Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMASARAN DALAM RANGKA

MEMBANGUN CITRA (IMAGE) MASYARAKAT TERHADAP PUSKESMAS

Ristrini1

ABSTRACT
In autonomy era, public health center demanded become customer-driven government that paying attention on needs
and wants their peoples, emphasize service satisfaction aspect. Therefore, health centers shall be more focus on marketing
concept than selling concept. To be marketing concept accepted and can be operated by public health center, then should be
GRQHPDUNHWLQJHQFRPSDVVHG  PDUNHWLQJZDVDSSOLFDEOHWRWKHLUVSHFL¿FVLWXDWLRQVDQG  KHDOWKFHQWHUPDQDJHUPXVW
be educates to recognize the scope and complexity of marketing). Health center marketing management implementation
done through steps, that were (1) health center marketing plan, (2) health center marketing organization, (3) health center
marketing implementation, and (4) health center marketing control. Health center marketing through some variables that
were: paramedic workers, building and room, facilities, equipment and medication, activity result and service process. Health
center manager and staffs must be understanding about marketing concept, internal marketing and interactive marketing in
composing its marketing strategies. The task of health center manager in creating service excellence strategy in increasing
people image on health center, be more satisfaction result-oriented.

Key words: marketing management, community image, health center marketing

PENDAHULUAN memuaskan, jika mungkin melalui layanan prima.


Puskesmas harus fokus pada marketing concept
Dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang
ketimbang pada selling concept.
pemerintahan daerah, yang telah direvisi melalui
Otonomi daerah mengundang adanya kompetisi
UU No. 32 tahun 2004, dan UU No. 25 tahun 1999
antar daerah untuk memajukan daerahnya masing-
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
masing, menggali sumber penghasilan yang layak,
pusat dan daerah yang telah disempurnakan dengan
mencari sumber-sumber yang layak jual. Konsep
UU No. 33 tahun 2004, menandai pergeseran pola
pemasaran daerah harus menjadi pemikiran semua
manajemen pemerintahan dari sentralistik eksploitatif
pihak pegawai pemerintah, sebelum mereka didahului
ke desentralistik-partisipatif, menuntut kepada
oleh kompetitornya dari daerah lain.
pemerintah daerah untuk meninjau ulang segala
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
bentuk peraturan pelaksanaan pelayanan kepada
milik pemerintah, sudah saatnya memikirkan strategi
masyarakat termasuk kesehatan. Pemda sekarang ini
untuk melakukan pemasaran produk jasanya yang
dituntut harus mampu melayani masyarakat. Mereka
berupa jasa pelayanan kesehatan. Sementara pihak
dituntut untuk mentransformasi diri dari bureuaucratic-
menganggap bahwa puskesmas milik pemerintah
monopolistic government menjadi entrepreneurial
tidak perlu melakukan upaya pemasaran, karena
government (Buchari Alma, 2005) yaitu pemerintah
sebagian menganggap bahwa masyarakatlah yang
\DQJMHOLGDQVHODOXEHU¿NLUNHUDVXQWXNPHOLKDWGDQ
membutuhkan puskesmas, bukan puskesmas
memanfaatkan peluang yang muncul dalam rangka
membutuhkan masyarakat. Walaupun trias fungsi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya
puskesmas yang meliputi pusat pengembangan,
Pemerintah Daerah melalui puskesmasnya dituntut
pemberdayaan masyarakat dan pelayanan bidang
untuk menjadi ’customer-driven government”
kesehatan, bukan berarti puskesmas sebagai
yang sangat memperhatikan needs dan wants
birokrat, tetapi lebih fokus pada memenuhi kebutuhan
masyarakatnya, yang menekankan segi layanan yang

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbangkes Depkes RI,
Jl. Indrapura 17 Surabaya, 60176
Korespondensi: E-mail: ristrini_sby@yahoo.com

418
Implementasi Manajemen Pemasaran (Ristrini)

masyarakat terhadap kesehatan yang memuaskan. kepuasan.


Pemenuhan kebutuhan kesehatan yang memuaskan
bagi konsumennya (masyarakat) identik dengan MANAJEMEN PEMASARAN PUSKESMAS
konsep pemasaran yang berkembang dewasa ini.
Untuk itu, sudah saatnya upaya pengembangan Lovelook and Weinberg (1978) dalam bukunya
puskesmas pada era otonomi daerah sekarang ini, 1RQ3UR¿W0DUNHWLQJ&RPHVRI$JH menyatakan
harus lebih mengacu pada konsep-konsep pemasaran bahwa agar konsep pemasaran diterima dan
jasa sehingga citra (image) puskesmas sebagai unit dioperasionalkan oleh suatu lembaga pemerintah
pelayanan kesehatan yang ’kurang bermutu’ dan termasuk puskesmas, maka harus dilakukan
sebagai unit pelayanan kesehatan bagi orang miskin, pemasaran dalam ilmu pemasaran itu sendiri, yang
secara perlahan-lahan akan hilang di masyarakat. mencakup 2 (dua) hal:
1. Harus dibuktikan bahwa pengetahuan pemasaran
dapat dilaksanakan pada situasi yang mereka
KONSEP MANAJEMEN PEMASARAN
hadapi PDUNHWLQJLVDSSOLFDEOHWRWKHLUVSHFL¿F
Menurut Cooper, P.D., 1979 yang dimaksud situations)
dengan pemasaran adalah kegiatan manusia yang 2. Pimpinan lembaga pemerintah termasuk puskesmas
diarahkan untuk kepuasan keinginan dan kebutuhan harus dididik untuk mengakui betapa luas dan
melalui proses penukaran. Sedangkan Levey, S. dkk, kompleknya ilmu pemasaran itu (government
(1994) menyatakan bahwa pemasaran adalah analisis, manager must be educates to recognize the scope
perencanaan, implementasi dan pengendalian dari and complexity of marketing).
program yang dirancang secara hati-hati untuk
Langkah awal yang harus dilakukan dalam
pertukaran nilai dengan target pasar untuk mencapai
kaitannya dengan manajemen pemasaran puskesmas
tujuan organisasi. Dari definisi tersebut dapatlah
adalah meyakinkan pada staf puskesmas bahwa
dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
pemasaran puskesmas itu diperlukan, khususnya
1. Pemasaran merupakan proses manajemen,
pada era otonomi sekarang ini. Pasien akan tertarik
seperti analisis, perencanaan dan implementasi
berkunjung ke puskesmas di daerah lain, bila
2. Merupakan kegiatan yang mengikuti permintaan,
puskesmas tersebut tidak menampilkan performa
bukan ditebak
yang dibutuhkan pasien. Pimpinan dan staf
3. Adanya pertukaran nilai, berarti adanya saling
puskesmas harus ’committed’ bahwa pemasaran
menguntungkan
jasa puskesmas harus dilakukan dan terus berupaya
4. Adanya target pasar, berarti adanya sasaran yang
untuk mengembangkan diri dalam bidang pemasaran
jelas
puskesmas.
5. Mengutamakan permintaan pasar, artinya sesuai
Dalam manajemen pemasaran dikenal dengan
dengan kebutuhan konsumen
2 (dua) bentuk orientasi yaitu ’selling orientation’
6. Kegiatan penentuan harga, dan komunikasi yang
dan ’marketing orientation’. Puskesmas yang selling
efektif
orientation, sering kali bersifat birokratis, dan fungsi
Menurut Cooper, (1979) terdapat 4 konsep dalam unit-unit di puskesmas sering ditandai oleh alokasi
pemasaran yaitu: anggaran kegiatan, tidak peduli dengan keinginan
1. Konsep pelayanan, artinya orientasi hanya untuk masyarakat yang mereka layani, mereka tidak
memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik mempunyai pandangan jauh ke depan. Sedangkan
2. Konsep penjualan, artinya orientasi hanya pada puskesmas yang marketing orientation, sangat
usaha untuk mencapai pemanfaatan fasilitas memperhatikan kehendak masyarakat, semua unit
dengan memadai di puskesmas harus berorientasi pada pasien dan
3. Konsep pemasaran, artinya orientasi berusaha masyarakat, penuh dedikasi, selalu tanggap pada
untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien keinginan masyarakat, dan ada keinginan petugas
serta menciptakan pelayanan yang memuaskan puskesmas untuk meningkatkan layanan baik diminta
4. Konsep pemasaran sosial artinya orientasi pada ataupun tidak. Ada kerja sama yang baik antar
usaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan bagian, tidak saling bersaing antarbagian, tidak saling
dan permintaan konsumen serta memberikan mempersulit urusan sehingga yang menanggung

419
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 418–423

masyarakat. Staf puskesmas yang berorientasi pada 2. Meningkatnya kesadaran pasien, sehingga pasien
selling selalu mengatakan bahwa kegiatan mereka selalu menuntut hak dan informasi yang jelas
ialah program kerja, target atau jasa yang ditawarkan, tentang segala tindakan yang akan diambil
sedangkan staf puskesmas yang berorientasi pada 3. Berorientasi pada pasien, artinya segala
marketing menyatakan bahwa kegiatan mereka ialah konsekuensi dari tindakan selalu berorientasi
kepuasan pasien dan masyarakat. kepada penyelamatan jiwa pasien
Kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana 4. Pemanfaatan yang rendah merupakan suatu
merubah mental pegawai agar mereka betul-betul pemborosan, karena akan banyak alat dan obat
senang dan memperhatikan kebutuhan masyarakat. yang tidak termanfaatkan dan rusak
Mereka harus mampu memberi informasi tentang 5. Peningkatan profesionalisme dari staf puskesmas,
peraturan yang berlaku, kegiatan yang mereka sehingga para profesional tersebut perlu
kerjakan, manfaat yang akan diperoleh masyarakat, dikoordinasi dan diarahkan untuk kepentingan
dan sebagainya. Dikemukakan oleh Buchari Alma pasien dan masyarakat
(2005) bahwa setiap anggota masyarakat sudah 6. Perubahan hubungan antara dokter/provider
mengeluarkan uang, menghabiskan waktu dan dengan pasien, artinya pasien lebih aktif dan
energi untuk memperoleh layanan dan mendapatkan lebih membutuhkan informasi serta menginginkan
kepuasan, bukan sekedar memperoleh pengobatan kebebasan memilih
saja (Citizens don’t buy programs or services, they 7. Perhatian pada pencegahan, kegiatan pencegahan
EX\WKHH[SHFWDWLRQRIEHQH¿WV Dengan marketing yang hasilnya tidak segera dapat dilihat, sehingga
intelligence diperlukan 2 komponen utama (Cooper, memerlukan upaya agar masyarakat mau
1979) yaitu: menerimanya
a. Need assessment, yaitu penilaian kebutuhan, 8. Meningkatnya harapan akan kenyamanan, karena
sehingga ditemukan konsumen potensial, dengan pasien tidak hanya butuh pelayanan yang baik,
layanan ideal tetapi juga pelayanan yang nyaman
b. Environment analysis, ini perlu agar dapat 9. Pelayanan kesehatan merupakan komoditi bisnis,
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam artinya bahwa tambahan kenyamanan dalam
strategi marketing yang akan dibuat. pelayanan harus dibayar lebih mahal adalah logis.
Dua komponen tersebut diperlukan agar layanan
puskesmas yang disediakan memenuhi kebutuhan IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMASARAN
masyarakat yang dilayani, dengan memperhatikan PUSKESMAS
lingkungan kerja yang masing-masing puskesmas Ada beberapa langkah yang harus dilakukan
akan berbeda sehingga penentuan strategi dalam implementasi manajemen pemasaran di
pemasarannyapun juga akan berbeda. puskesmas yang meliputi:
1. Perencanaan pemasaran puskesmas
ALASAN DIPERLUKANNYA PEMASARAN Perencanaan pemasaran puskesmas diawali
PUSKESMAS dengan menentukan tujuan dan kebijakan
dari tingkat Dinas Kesehatan dan pimpinan
Dalam SK Menkes No. 128/Menkes/SK/II/2004
puskesmas. Kebijakan terutama untuk memperoleh
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas menyatakan
dukungan atas semua pihak dapat melaksanakan
bahwa puskesmas sesuai dengan fungsinya,
pemasaran secara menyeluruh. Perencanaan
merupakan pusat penggerak pembangunan
pelayanan kesehatan puskesmas yang serasi
berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan
dengan pelaksanaan medis sangat penting,
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata
karena pelayanan yang baik, memuaskan dan
pertama. Terdapat beberapa alasan sehingga
nyaman akan merupakan promosi tersendiri.
diperlukan pemasaran puskesmas, yaitu:
Perencanaan dari bauran pemasaran perlu
1. Meningkatnya biaya khususnya untuk biaya bahan,
dirancang dengan seksama dan dibuat
peralatan dan biaya pegawai
dokumentasi untuk memudahkan pengendalian

420
Implementasi Manajemen Pemasaran (Ristrini)

dikemudian hari. Sangat penting untuk diusahakan (c) Nilai usaha pemasaran, yang memperhitungkan
agar perencanaan yang dibuat dapat dimengerti berapa rupiah biaya yang dikeluarkan untuk
dan nantinya dapat dilaksanakan oleh seluruh pemasaran dibandingkan dengan hasil yang
karyawan puskesmas diperoleh
2. Pengorganisasian pemasaran puskesmas (d) Rasio penampilan, yang mengukur berapa
Pengorganisasian meliputi penentuan organisasi persen biaya pemasaran dibandingkan dengan
pemasaran di puskesmas dan bertanggung biaya keseluruhan
jawab. Pengaturan pengambilan keputusan dan (e) Sikap terhadap pemasaran, yang dapat dilakukan
penyelesaian masalah yang timbul, juga harus melalui penelitian terhadap pasien, yaitu penilaian
menjadi jelas, dan tugas pemasaran dalam pasien terhadap sikap dokter dan karyawan
hubungannya dengan pembinaan pemasaran mendukung terhadap upaya pemasaran.
harus diketahui oleh semua karyawan
3. Pelaksanaan pemasaran puskesmas MEMBANGUN CITRA (IMAGE) TERHADAP
Pelaksanaan pemasaran harus melaksanakan PUSKESMAS
bauran pemasaran yang telah direncanakan
sebaik mungkin. Pemecahan masalah yang timbul Para konsumen membeli sesuatu, bukan hanya
harus ditanggulangi dengan seksama seperti sekedar membutuhkan barang itu, akan tetapi ada
konflik kepentingan antar karyawan. Latihan sesuatu yang lain yang diharapkannya. Sesuatu yang
yang membantu peningkatan perilaku karyawan lain sesuai dengan citra yang terbentuk pada dirinya.
juga penting dilaksanakan secara teratur dan Oleh sebab itu penting sekali puskesmas memberi
berkesinambungan. Dukungan administrasi informasi kepada masyarakat agar dapat membentuk
terhadap pelaksanaan juga penting, apalagi citra yang baik. Levitt (1983) menyatakan bahwa: "the
"
bila tiap pelaksanaan dapat didukung oleh hasil marketing imagination is the starting point of success
penelitian yang memadai. Pelaksanaan pemasaran in marketing".
juga tidak hanya yang rutin saja, tetapi berusaha Citra atau ‘image’ ini tidak dapat dicetak seperti
mengadakan pengembangan kegiatan pemasaran membuat barang di pabrik, akan tetapi citra ini adalah
seperti peningkatan keindahan ruang periksa dan kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan
sebagainya. dan pemahaman seseorang tentang sesuatu. Citra
4. Pengendalian pemasaran puskesmas merupakan kesan, impresi, perasaan, atau konsepsi
Terdapat 5 (lima) hal yang harus dikendalikan yang ada pada masyarakat mengenai puskesmas.
dalam rangka pemasaran puskesmas yaitu: Jadi ‘image’ puskesmas dibentuk berdasarkan impresi,
(1) pencapaian tujuan puskesmas secara berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang
kuantitatif, (2) perhitungan apa yang direncanakan terhadap puskesmas, sehingga akhirnya dipakai
dan apa yang dicapai, (3) penilaian perbedaan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan,
yang terjadi, (4) penentuan penyebab dan tindakan berobat ke puskesmas atau tidak, karena ’image’
koreksi, dan (5) kemungkinan perubahan tujuan. dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang
terhadap sesuatu.
Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai Beberapa variabel yang menimbulkan ’image’
cara untuk melakukan pengendalian pemasaran di masyarakat terhadap puskesmas:
puskesmas adalah: a. Tenaga kesehatan
(a) Tanggapan umum dari pasien dan masyarakat, Layanan yang merupakan produk yang dihasilkan
yang harus diamati dan diperhitungkan berapa puskesmas sangat dipengaruhi oleh tenaga
banyak yang terjadi dan bagaimana bobotnya kesehatan yang kompeten dan profesional
(b) Pangsa pasar puskesmas, merupakan gambaran dalam bidangnya serta memberikan layanan
seberapa jauh kontribusi yang dapat dilakukan langsung kepada pasiennya. Tenaga kesehatan
puskesmas, di mana gambaran ini menunjukkan akan tertarik bekerja di puskesmas, jika mereka
berapa jumlah pasien yang dapat kita layani bila merasa mendapat penghargaan baik imbalan
dibandingkan dengan keseluruhan pasien di secara materiil maupun suasana yang menunjang
suatu daerah pengembangan karier mereka. Dalam bauran

421
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 418–423

pemasaran merupakan unsur ’people’, yang yang diikuti oleh tanggung jawab yang tinggi
berupa sikap dan keramahan, sopan santun, merupakan daya tarik bagi pasien untuk datang
ramah, senyum, ada perhatian, kesabaran, ke puskesmas, yang dalam bauran pemasaran
memiliki pengetahuan yang cukup, ahli, ketepatan, dikenal ’process’
SHQDPSLODQ¿VLNUDSLDVHVRULVFHSDWWDQJJDS
Beberapa konsep yang harus dikuasai oleh
pada kebutuhan pasien, penuh kepedulian dan
Pimpinan dan staf puskesmas dalam rangka
sebagainya. Dan Steinhoff (1979) mengatakan
melaksanakan pemasaran (Buchari Alma, 2005),
bahwa ’the raw material of services is people’,
agar image masyarakat terhadap puskesmas menjadi
tetapi masih banyak faktor penunjang yang lain
baik adalah:
seperti peralatan canggih, bersih, akurat, mutakhir
1. Marketing concept: yaitu kegiatan memasarkan
dan sebagainya
barang atau jasa yang memberi kepuasan
b. Gedung dan Ruangan
konsumen. Berilah rasa puas terhadap layanan
Gedung dan komposisi ruangan juga merupakan
di puskesmas, kebersihan terjaga (disapu,
faktor kunci dalam pemasaran puskesmas. Gedung
dipel oleh pegawai puskesmas, bukan hanya
yang megah dan komposisi ruangan yang baik akan
menempel pengumuman ”Jagalah Kebersihan”,
membuat pasien nyaman di puskesmas. Pasien
tapi pegawainya harus aktif mengawasi dan
tidak merasa bahwa mereka sedang berobat tetapi
bertindak membersihkan. Jaga jangan sampai
merasa seperti dirumah sendiri atau seperti di hotel.
antrian panjang, caranya menambah pegawai
Sekarang banyak rumah sakit yang mendesain
pada jam-jam sibuk. Ini bukan berarti menambah
gedung dan ruangannya seperti di hotel mewah,
pegawai baru, tapi intensifkan, perbantukan
karena merupakan salah satu bauran dalam
pegawai pada bagian lain. Berikan layanan ramah,
pemasaran yaitu ’physical evidence’
terampil serta informasi yang jelas sehingga tidak
c. Fasilitas
membuat konsumen bingung di puskesmas.
Fasilitas medis yang lengkap, merupakan
2. Internal marketing, berikan latihan-latihan pada
suatu kebutuhan bagi puskesmas yang ingin
karyawan puskesmas yang langsung menghadapi
berkembang dengan konsep pemasarannya.
consumen/pasien paling depan, agar selalu ramah,
Kelengkapan fasilitas non medis juga penting
murah senyum, serta informatif, bagaimanapun
sehingga bukan hanya orang miskin saja yang
rewelnya konsumen. Tanamkan perasaan
dirawat di puskesmas tetapi juga menarik bagi
mendalam pada karyawan, bahwa tugas utamanya
masyarakat kelompok menengah dan atas.
adalah memberikan kepuasan kepada consumen/
d. Peralatan dan Obat-obatan
pasien.
Dalam konsep pelayanan prima maka pemenuhan
3. Interactive marketing, artinya bagaimana terjadi
kebutuhan konsumen merupakan hal yang paling
interaksi yang memuaskan antara karyawan dengan
utama. Fokus pada kelengkapan peralatan dan
konsumen/pasien dan masyarakat, sehingga
obat-obatan merupakan langkah agar unggul
konsumen menjadi yakin. Orang tidak begitu saja
dalam persaingan (competitive advantage).
yakin kepada puskesmas yang memiliki peralatan
Konsep ’one stop shoping’ yang dipakai dalam
canggih (technical quality), tapi lebih yakin lagi
supermarket dapat di ’adops’ oleh puskesmas
pada dokter yang memperlihatkan perhatian serius
sehingga menarik untuk dikunjungi
dalam mengobati pasien, sehingga meyakinkan
e. Hasil kegiatan
pasien akan sembuh (functional qualit) (Kotler,
Dalam konsep bauran pemasaran (marketing mix)
Gary, 1991). Jadi di sini merupakan interaktif
pada jasa terdapat ’product’ yang berupa kegiatan
marketing antara provider dengan konsumernya.
dan hasil layanan, merupakan hal yang paling
mendasar (the most crucial determinant) yang
akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi FOKUS PADA PELAYANAN PRIMA PUSKESMAS
pasien. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/
f. Proses layanan VII/1999 tanggal 20 Juli 1999 menginstruksikan
Proses layanan yang cepat, tidak berbelit-belit, untuk melaksanakan pelayanan prima sesuai dengan
prosedur mudah, waktu menunggu yang singkat,

422
Implementasi Manajemen Pemasaran (Ristrini)

aspirasi dan reformasi dari masyarakat melalui KESIMPULAN


perbaikan pengaturan dan mekanisme dari seluruh
Manajemen pemasaran puskesmas yang berfokus
aspek pelayanan kesehatan yang ada.
pada pelayanan prima merupakan langkah yang
Pelayanan prima di puskesmas menyangkut
mutlak harus dilakukan agar masyarakat memberikan
beberapa aspek yang meliputi (1) masalah
'image' positif pada puskesmas. Puskesmas sebagai
ketepatan, konsistensi dan konsekuensi dari prosedur
pusat pengembangan, pemberdayaan dan pelayanan
pelayanan kesehatan yang ada, (2) adanya hak dan
kesehatan harus lebih aktif mencari terobosan dalam
kewajiban pemberi dan penerima pelayanan yang
rangka memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
diatur secara jelas, (3) tersedianya loket informasi
Tugas dari manajer baik di Dinkes maupun puskesmas
atau kotak saran bagi penerima pelayanan yang
adalah menciptakan strategi pelayanan prima di
dipantau dan dievaluasi, (4) penanganan proses
puskesmas dalam rangka meningkatkan ’image’
pelayanan dilakukan oleh petugas yang berwenang
masyarakat terhadap puskesmas, yang berorientasi
dan kompeten, mampu, terampil dan profesional
pada hasil yang memuaskan pasien. Untuk itu
VHVXDLGHQJDQVSHVL¿NDVLWXJDVQ\D  WHUFLSWDQ\D
semua jajaran di Dinas Kesehatan Kab/Kota dan
pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat
Puskesmas harus ’committed’ untuk melaksanakan
dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan
manajemen pemasaran melalui pelayanan prima di
PHPSHUWLPEDQJNDQHIHNWLYLWDVGDQH¿VLHQVLGDODP
puskesmasnya.
pelaksanaannya, (6) biaya atau tarif yang wajar
dengan memperhitungkan kemampuan masyarakat,
(7) pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, DAFTAR PUSTAKA
teratur dan adil, tidak membedakan status sosial Buchari A, 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
dan merata, (8) terjaminnya kebersihan dan sanitasi Jasa, Alfabeta, Bandung.
lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan dan Cooper PD, 1979. Health Care Marketing, ASPEN System
(9) petugas memberikan pelayanan dengan sikap Corporations, Maryland.
ramah dan sopan, serta berupaya meningkatkan Kotler P, 1982. 0DUNHWLQJIRU1RQSURILW2UJDQL]DWLRQV,
Prentice Hall International Inc, Englewood Cliffs,
kinerja pelayanan secara optimal.
New Jersey.
Dari instruksi Menkes tersebut tampak bahwa Kotler P and Gary A, 1999. Principles of Marketing, Prentice
orientasi pelayanan kesehatan sekarang ini harus Hall International Inc, New Jersey.
lebih mengarah kepada pelayanan yang berkualitas. Levey S, 1984. Health Care Administrations : A Managerial
Tantangan utama yang dihadapi sekarang oleh Perspective, IB Lippincott Company, Philadelpia.
puskesmas ialah bagaimana memadukan kualitas jasa Lovelock C and Weinberg, 1978. Non Profit Marketing
pelayanan yang prima dengan apa yang diharapkan Comes of Age, Prentice Hall International Inc., New
oleh pelanggan. Memberikan lebih yang diharapkan Jersey.
oleh pasien merupakan jasa pelayanan kesehatan Levitt, 1983. The Marketing Imagination, The Free Press,
Collier Mc Millan. Publ. London.
yang dinilai unggul atau prima atau sangat baik
Madsen GE, 1993. The Essence of Service Exellence
(Madsen, 1993). is to Delight the Customer an Exceed His or Her
Layanan kesehatan yang berkualitas akan Expectations, %DQN0DUNHWLQJ, October, pp. 40–1.
menciptakan layanan yang unggul, dan penyajian Porter MP, 1994, Competitive Advantage: Creating and
layanan yang berkualitas dan layanan yang unggul Sustaining Superior Performance, The Free Press,
keduanya dapat dilakukan secara simultan atau New York.
secara berurutan. Layanan yang prima adalah layanan Sabarguna BS, 2004. Pemasaran Rumah Sakit. Konsorsium
yang dilakukan puskesmas untuk menang dalam Rumah Sakit Islam Jateng-DIY, Yogyakarta.
persaingan (competitive advantage), memuaskan dan
memelihara pelanggannya (Porter,1994)

423

Anda mungkin juga menyukai