ke-

Gambar 2. Pola pertumbuhan bobot (g) ikan nila biru (a) jantan; (b) betina pada masing-masing
famili

Menurut Effendi (1997), pada dasarnya pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam meliputi keturunan, umur, jenis kelamin, penyakit dan parasit. Sedangkan faktor
luar terdiri atas makanan, suhu, salinitas, dan pH air. Faktor ini umumnya sulit untuk dikontrol,
namun lain halnya dengan keturunan, faktor ini dapat dikontrol salah satunya dengan cara seleksi
untuk mencari pertumbuhan ikan yang tertinggi di antara individu maupun antar famili. Gilles (1987)
menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu makanan, ruang,
suhu, salinitas, musim, dan aktivitas fisik
Kenaikan bobot ikan nila biru secara nyata terjadi pada bulan ketiga, hal ini terjadi seiring dengan
menurunnya salinitas di tambak dari 50 ppt menjadi 30 ppt. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa
dalam kodisi isoosmotik penggunaan energi untuk osmoregulasi cenderung menurun dibanding
dengan di air tawar dan air laut, hal ini dikarenakan energi disimpan sebagai cadangan untuk
pertumbuhan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan ikan nila
seiring dengan kenaikan salinitas dari 5 sampai 10 ppt (Kangombe & Brown, 2008) dan dari 8 sampai
24 ppt (Vonck et al., 1998). Imsland et al., (2008) melaporkan bahwa pertumbuhan bobot ikan nila
meningkat seiring dengan menurunnya salinitas dari 32 ppt menjadi 15 ppt.
Menurut Suresh & Lin (1992), setiap spesies ikan mempunyai rentang salinitas yang optimum.
Ikan nila mempunyai pertumbuhan optimal pada kisaran salinitas 10 sampai 20 ppt. Salah satu
spesies ikan nila yang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas adalah ikan mujair (O.
Performa pertumbuhan populasi jantan dan betina ikan nila biru ... (Bambang Gunadi) 12

mossambicus) yang tahan hingga salinitas 42 ppt (Stickney, 1986; Wang et al., 1997). O. mossambicus
mempunyai pertumbuhan yang lebih baik pada salinitas tinggi dibanding dengan O. aureus dan O.
niloticus (Nugon, 2003). Avella et al. (1993) melaporkan bahwa keturunan dari persilangan antara
spesies ikan nila yang berbeda mempunyai toleransi yang lebih tinggi terhadap salinitas dibanding
tetuanya.
Tabel 1 menunjukkan nilai dari beberapa karakter pertumbuhan yang diamati selama 90 hari.
Pada populasi jantan famili 2 mempunyai pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi dibanding
famili lainnya yaitu sebesar 9,67 cm dan 159,11 g. Nilai ini seiring pula dengan tingginya laju
pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan harian sebesar 2,15%bw/hari dan 1,77 g/hari serta
rendahnya rasio konversi pakan denagn nilai 1,15. Sedangkan pertumbuhan panjang dan bobot
terendah ditunjukkan famili 5 sebesar 5,91 cm dan 95,25 g, dengan nilai SGR dan DGR sebesar
1,50%bw/hari dan 1,06 g/hari. Sedangkan nilai FCR tertinggi ditunjukkan famili 1 sebesar 2,49. Paz
(2004) menyatakan ikan nila biru yang dipelihara selama 107 hari pada salinitas 23 ppt menghasilkan
pertambahan bobot sebesar 72±12 g, dengan laju petumbuhan spesifik 1,7±3,0%bw/hari dan Abu
Hena et al. (2005) melaporkan bahwa 3 genotip ikan nila (O. niloticus, O. mossambicus, dan hibrid O.
niloticus x O. mossambicus) yang dipelihara disalinitas 30 ppt selama 75 hari mempunyai nilai
pertambahan bobot masing-masing sebesar 41,25 g; 38,91 g; dan 49,91 g dengan FCR 0,99; 1,06;
dan 1,05.
Adapun nilai karakter pertumbuhan pada populasi betina (Tabel 1) diketahui bahwa famili 3
menunjukkan nilai pertambahan panjang tertinggi sebesar 7,59 cm dan bobot mutlak tertinggi sebesar
103,31 g ditunjukkan famili 6. Nilai SGR dan DGR tertinggi ditunjukkan pula famili 6 sebesar 2,02%bw/
hari dan 1,15 g/hari; serta nilai FCR terendah sebesar 1,46. Hasil ini mengindikasikan bahwa ikan
nila biru dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas yang luas dari rendah sampai tinggi. Nilai
ini sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Setyawan et al. (2012) yang melaporkan
bahwa ikan nila biru yang dipelihara disalinitas 15-20 ppt mempunyai SGR sebesar 3,40%bobot/hari
dan DGR 1,09 g/hari. Adapun nilai SGR pada populasi nila hitam menyatakan populasi ikan nila
hitam (Oreochromis niloticus) jantan yang dipelihara pada salinitas 25-30 ppt mempunyai nilai SGR
tertinggi sebesar 1,34%bw/hari; GR 2,94 g/hari dan FCR terendah 1,42. Sedangkan populasi betina
mempunyai nilai SGR tertinggi sebesar 1,31%bw/hari; GR 2,35 g/hari dan FCR terendah 1,01 (Robisalmi
et al., 2012b). Menurut Tayamen et al. (2004), pertumbuhan ikan nila hasil persilangan O. spilurus x O.
aureus mempunyai pertambahan bobot sebesar 101,34±41,65 setelah 120 hari pemeliharaan di
tambak besalinitas 7-30 ppt. Toleransi ikan nila terhadap perubahan lingkungan, khususnya salinitas
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran dari ikan, di mana ikan nila jantan lebih tahan terhadap
salinitas dibanding ikan betina (Pershbacher & McGeachin, 1988).
Selama masa pemeliharaan 90 hari terjadi kematian pada masing-masing famili baik populasi
jantan maupun betina (Gambar 3). Mortalitas tertinggi pada populasi jantan ditunjukkan famili 4
dengan nilai sintasan sebesar 32,86% sedangkan mortalitas terendah ditunjukkan famili 5 dengan
sintasan 71,43%. Pada populasi betina diketahui sintasan tertinggi ditunjukkan famili 1 sebesar 58%
dan terendah famili 5 sebesar 30%. Nugon (2003) melaporkan yuwana O. aureus, O. niloticus, dan
Florida red tilapia menunjukkan sintasan yang baik yaitu di atas 80% pada salinitas 20 ppt, sedangkan
pada salinitas 35 ppt O. aureus mempunyai sintasan 54% dan red tilapia 33%. Ikan nila biru mempunyai
ketahanan yang lebih baik terhadap salinitas dibandingkan ikan nila tilapia dan dapat dipelihara
dengan baik pada salinitas tinggi (Bakhoum et al., 2009). Faktor yang menyebabkan kematian
diindikasikan disebabkan oleh fluktuasi salinitas yang ekstrim pada masa pemeliharaan bulan kedua
sampai bulan ketiga yang mencapai kisaran 50-55 ppt. Akibat dari tingginya salinitas menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan osmoregulasi dalam tubuh ikan untuk mengatur tekanan osmotik
dan mengalami kematian. Menurut Hoar & Randal (1969), sintasan ikan berkaitan dengan toleransi
dan kerentanan jaringan. Tekanan osmotik akan meningkat seiring dengan tingginya salinitas dan
hal ini bisa menyebabkan terjadinya luka pada permukaan badan ikan yang mencapai 25%. McGeachin
et al. (1987) dan Hopkin et al. (1989) melaporkan adanya luka eksternal dan pendarahan akut pada
organ internal O. aureus di air laut. Sintasan yuwana ikan nila biru yang dipelihara pada salinitas 25
ppt berkisar 71,52%-99,39% (Robisalmi et al., 2012a).
13 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
Performa pertumbuhan populasi jantan dan betina ikan nila biru ... (Bambang Gunadi) 14

80
Jantan
70 Betina

60

Sintasan (%) 50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6

Famili

Gambar 3. Sintasan populasi jantan dan betina ikan nila biru selama
90 pemeliharaan di tambak bersalinitas tinggi

Sebagai data penunjang dilakukan analisis terhadap kualitas air pada media pemeliharaan di
tambak meliputi suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas, nitrit, dan amonia. Hasil analisis kualitas air di
tambak disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan

Parameter Nilai Referensi


Oksigen terlarut (mg/L) 5.5-6 >5
Suhu (°C) 29,9-30,2 25-32
pH 8,15-8,32 6,5-9,0
Salinitas (ppt) 25-50
Turbinity (mg/L) 37-48
TAN (mg/L) 0,12-0,16 < 1.0
NItrit (mg/L) 0,21-0,24 < 0,5

Hasil pengamatan secara umum, diketahui kualitas air media pemeliharaan pada tambak masih
berada pada batas normal, namun fluktuasi yang ekstrim terlihat pada parameter salinitas, sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan nila biru selama pemeliharaan di tambak.

KESIMPULAN
Ikan nila biru dapat tumbuh dengan baik pada sampai salinitas 30 ppt, namun mengalami
pertumbuhan yang lambat dan kematian pada salinitas 50 ppt.
DAFT AR ACUAN
Abu-hena, Mostofa, K., & Mair, G.C. 2005. Salinity tolerance in superior genotypes of tilapia, Oreochromis
niloticus, Oreochromis mossambicus and their hybrids. Aquaculture, 247: 189–201.
Avella, M., Berhaut, J., & Bornancin, M. 1993. Salinity tolerance of two tropical fishes, Oreochromis
aureus and O. niloticus. I. Biochemical and morphological charges in the gill epithelium. J. Fish Biol.,
42: 243-254.
Balarin, J.D. & Haller, R.D. 1983. Commercial tank culture of tilapia. In Fishelson, L. & Yaron, Z. (Eds.)
International Symposium on Tilapia in Aquaculture. Tel Aviv University, TelAviv, Israel, p. 473–483.
Bakhoum, S.A., Sayed-Ahmed, & Ragheb, E.A. 2009. Genetic evidence for natural hybridization between
15 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

nile tilapia (Oreochromis niloticus Linnaeus, 1757) and blue tilapia (Oreochromis aureus; Steindacher
1864) in Lake Edku, Egypth. Global Veterinaia, 3(2): 91-97.
Chervinski, J. & Yashouv, A. 1971. Preliminary experiments on the growth of Tilapia aurea Steindachner
(Pisces, Cichlidae) in seawater ponds. Bamidgeh, 23: 125-129.
Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Indonesia. Jakarta.
Elsayed, A.F. 2006. Tilapia culture in salt water : envionmental requirements, nutritional implications
and economic potentials. Simposium International De Nutricions VII. Mexico, p. 96-106.
Gilles, R. 1987. Volume regulation in cells of euryhaline invertebrates. In Cell Volume Control: Fundamental
and Comparative Aspects in Animal Cells (Ed.) Kleinzeller, A. Academic Press. New York, 30: 205–247.
Hoar, W.S. & Randall D.J. 1969. Fish physiology. (Eds.) London: Academic Press. 325 pp.
Hopkin, K.D., Ridha, M., Leclerca, D., Al-Ameeri, A.A., & Al-Ahmed, T. 1989. Screening tilapia for
culture in seawater in Kuwait. Aquacult. Fish. Manag., 20: 389-397.
Imsland, A.K. Gustavsson, A., Gunnarsson, S., Foss, A., Arnason, J., Arnarson, I,. Jonsson, A.F., Smaradottir,
H., & Thorarensen, H. 2008. Effects of reduced salinities on growth, feed conversion efficiency and
blood physiology of juvenile Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus L.). Aquaculture, 274: 254-
259.
Kangombe, J. & Brown, J.A. 2008. Effect of salinity on growth, feed utilization and survival of Tilapia
rendalli under laboratory conditions. J. Appl. Aquaculture, 20: 256-271.
McGeachin, R.B., Wicklund, R.I., Olla, B.L., & Winton, J.R. 1987. Growth of Tilapia aurea in seawater
cages. Journal of the World Aquaculture Society, 24: 451-458.
Nugon, R.W. 2003. Salinity tolerance of juveniles of four varieties of tilapia. M.Sc. Thesis, Lou isiana
StateUniversity, USA, 76 pp.
Paz, E.P. 2004. Evaluation of growth, production and cold tolerance of four varieties of tilapia. Thesis. Lou
isiana StateUniversity, USA.
Philippart, J.C. & Ruwet, J.C. 1982. Ecology and distribution of tilapias. In Pullin, R.S.V. & Lowe-
McConnell, R.H. (Eds.) The Biology and Culture of Tilapias. ICLARM Conference Proceedings 7.
International Center for Living Aquatic Resources Management, p. 15–59.
Pershbacher & McGeachin, R. 1988. Salinity tolerance of red hybrid tilapia fry, juvenile and adult.
Proceedings Of The Second International Symposium On Tilapia In Aquaculture. ICLARM. Manila, p.
415-420.
Robisalmi, A., Priadi, S., & Dewi, R.R.S.P.S. 2012a. Famili benih ikan nila biru (Oreochromis aureus)
pada tambak bersalinitas 25-30 ppt. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012. Pusat Peneltian
dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Robisalmi, A., Priadi, S., & Dewi, R.R.S.P.S. 2012b. Performa jantan dan betina 19 famili ikan nila
nirwana Oreochromis aureus pada pembesaran di tambak 25-30 ppt. Prosiding Seminar Nasional
Tahunan IX Hasil Penetian Perikanan dan Kelautan. UGM. Yogyakarta, 9 hlm.
Setyawan, P., Adam, R., & Dewi, R.R.S.P.S. 2012. Performa pertumbuhan antara persilangan nila GIFT
(Oreochromis niloticus), nirwana (Oreochromis niloticus), dan nila biru (Oreochromis aureus) pada tambak
bersalinitas 15-25 ppt. Prosiding Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penetian Perikanan dan Kelautan.
UGM. Yogyakarta, 6 hlm.
Stickney, R.R. 1986. Tilapia tolerance of saline waters: A review. Progressive Fish Culturist, 48(3): 161-
167.
Suresh, A.V. & Lin, C.K. 1992. Tilapia culture in saline water: A review. Aquaculture, 106: 201-226.
Tayamen, T.A., Abella, R.A., Reyes, M.A., Danting, J.C., Mendoza, A.M., Marquez, E.B., Salguet, A.C.,
Apaga, M.M., & Gonzales, R.C. 2004. Development of Tilapia For Saline Watehe Philippines. Nueva
Ecija, Philippines.
Vonck, A.P.M.A., Wendelaar-Bonga, S.E., & Flik, G. 1998. Sodium and calcium balance in mozambique
tilapia, Oreochromis mossambicus, raised at differnt salinities. Comp. Biochem. Physiol. A. 119: 441-
449.
Wang, J., Lui, H., Po, H., & Fan, L. 1997. Influence of salinity on food consumption, growth and energy
conversion efficiency of common carp (Cyprinus carpio) fingerlings. Aquaculture, 148: 115-124.
Watanabe, W.O., Kuo, C.M., & Huang, M.C. 1985a. The ontogeny of salinity tolerance in the tilapias
Oreochronus aureus, O. niloticus, and O. mossambicus x O. niloticus hybrid, spawned and reared in
freshwater. Aquaculture, 47(4):
Performa pertumbuhan populasi jantan dan betina ikan nila biru ... (Bambang Gunadi) 16
17 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

DISKUSI

Nama Penanya: Prof. Rachmansyah


Pertanyaan:
Nilai osmotik pengaruh salinitas terhadap nila
Tanggapan:
Akan dilaksanakan alat osmometernya belum ada

Nama Penanya: Ani Widiyati


Pertanyaan:
Awal perbaikan genetik perlu dirapikan SD-nya akan perlihatkan vanalitas genetik
SGR dan DGR rumusnya sama dalam bentuk % harian
Tanggapan:
SD akan dicantumkan di makalah
Rumus perhitungan akan dilihat lagi
Distribusi SQR Linear / tidak linear

Anda mungkin juga menyukai