Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

PERCOBAAN I
PRINSIP CPOB DALAM PEMBUATAN SEDIAAN STERIL

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR


1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami penerapan CPOB dalam pembuatan sediaan steril yang
dilakukan di Industri Farmasi
2. Indikator Pembelajaran
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep CPOB sediaan Steril
b. Mahasiswa mampu menyebutkan spesifikasi ruang pembuatan sediaan steril
c. Mahasiswa memahami dan terampil melakukan prosedur mencuci tangan sebelum
pembuatan sediaan steril
d. Mahasiswa memahami dan terampil dalam mengenakan baju kerja di ruangan grey area
maupun white area
e. Mahasiswa memahami dan terampil menggunakan Biosafety Cabinet (BSC) dan atau
laminar air flow (LAF) dalam pengerjaan sediaan steril
f. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyusunan laporan kerja
hasil penerapan CPOB dalam pembuatan sediaan steril

B. DASAR TEORI
1. Spesifikasi Ruang Bersih
Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai ruang pembuatan sediaan obat steril (Badan POM RI, 2013). Untuk
pembuatan sediaan steril, dilakukan pada ruang kelas A, B, C, dan D (white area). Untuk
pembuatan sediaan obat non steril dilakukan pada kelas E (grey area) yang spesifikasi
kebersihan ruangannya tidak seketat ruang bersih untuk pembuatan sediaan obat steril.
Kelas bersih, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu daerah putih (white area)
atau kelas A, B, C dan D; daerah abu (grey area) atau kelas E; dan daerah hitam (black area) atau
kelas F. Semakin ke arah daerah putih, maka daerah tersebut semakin terkontrol atau semakin
tinggi tingkat kebersihannya. Produksi sediaan obat steril dilakukan pada white area, sementara
grey area digunakan untuk perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam wadah primer
sehingga tidak ada kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar. Black area adalah area

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 1


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

yang tidak terkontrol kebersihannya artinya tidak ditetapkan jumlah minimal partikel viable
maupun non viable yang ada pada ruangan tersebut. Dengan demikian, memiliki resiko
kontaminasi yang cukup tinggi, dan tidak digunakan untuk proses pembuatan obat, melainkan
sebagai area ganti personel saja. Kriteria penggunaan ruang bersih berdasarkan CPOB 2012
terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Spesifikasi Ruang Bersih dan peruntukannya (CPOB, 2012)
Spesifikasi Ruang Peruntukan
Bersih
Kelas A Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup
karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi
ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di
tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan
kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja
dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah
dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat
digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan
Kelas B Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A
Kelas C dan D Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko
lebih rendah
Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan CPOB. Klasifikasi
hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan lingkungan pada saat operasional. Jumlah
maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap Kelas kebersihan terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan tiap kelas (CPOB, 2012)

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 2


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Tabel 3. Klasifikasi Penggunaan Ruangan Bersih Untuk Produksi Sediaan Obat Steril
Kondisi Operasional Ruang Bersih
Sterilisasi
Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, Minimal Kelas D (untuk mengurangi risiko
yang memungkinkan untuk disaring dan cemaran mikroba dan partikulat)
disterilisasi
Penyiapan komponen dan sebagian besar produk
Produk yang disterilisasi akhir

yang secara aktif mendukung pertumbuhan


mikroba atau harus didiamkan selama beberapa Kelas C
saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses
dalam tangki tidak tertutup
Kelas C dan disterilisasi akhir. Dapat dilakukan
pada kelas D bila telah dilakukan usaha untuk
Penyiapan larutan, salep, krim, suspensi, emulsi
mengurangi kontaminasi, misalnya dengan
steril
saluran yang secara keseluruhan tertutup (closed
vessel)
Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir Minimal Kelas C
Pengisian larutan ke dalam wadah sediaan (filling)
LVP dan SVP atau produk yang terpapar lebih Kelas A dengan lingkungan C sebagai
dari beberapa detik sebelum ditutup, atau Background (Grade A Background C)
pengisian berjalan lambat
Kelas A dengan ruang B sebagai latar belakang (
dibuat dengan
teknik aseptik
Produk yang

Penyiapan bahan awal dan larutan,( yang tidak Grade A background B). Bila larutan dilakukan
difiltrasi) suspensi, emulsi, salep dan krim steril filtrasi steril sebelum ditutup, maka boleh dengan
latar belakang ruang kelas C
Penanganan dan pengisian produk (Penyiapan
Kelas A latar belakang ruang B
untuk filling LVP dan SVP)

Untuk memasuki white area, personel harus melalui black area dan grey area terlebih
dahulu. Contoh alur ruang ganti baju kerja untuk menuju ruang pembuatan sediaan obat steril
dapat dilihat pada Gambar 1.
Grey area digunakan untuk memproses sediaan yang sudah tertutup rapat, misalnya
untuk kegiatan:
a. Sterilisasi akhir (proses sterilisasi ketika sediaan obat sudah di-capping /sudah dalam
keadaan tertutup rapat).
b. Pengemasan sediaan dalam kemasan primer ke kemasan sekunder

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 3


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Gambar 1. Skema Ruang Ganti Baju Kerja Steril


2. Baju Kerja
Operator/personel produksi dalam pembuatan sediaan steril merupakan sumber
kontaminan terbesar bagi produk, dengan demikian harus dikendalikan. Salah satu pengendalian
kontaminasi yang berasal dari personel adalah penggunaan baju kerja yang tidak melepaskan
partikel dari kulit maupun rambut personel. Semakin tinggi tingkat kebersihan ruangan, maka
semakin tinggi perlindungan produk terhadap kontaminasi dari personel produksi, dengan
demikian tiap ruangan kelas bersih akan memiliki baju kerja dan perlengkapannya yang berbeda-
beda.
Di industri farmasi, tiap personel yang masuk ke area produksi obat diharuskan
mengenakan pakaian pelindung (baju kerja), baik di area produksi obat non steril maupun
produksi obat steril. Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh digunakan masuk ke
dalam ruang produksi, product development dan ruang evaluasi obat (Badan POM RI, 2013).
Untuk produksi sediaan steril, tiap personel yang bekerja di Kelas A/B harus menggunakan
pakaian kerja steril (disterilkan atau disanitasi dengan memadai) dan hendaknya disediakan
untuk tiap sesi kerja. Dalam proses pembuatan obat steril, sarung tangan harus secara rutin
dilakukan disinfeksi selama bekerja, menggunakan alkohol 70%, biasanya isopropil alkohol
(IPA). Masker dan sarung tangan hendaklah diganti paling sedikit tiap sesi kerja. Arloji,

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 4


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak dipakai di area bersih. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan
baju kerja dan prosedur memasuki ruangan grey area.

Gambar 2. Baju Kerja Grey Area

Gambar 3. Prosedur memasuki grey area


Berbeda dengan grey area, white area digunakan untuk menyiapkan sediaan obat awal
hingga dikemas dalam kemasan primer, dengan demikian memiliki tingkat kebersihan yang lebih

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 5


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

tinggi. Baju Kerja white area dan prosedur memasuki ruangan white area dapat dilihat pada
gambar 4, 5 dan 6.

Gambar 4. Baju Kerja White Area

Gambar 5. Prosedur memasuki White area (aseptis)

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 6


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Gambar 6. Prosedur memasuki white area (aseptis) lanjutan

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 7


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Dalam kedua proses penggunaan baju kerja diatas, penggunaan sarung tangan (gloves)
merupakan hal yang penting. Hal ini karena tangan kita merupakan bagian yang paling banyak
kontak dengan sediaan. Dengan demikian penting untuk memahami teknik memakai sarung
tangan yang benar sebagai berikut.

Gambar 7. Prosedur pemakaian gloves (sarung tangan steril)


3. Prosedur mencuci tangan
Tiap personel yang masuk ke area pembuatan obat hendaklah menggunakan sarana
mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi sesuai prosedur
mencuci tangan sebelum menggunakan baju kerja untuk area bersih (Badan POM RI, 2013).
Cuci tangan secara menyeluruh di sarana cuci tangan yang disediakan dengan menggunakan
sabun cair yang disediakan. Gunakan sikat yang disediakan bila sela-sela kuku kotor. Sikat sela-
sela kuku sampai bersih. Kuku harus pendek pada waktu cuci tangan. Prosedur pencucian tangan
yang baik dapat dilihat pada gambar 8.

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 8


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Gambar 8. Prosedur mencuci tangan

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 9


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

4. Penggunaan LAF (laminar air flow) dan Biologi Safety Cabinet (BSC)
Laminar Air Flow Cabinet adalah alat laboratorium yang berfungsi untuk
mensterilkan dan meminimalisis kontaminasi dari mikroba. Bagian-bagian LAF yaitu meliputi
lampu ultraviolet (UV), lampu neon, filter HEPA (high efficiency particulate air), jarum
penunjuk kekuatan hembusan angina. HEPA filter berfungsi sebagai screen yang menyaring
partikel udara dengan cara memaksa udara tersebut mengalir melalui pori-pori mikroskopis,
sehingga memungkinakan LAF bekerja dengan efisiensi tingkat tinggi, karena dapat
memerangkap sekitar 99,9% partikel dengan ukuran 0,3 µm atau lebih dengan tujuan
menyediakan udara yang ultra bersih. LAF yang memiliki sistem penyaringan tingkat tinggi
dapat berfungsi sebagai berikut:
a. Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara
b. Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan
c. Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF

Gambar 9. Laminar air flow cabinet

Dalam penggunannya pada pencampuran sediaan steril, LAF diklasifikasikan menjadi


dua tipe yaitu:
a. Aliran udara vertical (vertical airflow)
Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingg memberikan
lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan
LAF vertical
b. Aliran udara horizontal (horizontal airflow)

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 10


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Aliran udara langsung menuju kedepan, sehingga petugas tidak terlindungi dari partikel
maupun uap yang berasal dari ampul atau vial. Alat ini digunakan untuk pencampuran
obat steril non sitostatiska.

a b
Gambar 10. Arah aliran udara LAF vertikal (A) dan Horizontal (B)
Biosafety cabinet atau disebut juga Biological Safety cabinet (BSC) merupakan sebuah
area kerja laboratorium dengan ventilasi udara yang telah direkayasa untuk mengamankan
pekerja yang bekerja dengan sampel material, lingkungan kerja dan sampel material dari
kemungkinan bahaya terkontaminasi atau menimbulkan penyebaran bakteri / virus yang bersifat
patogen. sekilas mirip dengan lemari asam, hanya saja pada lemari asam tidak ada proteksi
penyaring sekelas HEPA Filter. Berbeda dengan laminar air flow cabinet, biosafety cabinet
dirancang tidak hanya melindungi produk dan atau operator, tetapi juga seluruh lingkungan
laboratorium. Kegiatan laboratorium seperti inokulasi kultur sel, suspensi cair dari senyawa
infeksius, homogenisasi, dan pencampuran material infeksius dan berbahaya. Biosafety cabinet
mempunyai beberapa kelas keamanan, dan tujuan kelas keamanan ini juga berbeda beda. Kelas
keamaanan biosafety cabinet digolongkan menjadi:
a. Biosafety cabinet Kelas I
Biosafety cabinet Kelas I menyediakan perlindungan pada personil namun tidak termasuk
pada produk sampel / material di dalam chamber biosafety cabinet. Udara akan mengalir dari
arah personil dan bisa menyebabkan kontaminasi pada sampel. Kecepatan minimum biosafety
jenis ini 0,38 m/s. Jendela depan dibiarkan terbuka, sehingga udara masuk, lalu dihisap, dan
disaring dengan HEPA Filter. Kabinet kelas ini cocok untuk bekerja dengan radionuklida dan
bahan kimia beracun yang tidak menguap.

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 11


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

Gambar 11. BSC kelas 1


b. Biosafety cabinet Kelas II
Menyediakan proteksi untuk 2 hal yaitu sampel dan lingkungan, sehingga alat ini cocok
untuk penggunaan dalam inokulasi sel dan kultur jaringan, perkembangbiakan virus dan lainnya.
Sesuai standar dari NSF, biosafety kelas II ini dibagi menjadi 4 tipe yaitu : Type A1, Type A2,
Type B1, dan Type B2. Prinsip operasi Biosafety Cabinet Kelas II menggunakan kipas
hisap dipasang di atas lemari untuk menarik udara dari luar + Chamber, kemudian disaring
dengan HEPA filter sebelum diteruskan untuk sirkulasi mau pun dikeluarkan. Sistem menarik
udara ini membuat operator aman karena arah udara akan mengarah ke dalam sistem saringan.
1) Tipe A1
Tidak harus ada ventilasi keluar sehingga cocok untuk labolatorium yg tidak punya
saluran perpipaan. digunakan untuk agen yg memilki resiko rendah dan tidak mengandung bahan
kimia beracun yg volatil dan radionuklida volatil. Percepatan udara masuk minimal 0,38-0.5 m/s
pada bukaan depan. Mungkin memiliki tekanan positif pada contaminate duct dan plenum. Jika
udara dimungkinkan dibuang keluar gedung maka udara tersebut akan memasuki suatu tudung
kanopi thimbel dimana kesimbangan tekanan dalam kabinet tidak terganggu oleh fluktuasi dalam
exhaust sistem.
2) Tipe A2
Memiliki ventilasi keluar, sehingga ada resirkulasi udara. Sebanyak 30% udara dibuang
keluar dan 70% masuk kembali ke dalam ruangan. Percepatan udara masuk minimal 0.5 m/s
atau 100 ft/min. memiliki duct dan plenum dengan tekanan negative sehingga cocok untuk

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 12


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

bekerja dengan bahan kimia beracun dan radionuklida mudah menguap (volatile) tingkat
rendah.

BSC Tipe A1

BSC Tipe A2

Gambar 12. Gambar BSC kelas II tipe A


3) Tipe B1
Sebanyak 70% udara dibuang keluar dan 30% masuk kembali kedalam ruangan. Memiliki
duct dan plenum dengan tekanan negative, percepatan minimal 0,5 m/s cocok untuk berkerja
dengan bahan kimia beracun dan radionuklida mudah menguap konsentrasi rendah.
4) Tipe B2
Tidak ada resirkulasi udara, 100% udara dibuang. Memiliki duct dan plenum dengan tekanan
negatif, percepatan minimal 0,5 m/s sehingga cocok untuk bekerja dengan bahan kimia

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 13


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

beracun dan radionuklida mudah menguap. Memiliki alarm yang akan berbunyi jika aliran
penghisap berhenti.

BSC Tipe B1

BSC Tipe B2

Gambar 13. BSC kelas II tipe B

c. Biosafety cabinet Kelas III.


Biosafety cabinet kelas III digunakan di laboratorium dengan pengamanan maksimum,
didesain untuk pemakaian dengan bahan patogen yang berbahaya. Sirkulasi udara di dalam

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 14


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

chamber ditutup rapat, dan semua material yang masuk dan keluar harus melalui pass box.
Sarung tangan disertakan di depan sehingga personil bisa bekerja tanpa kontak langsung dengan
material. Pasokan udara melalui filter HEPA dan buangan juga melewati HEPA. Udara di dalam
bertekanan negative (124,5 Pa/0.5 in). Akses kedalam ruangan harus memakai sarung tangan
yang terikat ports didalam cabinet. HEPA buangan dapat disambungkan dengan pintu ganda
autoklaf agar semua senyawa infeksius dapat steril.

Gambar 14. BSC kelas III


C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bahan
a. Cairan Antiseptik
b. Sabun
c. Alkohol 70%
2. Alat
a. Shoes cover/sarung sepatu
b. Masker
c. Sarung tangan/gloves
d. Safety goggles
e. Hood steril (penutup kepala steril)
f. Laminar Air Flow Cabinet (Innotech ®)
g. Baju Cleanroom

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 15


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

3. Cara Kerja
Perhatikan gambar 15 dibawah ini sebelum anda mulai praktikum!

Keterangan:
LAB TEKNO/
RUANG GANTI LAF
kelas C BAJU KERJA LAB KIMIA
RUANG
Alur personel
ANTARA
RUANG wastafel
ANTARA
loker
Bench

RG
INSTRUMEN A
KELAS B

Gambar 15. Skema Cleanroom PT Ganesha Laboratories


a. Prosedur pencucian tangan untuk pekerjaan steril
1) Bacalah dan pahami prosedur pencucian tangan steril pada gambar 8 modul percobaan 1.
2) Lakukan tahapan prosedur pencucian tangan sesuai dengan gambar di depan instruktur
tanpa melihat modul percobaan, di ruang antara grey area gambar 15 diatas.
3) Lanjutkan dengan prosedur pemakaian baju kerja grey area
b. Prosedur pemakaian baju kerja ruang kelas C
1) Keluarkan barang berharga dan tempatkan di loker/tempat yang disediakan
2) Sebelum masuk ke ruang kelas C cuci dahulu tangan anda di ruang antara
3) Jika memakai make up, cuci wajah anda dari make up dan kotoran yang menempel
4) Kenakan masker dan penutup kepala
5) Kenakan jas laboratorium anda
c. Prosedur pemakaian baju kerja Aseptis
1) Setelah anda tiba diruang Ruang kelas C
2) Pergilah ke ruang ganti, duduk diatas bench/tempat duduk, lepaskan jas laboratorium
anda
3) Pindahkan kaki ke sisi sebelah bench/tempat duduk, gunakan antiseptik yang ada di
ruang ganti, kenakan sarung sepatu (shoe cover), gunakan antiseptik kembali

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 16


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

4) gantilah jas laboratorium anda dengan baju kerja untuk clean room tanpa menyentuh
lantai, gunakan antiseptik kembali dan kenakan sarung tangan, gunakan antiseptik
kembali dan kenakan kacamata pelindung.
5) Pergilah ke ruang antara kelas A/B, tutup pintu ruang antara, gunakan cairan antiseptik
6) Buka pintu ruang kelas A /B dengan cara yang benar, dan masukilah ruang kelas A/B
7) Praktekan kembali cara pemakaian baju kerja kelas C dan ruang kelas Aseptis di depan
instruktur.
d. Penggunaan Laminar Air Flow Cabinet
1) Hubungkan LAF dengan sumber listrik yang sesuai
2) Nyalakan Fan/blower dan lampu UV selama 30 menit sebelum digunakan.
3) Matikan lampu UV selama bekerja, untuk melindungi personel dari radiasi UV
4) Nyalakan Lampu Kerja, dan buka pintu penutup LAF
5) Bersihkan permukaan LAF dengan cairan antiseptik/alkohol 70% menggunakan lap yang
tidak berserat dengan cara:
a) Pada dinding dilakukan satu arah dari atas ke bawah
b) Pada permukaan meja kerja LAF dilakukan satu arah dari belakang ke depan
c) Pada pintu penutup LAF searah dari atas ke bawah
d) Penyemprotan cairan tidak boleh diarahkan ke HEPA Filter
6) Menyeka semua bahan dan alat yang dimasukkan ke dalam LAF dengan alkohol 70%
7) Meletakkan bahan dan alat di dalam LAF sesuai dengan tata letak dan membiarkan 5
menit untuk menghilangkan turbulensi.
8) Jika pekerjaan menggunakan LAF selesai dilakukan, lakukan kembali prosedur
pembersihan pada poin 5.
9) Tutup pintu penutup LAF, matikan lampu kerja LAF dan blower
10) Nyalakan Lampu UV kembali selama 30 menit, matikan Lampu UV
11) Matikan LAF
12) Ulangi prosedur penggunaan LAF di depan instruktur.

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 17


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

LAPORAN HASIL KERJA


PERCOBAAN I
Nama/NIM : ……………………………………………………/..…………………..
Kelas : ………………………………………………………………………….
Tanggal Praktikum : ………………………………………………………………………….

No Kegiatan Pelaksanaan Oleh Mahasiswa


Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak
dengan Tepat tetapi tidak tepat dilaksanakan
(2.5) (1) (0)
I. Prosedur mencuci tangan
1 Arah mencuci tangan
2 Menggunakan sabun antiseptik
3 Membersihkan kuku
4 Membersihkan sela-sela jari
5 Membersihkan punggung tangan
6 Membersihkan telapak tangan
7 Membersihkan lengan hingga ke siku
8 Melakukan pembilasan dengan arah
yang benar
9 Urutan pembilasan tangan
10 Posisi siku terhadap jari
11 Mengeringkan tangan
12 Mengatur kembali lengan baju
Total nilai
II. Menggunakan baju kerja kelas C
1 Menanggalkan barang berharga di loker
2 Melakukan sanitasi pada tangan dan
pergelangan
3 Melakukan sanitasi pada wajah
4 Menggunakan penutup kepala
5 Menggunakan masker wajah
6 Mengenakan jas laboratorium/baju kerja
Total Nilai
III. Menggunakan baju kerja kelas aseptis (A/B)
1 Memasuki ruang ganti dengan benar
2 Menanggalkan jas laboratorium/baju
kerja
3 Menggunakan shoe cover
4 Mengenakan baju kerja white area
5 Mengenakan sarung tangan
6 Mengenakan kacamata pelindung

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 18


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

7 Memasuki ruang antara kelas B


8 Memasuki ruang kelas B
9 Menggunakan LAF (kelas A)
Total Nilai
IV. Penggunaan Laminar Air Flow Cabinet
1 Menyalakan LAF
2 Menyalakan tombol Fan/blower
3 Menyalakan Lampu UV
4 Membiarkan Lampu UV dan Fan/blower
menyala selama 30 menit
5 Mematikan lampu UV
6 Menyalakan lampu kerja
7 Membersihkan bagian-bagian LAF
8 Membersihkan alat dan bahan yang akan
dimasukkan ke LAF
9 Meletakkan alat dan bahan yang akan
dimasukkan ke LAF
10 Melakukan pekerjaan aseptis dengan
baik
11 Mengeluarkan alat dengan benar
12 Setelah selesai melakukan prosedur
pembersihan LAF
13 Menutup pintu LAF, mematikan
Fan/blower dan lampu kerja LAF
14 Menghidupkan Lampu UV membiarkan
menyala selama 30 menit
Total Nilai
Paraf dosen
NILAI AKHIR
Tanggal
Tugas (tugas dikerjakan di buku ini)
1. Carilah dan tuliskan klasifikasi kelas bersih (cleanroom) menurut ISO 14644-1 dan WHO
(cGMP)!(40)

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 19


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA 2018

2. Sebutkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan harus diperhatikan saat menggunakan LAF
cabinet!(30)

3. Jelaskan tahapan dalam melakukan pemeliharan LAF cabinet!(30)

Denpasar,
Mahasiswa Dosen Jaga

( ) ( )

Prinsip CPOB dalam pembuatan sediaan Steril 20

Anda mungkin juga menyukai