ID Implementasi Manajemen Pemasaran Dalam Rangka Membangun Citra Image Masyarakat T
ID Implementasi Manajemen Pemasaran Dalam Rangka Membangun Citra Image Masyarakat T
Ristrini1
ABSTRACT
In autonomy era, public health center demanded become customer-driven government that paying attention on needs
and wants their peoples, emphasize service satisfaction aspect. Therefore, health centers shall be more focus on marketing
concept than selling concept. To be marketing concept accepted and can be operated by public health center, then should be
GRQHPDUNHWLQJHQFRPSDVVHGPDUNHWLQJZDVDSSOLFDEOHWRWKHLUVSHFL¿FVLWXDWLRQVDQGKHDOWKFHQWHUPDQDJHUPXVW
be educates to recognize the scope and complexity of marketing). Health center marketing management implementation
done through steps, that were (1) health center marketing plan, (2) health center marketing organization, (3) health center
marketing implementation, and (4) health center marketing control. Health center marketing through some variables that
were: paramedic workers, building and room, facilities, equipment and medication, activity result and service process. Health
center manager and staffs must be understanding about marketing concept, internal marketing and interactive marketing in
composing its marketing strategies. The task of health center manager in creating service excellence strategy in increasing
people image on health center, be more satisfaction result-oriented.
1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbangkes Depkes RI,
Jl. Indrapura 17 Surabaya, 60176
Korespondensi: E-mail: ristrini_sby@yahoo.com
418
Implementasi Manajemen Pemasaran (Ristrini)
419
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 418–423
masyarakat. Staf puskesmas yang berorientasi pada 2. Meningkatnya kesadaran pasien, sehingga pasien
selling selalu mengatakan bahwa kegiatan mereka selalu menuntut hak dan informasi yang jelas
ialah program kerja, target atau jasa yang ditawarkan, tentang segala tindakan yang akan diambil
sedangkan staf puskesmas yang berorientasi pada 3. Berorientasi pada pasien, artinya segala
marketing menyatakan bahwa kegiatan mereka ialah konsekuensi dari tindakan selalu berorientasi
kepuasan pasien dan masyarakat. kepada penyelamatan jiwa pasien
Kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana 4. Pemanfaatan yang rendah merupakan suatu
merubah mental pegawai agar mereka betul-betul pemborosan, karena akan banyak alat dan obat
senang dan memperhatikan kebutuhan masyarakat. yang tidak termanfaatkan dan rusak
Mereka harus mampu memberi informasi tentang 5. Peningkatan profesionalisme dari staf puskesmas,
peraturan yang berlaku, kegiatan yang mereka sehingga para profesional tersebut perlu
kerjakan, manfaat yang akan diperoleh masyarakat, dikoordinasi dan diarahkan untuk kepentingan
dan sebagainya. Dikemukakan oleh Buchari Alma pasien dan masyarakat
(2005) bahwa setiap anggota masyarakat sudah 6. Perubahan hubungan antara dokter/provider
mengeluarkan uang, menghabiskan waktu dan dengan pasien, artinya pasien lebih aktif dan
energi untuk memperoleh layanan dan mendapatkan lebih membutuhkan informasi serta menginginkan
kepuasan, bukan sekedar memperoleh pengobatan kebebasan memilih
saja (Citizens don’t buy programs or services, they 7. Perhatian pada pencegahan, kegiatan pencegahan
EX\WKHH[SHFWDWLRQRIEHQH¿WVDengan marketing yang hasilnya tidak segera dapat dilihat, sehingga
intelligence diperlukan 2 komponen utama (Cooper, memerlukan upaya agar masyarakat mau
1979) yaitu: menerimanya
a. Need assessment, yaitu penilaian kebutuhan, 8. Meningkatnya harapan akan kenyamanan, karena
sehingga ditemukan konsumen potensial, dengan pasien tidak hanya butuh pelayanan yang baik,
layanan ideal tetapi juga pelayanan yang nyaman
b. Environment analysis, ini perlu agar dapat 9. Pelayanan kesehatan merupakan komoditi bisnis,
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam artinya bahwa tambahan kenyamanan dalam
strategi marketing yang akan dibuat. pelayanan harus dibayar lebih mahal adalah logis.
Dua komponen tersebut diperlukan agar layanan
puskesmas yang disediakan memenuhi kebutuhan IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMASARAN
masyarakat yang dilayani, dengan memperhatikan PUSKESMAS
lingkungan kerja yang masing-masing puskesmas Ada beberapa langkah yang harus dilakukan
akan berbeda sehingga penentuan strategi dalam implementasi manajemen pemasaran di
pemasarannyapun juga akan berbeda. puskesmas yang meliputi:
1. Perencanaan pemasaran puskesmas
ALASAN DIPERLUKANNYA PEMASARAN Perencanaan pemasaran puskesmas diawali
PUSKESMAS dengan menentukan tujuan dan kebijakan
dari tingkat Dinas Kesehatan dan pimpinan
Dalam SK Menkes No. 128/Menkes/SK/II/2004
puskesmas. Kebijakan terutama untuk memperoleh
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas menyatakan
dukungan atas semua pihak dapat melaksanakan
bahwa puskesmas sesuai dengan fungsinya,
pemasaran secara menyeluruh. Perencanaan
merupakan pusat penggerak pembangunan
pelayanan kesehatan puskesmas yang serasi
berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan
dengan pelaksanaan medis sangat penting,
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata
karena pelayanan yang baik, memuaskan dan
pertama. Terdapat beberapa alasan sehingga
nyaman akan merupakan promosi tersendiri.
diperlukan pemasaran puskesmas, yaitu:
Perencanaan dari bauran pemasaran perlu
1. Meningkatnya biaya khususnya untuk biaya bahan,
dirancang dengan seksama dan dibuat
peralatan dan biaya pegawai
dokumentasi untuk memudahkan pengendalian
420
Implementasi Manajemen Pemasaran (Ristrini)
dikemudian hari. Sangat penting untuk diusahakan (c) Nilai usaha pemasaran, yang memperhitungkan
agar perencanaan yang dibuat dapat dimengerti berapa rupiah biaya yang dikeluarkan untuk
dan nantinya dapat dilaksanakan oleh seluruh pemasaran dibandingkan dengan hasil yang
karyawan puskesmas diperoleh
2. Pengorganisasian pemasaran puskesmas (d) Rasio penampilan, yang mengukur berapa
Pengorganisasian meliputi penentuan organisasi persen biaya pemasaran dibandingkan dengan
pemasaran di puskesmas dan bertanggung biaya keseluruhan
jawab. Pengaturan pengambilan keputusan dan (e) Sikap terhadap pemasaran, yang dapat dilakukan
penyelesaian masalah yang timbul, juga harus melalui penelitian terhadap pasien, yaitu penilaian
menjadi jelas, dan tugas pemasaran dalam pasien terhadap sikap dokter dan karyawan
hubungannya dengan pembinaan pemasaran mendukung terhadap upaya pemasaran.
harus diketahui oleh semua karyawan
3. Pelaksanaan pemasaran puskesmas MEMBANGUN CITRA (IMAGE) TERHADAP
Pelaksanaan pemasaran harus melaksanakan PUSKESMAS
bauran pemasaran yang telah direncanakan
sebaik mungkin. Pemecahan masalah yang timbul Para konsumen membeli sesuatu, bukan hanya
harus ditanggulangi dengan seksama seperti sekedar membutuhkan barang itu, akan tetapi ada
konflik kepentingan antar karyawan. Latihan sesuatu yang lain yang diharapkannya. Sesuatu yang
yang membantu peningkatan perilaku karyawan lain sesuai dengan citra yang terbentuk pada dirinya.
juga penting dilaksanakan secara teratur dan Oleh sebab itu penting sekali puskesmas memberi
berkesinambungan. Dukungan administrasi informasi kepada masyarakat agar dapat membentuk
terhadap pelaksanaan juga penting, apalagi citra yang baik. Levitt (1983) menyatakan bahwa: "the
"
bila tiap pelaksanaan dapat didukung oleh hasil marketing imagination is the starting point of success
penelitian yang memadai. Pelaksanaan pemasaran in marketing".
juga tidak hanya yang rutin saja, tetapi berusaha Citra atau ‘image’ ini tidak dapat dicetak seperti
mengadakan pengembangan kegiatan pemasaran membuat barang di pabrik, akan tetapi citra ini adalah
seperti peningkatan keindahan ruang periksa dan kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan
sebagainya. dan pemahaman seseorang tentang sesuatu. Citra
4. Pengendalian pemasaran puskesmas merupakan kesan, impresi, perasaan, atau konsepsi
Terdapat 5 (lima) hal yang harus dikendalikan yang ada pada masyarakat mengenai puskesmas.
dalam rangka pemasaran puskesmas yaitu: Jadi ‘image’ puskesmas dibentuk berdasarkan impresi,
(1) pencapaian tujuan puskesmas secara berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang
kuantitatif, (2) perhitungan apa yang direncanakan terhadap puskesmas, sehingga akhirnya dipakai
dan apa yang dicapai, (3) penilaian perbedaan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan,
yang terjadi, (4) penentuan penyebab dan tindakan berobat ke puskesmas atau tidak, karena ’image’
koreksi, dan (5) kemungkinan perubahan tujuan. dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang
terhadap sesuatu.
Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai Beberapa variabel yang menimbulkan ’image’
cara untuk melakukan pengendalian pemasaran di masyarakat terhadap puskesmas:
puskesmas adalah: a. Tenaga kesehatan
(a) Tanggapan umum dari pasien dan masyarakat, Layanan yang merupakan produk yang dihasilkan
yang harus diamati dan diperhitungkan berapa puskesmas sangat dipengaruhi oleh tenaga
banyak yang terjadi dan bagaimana bobotnya kesehatan yang kompeten dan profesional
(b) Pangsa pasar puskesmas, merupakan gambaran dalam bidangnya serta memberikan layanan
seberapa jauh kontribusi yang dapat dilakukan langsung kepada pasiennya. Tenaga kesehatan
puskesmas, di mana gambaran ini menunjukkan akan tertarik bekerja di puskesmas, jika mereka
berapa jumlah pasien yang dapat kita layani bila merasa mendapat penghargaan baik imbalan
dibandingkan dengan keseluruhan pasien di secara materiil maupun suasana yang menunjang
suatu daerah pengembangan karier mereka. Dalam bauran
421
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 418–423
pemasaran merupakan unsur ’people’, yang yang diikuti oleh tanggung jawab yang tinggi
berupa sikap dan keramahan, sopan santun, merupakan daya tarik bagi pasien untuk datang
ramah, senyum, ada perhatian, kesabaran, ke puskesmas, yang dalam bauran pemasaran
memiliki pengetahuan yang cukup, ahli, ketepatan, dikenal ’process’
SHQDPSLODQ¿VLNUDSLDVHVRULVFHSDWWDQJJDS
Beberapa konsep yang harus dikuasai oleh
pada kebutuhan pasien, penuh kepedulian dan
Pimpinan dan staf puskesmas dalam rangka
sebagainya. Dan Steinhoff (1979) mengatakan
melaksanakan pemasaran (Buchari Alma, 2005),
bahwa ’the raw material of services is people’,
agar image masyarakat terhadap puskesmas menjadi
tetapi masih banyak faktor penunjang yang lain
baik adalah:
seperti peralatan canggih, bersih, akurat, mutakhir
1. Marketing concept: yaitu kegiatan memasarkan
dan sebagainya
barang atau jasa yang memberi kepuasan
b. Gedung dan Ruangan
konsumen. Berilah rasa puas terhadap layanan
Gedung dan komposisi ruangan juga merupakan
di puskesmas, kebersihan terjaga (disapu,
faktor kunci dalam pemasaran puskesmas. Gedung
dipel oleh pegawai puskesmas, bukan hanya
yang megah dan komposisi ruangan yang baik akan
menempel pengumuman ”Jagalah Kebersihan”,
membuat pasien nyaman di puskesmas. Pasien
tapi pegawainya harus aktif mengawasi dan
tidak merasa bahwa mereka sedang berobat tetapi
bertindak membersihkan. Jaga jangan sampai
merasa seperti dirumah sendiri atau seperti di hotel.
antrian panjang, caranya menambah pegawai
Sekarang banyak rumah sakit yang mendesain
pada jam-jam sibuk. Ini bukan berarti menambah
gedung dan ruangannya seperti di hotel mewah,
pegawai baru, tapi intensifkan, perbantukan
karena merupakan salah satu bauran dalam
pegawai pada bagian lain. Berikan layanan ramah,
pemasaran yaitu ’physical evidence’
terampil serta informasi yang jelas sehingga tidak
c. Fasilitas
membuat konsumen bingung di puskesmas.
Fasilitas medis yang lengkap, merupakan
2. Internal marketing, berikan latihan-latihan pada
suatu kebutuhan bagi puskesmas yang ingin
karyawan puskesmas yang langsung menghadapi
berkembang dengan konsep pemasarannya.
consumen/pasien paling depan, agar selalu ramah,
Kelengkapan fasilitas non medis juga penting
murah senyum, serta informatif, bagaimanapun
sehingga bukan hanya orang miskin saja yang
rewelnya konsumen. Tanamkan perasaan
dirawat di puskesmas tetapi juga menarik bagi
mendalam pada karyawan, bahwa tugas utamanya
masyarakat kelompok menengah dan atas.
adalah memberikan kepuasan kepada consumen/
d. Peralatan dan Obat-obatan
pasien.
Dalam konsep pelayanan prima maka pemenuhan
3. Interactive marketing, artinya bagaimana terjadi
kebutuhan konsumen merupakan hal yang paling
interaksi yang memuaskan antara karyawan dengan
utama. Fokus pada kelengkapan peralatan dan
konsumen/pasien dan masyarakat, sehingga
obat-obatan merupakan langkah agar unggul
konsumen menjadi yakin. Orang tidak begitu saja
dalam persaingan (competitive advantage).
yakin kepada puskesmas yang memiliki peralatan
Konsep ’one stop shoping’ yang dipakai dalam
canggih (technical quality), tapi lebih yakin lagi
supermarket dapat di ’adops’ oleh puskesmas
pada dokter yang memperlihatkan perhatian serius
sehingga menarik untuk dikunjungi
dalam mengobati pasien, sehingga meyakinkan
e. Hasil kegiatan
pasien akan sembuh (functional qualit) (Kotler,
Dalam konsep bauran pemasaran (marketing mix)
Gary, 1991). Jadi di sini merupakan interaktif
pada jasa terdapat ’product’ yang berupa kegiatan
marketing antara provider dengan konsumernya.
dan hasil layanan, merupakan hal yang paling
mendasar (the most crucial determinant) yang
akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi FOKUS PADA PELAYANAN PRIMA PUSKESMAS
pasien. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/
f. Proses layanan VII/1999 tanggal 20 Juli 1999 menginstruksikan
Proses layanan yang cepat, tidak berbelit-belit, untuk melaksanakan pelayanan prima sesuai dengan
prosedur mudah, waktu menunggu yang singkat,
422
Implementasi Manajemen Pemasaran (Ristrini)
423