RMR 1989
RMR 1989
Scanline merupakan salah satu metode dalam discontinuity survey. Dalam discontinuity survey,
karakter rock mass di suatu tempat penting untuk diketahui secara mendalam. Termasuk dalam hal
ini adalah discontinuities karena discontinuities/diskontinuitas merupakan komponen dari rock
masss dan mempengaruhi segala jenis pekerjaan rekayasa. Diskontinuitas adalah bidang lemah pada
suatu rock mass dengan nilai tensile strength/kuat tarik sangat kecil bahkan tidak memiliki nilai
kuat tarik (Bell,2007).
Terdapat dua tipe diskontinuitas yang dapat dibedakan, antara lain integral discontinuities, yakni
diskontinuitas yang belum memiliki bukaan sebagai akibat dari gaya luar atau pelapukan.
Diskontinuitas tipe pertama ini memiliki nilai tensile strength yang kecil. Bidang perlapisan, bidang
foliasi dan kekar yang tersementasi kuat termasuk dalam integral discontinuities. Diskontinuitas
tipe kedua adalah mechanical discontinuites, yakni diskontinuitas yang memiliki bukaan sebagai
akibat respon terhadap gaya dari luar atau pelapukan. Diskontinuitas tipe ini tidak memiliki tensile
strenght tapi menghasilkan shear strength. Bidang perlapisan, bidang foliasi, schistiosity, kekar,
fractures, shears dan sesar termasuk mechanical discontinuities. (Price, 2007).
Terdapat sejumlah parameter diskontinuitas yang penting dalam discontinuity survey. Parameter
tersebut antara lain adalah rougness dari diskonitunitas, apperture/bukaan dan infill/isian dari
diskontinuitas, persistence/kemenerusan dari diskontinuitas, orientasi diskontinuitas dan spacing/
jarak antar diskontinuitas. Parameter-parameter tersebut tergambarkan di bawah ini:
Untuk memudahkan pekerjaan discontinuity survey, terdapat discontinuity survey data sheet yang
berisi parameter-parameter diskontinuitas yang harus dicari dan dideskripsi. Keterangan mengenai
parameter seperti kondisi air di diskontinuitas juga terdapat dalam discontiunity servey data sheet
untuk memudahkan dalam pendeskripsian.
Detail dari parameter diskontinuitas yang harus dicari dan dideskripsi adalah sebagai berikut:
Kekasaran juga merupakan salah satu parameter diskontinuitas dalam klasifikasi rock mass rating
dari Q (Rock Tunneling Quality Index). Parameter tersebut disimbolkan JRC yakni Joint Rougness
Coefficient. Ilustrasi profil JRC beserta nilai parameter dapat dilihat pada gambar berikut ini:
2. Aperture dari diskontinuitas
Bukaan (aperture) dari diskontinuitas dapat diisi oleh material hasil pelapukan yang berasal secara
in situ maupun tertransport dari tempat lain (Price, 2007). Bukaan yang diisi oleh material ini tentu
mempengaruhi shear strength dari diskontinuitas. Apabila material pengisi adalah material seperti
clay, maka shear strength diskontinuitas pada bidang permukaan tersebut lebih kecil dibanding
diskontinuitas pada permukaan batuan yang masih belum ada bukaan. Namun, apabila material
isian bukaan tersebut berupa kuarsa atau kalsit akibat mineralisasi, maka shear strenght pada bidang
diskontinuitas tersebut dideskripsikan sebagai “healed” yang artinya shear strength pada bidang
diskontinuitas lebih tinggi dibandingkan terhadap diskontinuitas di wall in contact (Price, 2007).
Pendeskripsian apperture berdasarkan dimensinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gambar 5: Pendeskripsian filling (isian) diskontinuitas (Barton, 1978; dalam Bell, 2007)
4.Pers
istence dari diskontinuitas
Persistence (kemenerusan) adalah dimensi panjang dari suatu bidang diskontinuitas. Pengukuran
kemenerusan ini biasanya dilakukan dalam 1 dimensi, tetapi tidak memungkinkan pengukuran
kemenerusan dari core. Shear strength pada bidang diskontinuitas dipengaruhi oleh kemenerusan
(Price, 2007). Dampak dari keberadaan kemenerusan terhadap shear strength dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Pada gambar 6a, terdapat kemenerusan diskontinuitas cukup panjang yang memiliki arah relatif
sejajar dengan strike sandstone. Sementara itu, pada gambar 6b, diskontinuitasnya memiliki
kemenerusan yang relatif lebih pendek dibandingkan panjang dari kemenerusan pada gambar 6a,
relatif sejajar dengan arah strike sandstone. Hal ini tentunya memiliki pengaruh terhadap shear
strength bidang diskontinuitas. Ilustrasi gambar 6 tersebut merupakan gambaran perbedaan shear
strength diskontinuitas yang timbul akibat perbedaan panjang dari kemenerusan yang ada.
Tentunya pendeskripsian diskontinuitas selain bidang perlapisan tidak dapat mengikuti tabel di atas.
Oleh karena itu, pendeskripsian diskontinuitas lainnya dibuat terpisah. Namun, nilai ukuran
spacingnya sama, hanya terdapat perbedaan di pendeskripsiannya. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3. Pendeskripsian bidang perlapisan dan dikontinuitas lainnya
(Anon, 1977; dalam Bell, 2007)
Nilai spasi yang didapatkan memiliki signifkansi pada masalah kestabilan lereng, kestabilan
terowongan, kegiatan ekskavasi, daya dukung suatu fondasi, dan aliran air tanah.
Paramater-parameter diskontinuitas yang sudah dijelaskan pada bagian atas, dari roughness sampai
ke pelapukan, merupakan hal yang penting diamati karena parameter-parameter tersebut akan
diperhitungkan mula pada klasifikasi massa batuan, misalnya klasifikasi RMR.