Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN STRUKTUR YANG

BERBETUK CYLINDRICAL SURFACE PADA STRUKTUR BETON DAN


BAJA
Sri Wahyuni Sebayang1, Johannes Tarigan2
1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus
USU Medan
Email : sriwahyunisby@gmail.com
2
Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan
No. 1 Kampus USU Medan
Email : johnstar@indosat.net.id

ABSTRAK

Perkembangan perencanaan konstruksi bangunan beberapa tahun belakangan ini


cukup berkembang pesat, terutama dalam hal estetika. Hal ini membuktikan bahwa
manusia sebagai pelaku utama tidak hanya berusaha mendapatkan konsep perencanaan
lebih aman, nyaman, praktis, dan ekonomis melainkan juga dari segi artistik. Salah satu
konstruksi bangunan yang cukup artistik adalah struktur lengkung/cylindrical surface.
Selain itu struktur yang berbentuk lengkung atau cylindrical surface juga cukup fleksibel
untuk dibentuk dan dapat digunakan pada bentang yang lebar.
Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai perbandingan desain struktur dengan
cylindrical surface dengan menggunakan material beton dan baja dimana perhitungan
gaya-gaya dalam dan tegangan yang terjadi dilakukan dengan bantuan program SAP2000.
Kemudian akan dibandingkan material yang lebih ekonomis yang digunakan pada
struktur berbentuk cylindrical surface.
Berdasarkan tegangan-tegangan dan gaya-gaya dalam yang telah diperoleh dengan
bantuan SAP2000, dan perencanaan desain struktur bangunan terbuat dari beton dan baja,
diperoleh kesimpulan bahwa material yang lebih sulit pengerjaannya adalah material baja
dan material yang lebih ekonomis adalah material baja.

Kata kunci: cangkang, cylindrical surface, setengah lingkaran, ellips, teori selaput tipis,
gaya-gaya dalam.
ABSTRACT

The building construction planning in recent years is developing rapidly, especially in


terms of aesthetics . This proves that the human is not just trying to get the concept safer,
comfortable, practical, and economical on building planning, but also from an artistic
point. One of the considerable artistic construction is curved structure/cylindrical
surface. Curved structures or cylindrical curved surface is also flexible enough to be
molded and can be used to wide span. In this thesis there will be discussed on a
comparison between the cylindrical surface structural using concrete material and steel
material in which the calculation of the forces and stress that occurs is done with the help
of the SAP2000 program. And then it will be compare the economical material between
concrete and steel that used in the cylindrical surface structural.
Based on the stress and forces that have been obtained with the help of SAP2000
program, and the design of building structures made by concrete and steel , it is
concluded that the more difficult material in its workmanship steel material and the more
economical material is steel material .

Keywords: shell, cylindrical surface, semi-circular, elliptical, film theory, the forces
1. PENDAHULUAN
Perkembangan perencanaan konstruksi bangunan beberapa tahun belakangan ini
cukup berkembang pesat, terutama dalam hal estetika. Hal ini membuktikan bahwa
manusia sebagai pelaku utama tidak hanya berusaha mendapatkan konsep
perencanaan lebih aman, nyaman, praktis, dan ekonomis melainkan juga dari segi
artistik. Salah satu konstruksi bangunan yang cukup artistik adalah struktur shell.
Selain itu struktur shell juga cukup fleksibel untuk dibentuk dan dapat digunakan pada
bentang yang lebar.
Salah satu bentuk struktur permukaan lengkung yang sering ditemukan adalah
atap. Ada banyak alasan yang orang-orang untuk atap memilih melengkung. Alasan
yang paling jelas adalah untuk estetika. Penggunaan atap lengkung memungkinkan
untuk desain struktur yang ruangan dalam bangunan yang lebih luas dikarenakan tidak
adanya kolom dan balok di bagian dalam bangunan. Struktur berpermukaan silindris
banyak digunakan seperti pada bangunan pabrik, gudang-gudang, pembangkit listrik,
garasi, stasiun kereta api, dan stadion.
Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai perbandingan desain struktur
berbentuk cylindrical surface dengan menggunakan material beton dan baja dimana
perhitungan gaya-gaya dalam dan tegangan yang terjadi dilakukan dengan bantuan
program SAP2000. Struktur beton bertulang direncanakan sebagai struktur shell
(cangkang) sedangkan untuk struktur baja direncanakan dengan menggunakan rangka
batang. Kemudian kedua material tersebut akan dibandingkang terhadap biaya untuk
pembuatan sebuah struktur yang menggunakan atap dengan bentuk cylindrical surface
untuk menentukan penggunaan material yang lebih ekonomis.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Bangunan yang berbentuk cylindrical surface dewasa ini semakin diperhatikan
dalam hal estetika. Struktur berbentuk cylindrical surface tersebut dapat terbuat dari
material beton maupun baja. Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai
perbandingan desain struktur berbentuk cylindrical surface dengan menggunakan
material beton dan baja dimana perhitungan gaya-gaya dalam dan tegangan yang
terjadi dilakukan dengan bantuan program SAP2000. Struktur beton bertulang
direncanakan sebagai struktur shell (cangkang) sedangkan untuk struktur baja
direncanakan dengan menggunakan rangka batang. Kemudian kedua material
tersebut akan dibandingkang terhadap biaya untuk pembuatan sebuah struktur yang
menggunakan atap dengan bentuk cylindrical surface untuk menentukan penggunaan
material yang lebih ekonomis.
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun maksud dan tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui
perbandingan perhitungan dan perencanaan untuk struktur yang berpermukaan
cylindrical surface dengan menggunakan material beton dan baja. Dan memperoleh
material yang lebih ekonomis terhadap biaya di antara beton dan baja untuk
pembuatan bangunan dengan atap yang berbentuk cylindrical surface.
1.4. PEMBATASAN MASALAH
Adapun pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah penyelesaian
adalah :
a. Lokasi pembangunan di kota Medan.
b. Struktur yang digunakan adalah struktur shell untuk material beton dan struktur
rangka untuk material baja.
c. Radian (f) yang digunakan adalah 5 m.
d. Lebar bentang bangunan adalah 30 m dengan panjang 60 m.
e. Jarak antara portal 6 m.
f. Tinggi bangunan direncanakan 7 meter.
g. Pondasi tidak dihitung.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi penulis: Sebagai studi mahasiswa tentang mata kuliah yang berkaitan dengan
struktur bangunan, yang telah didapat dalam proses Belajar-Mengajar di lingkungan
kampus dengan mengaplikasikannya di lapangan. Salah satunya yaitu mahasisa
mampu menganalisa dan mendesain struktur bangunan berbentuk cylindrical surface
dengan menggunakan material beton maupun baja.
2. Bagi akademik: Sebagai mutu pembelajaran dan dijadikan referensi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan penelitian ini.
3. Bagi masyarakat: Sebagai masukan yang dapat digunakan oleh masyarakat
khususnya yang ingin membangun struktur yang memerlukan ruang bagian dalam
yang lebih luas sehingga struktur dengan cylindrical surface dapat dipilih maupun
material yang digunakan baik material beton ataupun baja.
2. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Merupakan langkah-langkah atau teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data
perencanaan, yaitu:
 Studi literatur
Kegiatan ini adalah perencanaan data dengan mempelajari literatur atau referensi yang
berhubungan dengan perencanaan struktur beton bertulang dan baja khususnya untuk
struktur berbentuk cylindrical surface dari berbagai sumber seperti berupa literatur buku,
jurnal, artikel, maupun data dari internet.
 Prosedur penelitian
 Menghitung gaya-gaya dalam yang terjadi pada struktur beton maupun baja dengan
menggunakan program SAP
 Merencanakan dimensi struktur beton maupun baja berdasarkan hasil perhitungan
dengan program SAP
 Menghitung dan membandingkan rencana anggaran biaya terhadap struktur
material beton dan baja.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Schodeck (1998), shell atau cangkang adalah bentuk struktural tiga
dimensional yang kaku dan tipis yang mempunyai permukaan lengkung.
Sesuai dengan terjadinya bentuk shell, maka shell digolongkan dalam tiga macam:
1. Rotational surface
Adalah bidang yang diperoleh bilamana suatu garis lengkung yang datar diputar
terhadap suatu sumbu. Shell dengan permukaan rotasional dapat dibagi tiga yaitu :
spherical surface, eliptical surface, dan parabolic surface.
2. Translational surface
Adalah bidang yang diperoleh bilamana ujung-ujung suatu garis lurus digeser
pada dua bidang sejajar. Shell dengan permukaan translational dibagi dua yaitu:
cylindrical surface dan eliptic paraboloid.
3. Ruled surface
Adalah bidang yang diperoleh jika suatu garis lengkung yang datar digeser sejajar
diri sendiri terhadap garis lengkung yang datar lainnya. Shell dengan permukaan ruled
ada dua macam yaitu: hyperbolic paraboloid dan conoid.
Berdasarkan arah lengkungannya shell dibagi menjadi :
1. Single Curved Shell
Yaitu arah lengkungannya satu arah serta permukaannya tidak diputar/digeser,
dan dibentuk oleh konus yang sama. Contoh : lengkung barrel dan silinder..
2. Double Curved Shell
Yaitu arah lengkungannya dalam dua arah. Terdiri dari 2 macam :
a. Double Curved Shell yang arah lengkungnya ke satu arah (Synclastic shell)
Contoh: - Spherical dome shell
- Tension membran shell
b. Double Curved Shell yang arah lengkungnya kearah yang berbeda (Anticlastic)
Contoh :- Conoid
- Hiperbolic Paraboloid
Menurut Timoshenko (1992), Pada banyak persoalan deformasi cangkang,
tegangan lentur dapat diabaikan, dan hanya tegangan yang disebabkan oleh regangan
pada permukaan tengah cangkang saja yang diperhitungkan. Sebagai contoh, diambil
suatu wadah berbentuk bola yang mengalami pengaruh tekanan dalam yang terbagi
secara merata dan tegak lurus pada permukaan cangkang.
Jika kondisi cangkang sedemikian rupa sehingga lenturan dapat diabaikan,
permasalahan analisis tegangan dapat dibuat menjadi sangat sederhana, karena momen
resultan dan serta resultan gaya geser hilang. Jadi, yang belum diketahui adalah tiga
buah besaran Nx, Ny, dan Nxy=Nyx, yang dapat ditetapkan dari kondisi
keseimbangan suatu elemen. Oleh karena itu, permasalahannya menjadi statis tertentu
bila semua gaya yang bekerja pada cangkang telah diketahui. Gaya-gaya Nx, Ny, dan
Nxy yang diperoleh dengan cara ini acapkali disebut gaya selaput tipis, dan teori
cangkang yang berdasarkan pada pengabaian tegangan lentur disebut teori selaput
tipis.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Perencanaan Struktur Beton
3.1.1. Analisis Struktur
1. Beban Mati
Beban Mati pada struktur bangunan gedung ditentukan dan digunakan acuan
“Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 1726-
1989F, Dept. PU 1987)”, seperti berikut :
 Beton Bertulang : 2400 kg/m3 = 24 KN/m2
2. Beban Hidup
Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapt dicapai dan
dibebani oleh orang, harus diambil yang paling menentukan diantara dua
macam beban berikut:
a) Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan sebesar
(40 – 0,8α) kg/m2
Dimana α adalah kemiringan atap.
Karena f = 5 m, dan L = 50 m
α = 22,62 
Maka beban hidup terbagi rata = 40 – (0,8*22,62) = 21,904 kg/m2
b) Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam
kebakaran dengan peralatan sebesar minimum 100 kg.
Maka beban hidup yang paling menentukan adalah beban terpusat sebesar
100 kg.
3. Beban Angin,
Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m2
Koefisien arah angin, atap lengkung dengan sudut pangkal β:
Dikarenakan α = 22,62, maka beban angin yang bekerja yaitu:
o Pada seperempat busur pertama – 0,5 = - 0,5 x 25 = - 12,5 kg/m2
o Pada seperempat busur kedua – 0,6 = - 0,6 x 25 = - 15 kg/m2
Untuk bidang lengkung di belakang angin
o Pada seperempat busur pertama – 0,4 = - 0,4 x 25 = - 10 kg/m2
o Pada seperempat busur kedua – 0,2 = - 0,2 x 25 = - 5 kg/m2
o Angin sebelah kiri + 0,8 = (+ 0,8 x 25) = 20 kg/m2
o Angin sebelah kanan – 0,6 = (-0,6 x 25) = -15 kg/m2
4. Beban Gempa
1. Beban Mati
 Pelat atap = 0,5(3,14x(5+15) x 60) 0,1. 24 = 4521,6 kN
 Balok = 2 (60x0,4x0,6) 24 = 691,2 kN
 Kolom = 22 (1,1x1,1) 24 = 638,88 kN
 Spesi = (60x30) x 0,02 x 21 = 756 kN
 Dinding Bata = 4 ((60+30) (0,15) (3,5) (17) = 3213 kN
WD total = 9820,68 kN
2. Beban Hidup
WL atap = 100 kg/m2 = 1 kN/m2
Koefisien reduksi beban hidup = 0,5 (Peraturan Pembebanan Untuk Rumah
dan Gedung 1987, untuk gedung dengan penggunaan sebagai pertemuan
umum seperti mesjid, gereja, bioskop, restauran, ruang dansa, ruang
pagelaran)
WL = 1 x 0,5 x 60 x 3,14 x (5+15) x 0,5 = 942 kN
3. Berat total bangunan = 10762,68 kN
4. Faktor keutamaan struktur (I)
Dari Tabel Faktor Keutamaan Bangunan (SNI 03-1726-2002, besarnya
faktor keutamaan struktur (I) untuk gedung umum seperti untuk penghunian
atau pertemuan diambil sebesar 1.
5. Pembatasan waktu getar alami fundamental
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai
waktu getar alami fundamental T1 dari struktur gedung harus dibatasi,
bergantung pada koefisien ζ untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung
berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan
T1 < ζ n
di mana koefisien ζ ditetapkan menurut Tabel
Jumlah tingkat = 1, maka T1 < 0,18(1) = T1 < 0,18
6. Faktor Reduksi Gempa
Dari tabel Faktor Reduksi Gempa (SNI 03-1726-2002) Struktur Gedung
ini termasuk dalam kategori struktur Sistem rangka gedung (Sistem struktur
yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara
lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing) untuk
beton bertulang dengan rangka bresing biasa. Besarnya nilai faktor reduksi
gempa R = 5,6.
7. Penentuan Jenis Tanah
Diasumsikan jenis tanah adalah tanah sedang (terlebih dahulu harus
dilakukan pengujian kekuatan tanah, pengujian dapat dilakukan dengan uji
sondir ataupun SPT/Standart Proctor Test).
8. Penentuan Zona Wilayah Gempa
Berdasarkan Peta Wilayah Gempa Indonesia (SNI 03-1726-2002),
Gedung diasumsikan berlokasi di Medan yang mana berada pada wilayah
gempa 3 dari zona gempa Indonesia.
9. Faktor Respon Gempa gempa dasar
Berdasarkan grafik respon spektrum gempa rencana (SNI 2002) untuk
wilayah Medan terdapat pada wilayah gempa 3, dengan nilai waktu getar
alami (T1) = 0,18 diperoleh nilai faktor respon gempa C = 0,548.

Jadi gaya gempa yang bekerja adalah sebesar 95,74 kN.


3.1.2. Kombinasi Pembebanan
 1,2 D + 1,6 LL
 1,2 D + 1,0 LL ± 1,6 W
 0,9 D ± 1,6 W
 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
 0,9 D ± 1,0 E
3.1.3. Penulangan Pada Pelat Cangkang
Tegangan izin = 0,87 x fy = 0,87x350 = 304,5 Mpa
Luas tulangan per meter panjang =
a. Penulangan pelat arah y-y akibat pengaruh gaya normal
Dari SAP2000v14 Tegangan axial maksimum pada arah y = 435359,3 N

Gunakan tulangan minimum diameter  10 mm

Jadi gunakan tulangan minimum 10- 55 mm


b. Penulangan pelat arah y-y akibat pengaruh momen
Untuk perencanaan tulangan tekan digunakan tulangan 10 mm
Desain untuk Momen maksimum arah y, Mmax = 23120,6 Nm
Tinggi efektif pelat = tp – selimut beton -/2
= 100 – 20 -10/2 = 75 mm
Lengan momen = 0,87(75) = 65,25 mm

Gunakan tulangan 10 – 50 mm


c. Jarak/spasi tulangan:
Berdasarkan tabel penulangan pelat pada lampiran digunakan:
Tulangan arah x-x menggunakan 10 – 180 mm.
Tulangan arah y-y menggunakan  10 – 50 mm.
d. Kontrol terhadap Lendutan
Dari program SAP2000 diperoleh lendutan maksimum yang terjadi,

Lendutan izin

Lendutan max < Lendutan izin →5,14 cm < 6,25 cm → (Aman)

3.1.4. Perencanaan Tulangan Geser pada Pelat


Secara teoritis, diagonal harus dirancang untuk tegangan utama. Sebagai suatu
perkiraan.
Dimana, gaya geser = tegangan
Dimana geser terletak pada sudut 90 (dari bagian tekan sebagai tulangan diagonal untuk
geser pada balok)
Gaya geser maksimum pada pelat = 7277,58 N
Kita asumsikan tegangan geser = gaya tekan
Direncanakan dengan tulangan  10 mm

Dikarenakan gaya tekan yang terjadi adalah kecil maka digunakan tulangan geser
minimum.
Digunakan tulangan  10 – 150 mm.
3.1.5. Penulangan Pada Balok
 Penulangan Lentur Balok Bagian Tumpuan
Tulangan tekan direncanakan telah luluh
Dari perhitungan mekanika struktur menggunakan SAPv14 diperoleh
Mmax = 105714,4 Nm = 105714400 Nmm
β1 = 0,85 –0,008(f’c–30) = 0,85 – 0,008(40-30)
= 0,77

b = 400 mm h = 600 mm
d` = 60 mm
d = h – d` = 600 – 60 = 540 mm
direncanakan ρ’ = 0,5 ρ
maka:

{( )( ) }

{ }
{ }

Diperoleh ρ = 0,00342
( )

maka digunakan ρmin = 0,004


Tulangan rangkap

Digunakan 4D20, As = 1257 mm2


2D20, As’ = 628 mm2
Untuk desain balok tulangan lapangan minimal setengah dari tulangan tumpuan,
sehingga desain penulangan lapangan diambil 2D20.
3.1.6. Penulangan Kolom
Dari hasil SAP
Pu = 1803040 N My=Mz = 374301,7 Nm Mx= 9195342 Nm
( ) ( ) ( )

D tulangan = 39 mm
tebal selimut beton, ts = 40 mm
 Hitung A bruto

 Hitung d`/h dan et


d` = ts + sengkang + ½ Dtulangan
= 40 + 12 + ½ (39) = 65,5 mm

 Hitung nilai sumbu x dan sumbu y

 Hitung nilai r dan β (dari grafik dan tabel perhitungan beton, CUR 4)
Untuk f`c = 40 Mpa diperoleh:
fy = 350 Mpa β = 1,33
d’/h = 0,136 r = 0,044

→ Maka dipakai 60D39 (As = 71639,1 mm2)


3.2. Perencanaan Struktur Baja
Atap bangunan, struktur balok dan kolom direncanakan disusun oleh rangka baja.
Struktur ditumpu oleh sendi-sendi. Struktur atap terdiri dari struktur lengkung rangka baja
menggunakan profil pipa dengan sambungan las.
Pembebanan atap dianalisis dengan menggunakan program SAP2000.
Penutup atap direncanakan dari zincalume.
3.1.1. Perencanaan Gording
Direncanakan:
Mutu Baja : BJ 41
Fu = 410 MPa = 4100 kg/cm2
Fy = 250 MPa = 2500 kg/cm2
E = 2.1 x 106 kg/cm3
Berat atap = 4,72 kg/m2
Jarak kuda-kuda = 600 cm
Jarak gording yang digunakan = 1,5 m (untuk atap dengan ketebalan 0,6 mm) Panjang
kuda-kuda kiri = panjang kuda-kuda kanan

Banyak gording yang dibutuhkan (kiri/kanan):

Jumlah gording total = 22 buah


- Dimensi profil:
q = 11,9 kg/m D = 101,6 mm A = 15,17 cm2 t = 5,0 mm
I = 177 cm4 r = 3,42 cm Z = 34,9 cm3
a. Beban Mati
Berat sendiri gording (profil CHS) = 11,9 kg/m
Berat atap = berat atap x jarak gording = 4,72 x 1,5 = 7,08 kg/m
Beban mati total = 18,98 kg/m

Lendutan yang terjadi:

b. Beban Hidup
Beban terpusat (P = 100 kg)

Lendutan yang terjadi:

Momen akibat beban terpusat > Momen akibat beban terbagi rata, maka tegangan
yang timbul ditentukan oleh beban terpusat.
c. Beban Angin
1. Angin tekan
α < 65, maka koefisien angin tekan
0,02 α – 0,4 = 0,02 (36,87) – 0,4 = 0,337
qx = koefisien angin tekan x tekanan angin x jarak gording
= 0,337 x 25 x 1,5= 12,64 kg/m
qy = 0
Mx = 1/8 . qx . L2 = 1/8 (12,64)(6,0)2 = 56,88 kgm
My = 0
Dx = 1.2 qx . L = ½ . 12,64 . 6 = 37,92 kg
Dy = 0
Lendutan yang terjadi:

2. Angin hisap
Koefisien angin hisap = -0,4
qx = koefisien angin hisap x tekanan angin x jarak gording
= -0,4 x 25 x 1,5
= 15 kg/m
qy = 0
Mx = 1/8 . qx . L2 = 1/8 (-15)(6,0)2 = -67,5 kgm
My = 0
Dx = 1.2 qx . L = ½ . -15 . 6 = -45 kg
Dy = 0
Lendutan yang terjadi:

Tabel 3.1. Momen dan bidang geser akibat variasi dan kombinasi beban
Momen Beban Beban Beban angin Kombinasi beban
dan mati hidup Angin Angin Primer Sekunder
Bidang tekan hisap
Geser
(1) (2) (3) (4) (5) (2)+(3) (2)+(3)+(4)
Mx 68,31 119,98 56,88 -67,2 188,29 245,17
My 51,26 90 0 0 141,26 141,26
Dx 45,54 39,99 37,92 -45 85,53 123,45
Dy 34,17 30 0 0 64,17 64,17
3.1.2. Kontrol Kekuatan Gording
Direncanakan menggunakan gording CHS
q = 11,9 kg/m D = 101,6 mm A = 15,17 cm2 t = 5,0 mm
I = 177 cm4 r = 3,42 cm Z = 34,9 cm3
a. Kontrol Kekuatan gording terhadap tegangan
Kontrol tegangan dilakukan terhadap dua jenis kombinasi pembebanan,
yaitu kombinasi pembebanan primer dan kombinasi pembebanan sekunder.
 Kombinasi Pembebanan Primer
̅

Mx = 188,29 kgm = 18829 kgcm


My = 141,26 kgm = 14126 kgcm

(Aman)
 Kombinasi Pembebanan Sekunder
̅

Mx = 245,17 kgm = 24517 kgcm


My = 141,26 kgm = 14126 kgcm

(Aman)
b. Kontrol Lendutan

OK!
Maka gording dengan profil CHS (D = 101,6 mm) dapat digunakan.
3.1.3. Perencanaan beban gempa
1. Berat bangunan
a. Beban mati
Beban atap = 4,72 x 1884 = 8892,48 kg
Berat gording = 22 x 60 x 11,9 = 15708 kg
Beban mati total = 24600,48 kg
b. Beban hidup
WL atap = 100 kg/m2
Koefisien reduksi = 0,5
WL atap = 1 x 0,5 x 60 x 3,14 x (5+15) x 0,5 = 942 KN = 94200 kg
c. Berat Total = 118.800 kg
2. Faktor Reduksi Gempa
Dari tabel Faktor Reduksi Gempa (SNI 03-1726-2002) Struktur Gedung ini
termasuk dalam kategori struktur Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang
pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.
Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing) untuk beton bertulang
dengan rangka bresing biasa. Besarnya nilai faktor reduksi gempa R = 5,6.
3. Faktor Respon Gempa gempa dasar
Berdasarkan grafik respon spektrum gempa rencana (SNI 2002) untuk wilayah
Medan terdapat pada wilayah gempa 3, dengan nilai waktu getar alami (T) =
0,18 diperoleh nilai faktor respon gempa C = 0,548

Gaya gempa yang bekerja adalah sebesar 1056,86 kg .


3.1.4. Perencanaan Profil Rangka Batang
a. Batang tarik
Kontrol pada batang frame 1280 dengan menggunakan profil CHS
Dari hasil analisa dengan program SAP didapat:
Pu = 82057,44 N
D = -18142 N
L = 235cm
Hitung Ag minimum yang diperlukan

Dicoba dengan menggunakan profil dimensi:


D = 48,6 mm A = 456 mm2 q = 3,68 kg/m
t = 3,2 mm I = 11,8 cm4
r = 1,61 cm Z = 4,86 cm3
Fu = 410 MPa = 5000 kg/cm2
Fy = 250 MPa = 2900 kg/cm2
E = 2 x 106 kg/cm2 = 2 x 105 N/mm2
Kc=1
Kontrol Aksial
Kontrol Kelangsingan elemen penampang
Kontrol Kelangsingan Komponen Struktur Tarik Batas kelangsingan batang tarik
berdasarkan SNI 03-1726-2002 Pasal 17.4.5.1

Batas Leleh:
berdasarkan SNI 03-1726-2002 Pasal 10.1
OK!
Batas Putus
Ae = 0,75 Ag

OK!
Jadi profil CHS D 48,6 mm dapat dipakai sebagai batang bawah pada kuda-kuda
space truss.
a. Batang tekan
Kontrol pada batang frame 1138 dengan menggunakan profil CHS
Dari hasil analisa dengan program SAP didapat:
Pu = -55682,8 N
D = 2316,09 N
L = 236 cm
Hitung Ag minimum yang diperlukan

Dicoba dengan menggunakan profil dimensi:


D = 60,5 mm A = 576 mm2 q = 4,52 kg/m
t = 3,2 mm I = 23,7 cm4
r = 2,03 cm Z = 7,84 cm3
Fu = 410 MPa = 5000 kg/cm2
Fy = 250 MPa = 2900 kg/cm2
E = 2 x 106 kg/cm2 = 2 x 105 N/mm2
Kc=1
Kontrol Aksial
Kontrol Kelangsingan elemen penampang

Kontrol Kelangsingan Komponen Struktur Tekan Berdasarkan SNI 03-1729-


2002 Pasal 7.6.4

Berdasarkan SNI 03-1729-2002 Pasal 7.6.1, untuk menetapkan parameter


kelangsingan:

√ √

Berdasarkan SNI 03-1729-2002 Pasal 7.6.2, untuk menetapkan daya dukung


nominal komponen struktur:
untuk maka

Jadi profil CHS D 60,5 mm dapat dipakai sebagai batang tekan pada kuda-kuda
space truss.
3.1.5. Perencanaan Kolom Baja
Pmaks = -262647 N
L = 700 cm
Hitung Ag minimum yang diperlukan

Direncanakan menggunakan profil pipa dengan dimensi sbb:


D = 508 mm A = 15600 mm2 q = 123 kg/m
t = 10 mm I = 48500 cm4
r = 17,6 cm Z = 2480 cm3
Kc=0,7 (perletakan jepit-sendi)
Kontrol Aksial
Kontrol Kelangsingan elemen penampang

Kontrol Kelangsingan Komponen Struktur Tekan Berdasarkan SNI 03-1729-


2002 Pasal 7.6.4

Berdasarkan SNI 03-1729-2002 Pasal 7.6.1, untuk menetapkan parameter


kelangsingan:

√ √

Berdasarkan SNI 03-1729-2002 Pasal 7.6.2, untuk menetapkan daya dukung


nominal komponen struktur:
untuk maka

Jadi profil CHS D 318,5 mm dapat dipakai sebagai kolom struktur.


3.2. Perencanaan Sambungan
Sambungan antar batang pada kuda-kuda space truss mengunakan sambungan type
las.
Maka setiap elemen lengkung dan rangka utama harus disambung dengan las
penetrasi penuh agar sambungan tidak mengurangi kapasitas profil.
3.3. Gambar Rencana
Berdasarkan hasil analisa struktur didesain dimensi struktur bangunan hall dengan
material beton dan baja tersebut, maka selanjutnya akan dibuat gambar rencana
suatu struktur bangunan dari material beton dan material baja.
Beton Baja

3.4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Setelah didapat gambar kerja sebuah struktur hall dengan material beton dan
material baja tersebut, maka selanjutnya akan dibuat rencana anggaran biaya
(RAB) pada bangunan tersebut.
1. Struktur beton (Struktur shell)
NO URAIAN H. SATUAN JUMLAH
PEKERJAAN VOLUME SAT (Rp) (Rp)
1 Kolom 186,34 M3 4.000.000 745.360.000
110x110
2 Balok 40 x 60 28,80 M3 877.000 25.257.600
3 Plat t = 10 cm 1884 M2 3.500.000 6.594.000.000
Total 7.364.617.600
2. Struktur rangka baja
URAIAN VOLUM SA H.
NO JUMLAH
PEKERJAAN E T SATUAN
(Rp) (Rp)
Pemasangan Struktur
1 45.826,8 kg 23.500 1.076.930.270
baja
Pemasangan Atap M
2 1932 185.000,00 357.420.000
zincalume 2
Total 1.434.350.270
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis perhitungan pada bab sebelumnya maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Untuk rencana anggaran biaya (RAB) didapat bahwa struktur lengkung
material baja lebih ekonomis daripada material beton.
2. Nilai anggaran biaya untuk material baja 0,195 x nilai anggaran biaya material
beon, oleh karena itu nilai anggaran biaya material baja 80,5 % lebih
ekonomis dibandingkan dengan material beton.
4.2. Saran
Dalam penelitian ini, perencanaan struktur dilakukan dengan menggunakan
material beton dan baja. Khusus untuk material baja profil yang digunakan adalah
profil pipa. Bagi pembaca yang berniat untuk menulis skripsi mengenai struktur
yang berbentuk cylindrical surface dapat menganalisis bagaimana perencanaan
struktur lengkung baja dengan menggunakan profil baja bentuk lain seperti profil
WF. Atau dapat juga menganalisis perencanaan struktur berbentuk cylindrical
surface dengan menggunakan beton prategang

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 2002. SNI (Standar Nasional Indonesia) Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton. Bandung. SNI
Departemen Pekerjaan Umum, 2002. SNI (Standar Nasional Indonesia) Tata Cara
Perencanaan Struktur BajaUntuk Bangunan Gedung. Bandung. SNI
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, 2002. Standar Perencanaan
Ketahanan GempaUntuk Struktur Bangunan Gedung (SNI – 1726 – 2002). Bandung. SNI
Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.
Schodek, Daniel dan Bambang Suryoatmo. 1998. Struktur. Bandung. PT. Refika
Aditama
Sebayang, S Wahyuni, 2014. Analisis Perbandingan Perhitungan Struktut yang
Berbentuk Cylindrical Surface pada Struktur Beton dan Baja. Medan. Universitas
Sumatera Utara.
Timoshenko, S dan S Woinowsky-Krieger, 1992. Teori Pelat dan Cangkang. Jakarta,
Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai