i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................2
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2
A. Uraian Tanaman Kunyit Putih (Curcuma zedoaria).....................................2
B. Ekstrak dan Ekstraksi......................................................................................2
C. Kulit...................................................................................................................2
D. Sunscreen.........................................................Error! Bookmark not defined.
E. Emulgel..............................................................................................................2
F. Stabilitas Sediaan..............................................................................................2
G. Kerangka Konsep.............................................................................................2
H. Kerangka Teori.................................................................................................2
I. Variabel Penelitian...........................................................................................2
J. Definisi Operasional.........................................................................................2
K. Hipotesis Penelitian..........................................................................................2
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN...............................................................2
A. Jenis penelitian..................................................................................................2
B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................2
C. Alat dan Bahan.................................................................................................2
D. Populasi dan Sampel.......................................Error! Bookmark not defined.
E. Prosedur Kerja.................................................................................................2
F. Pengujian sediaan emulgel Sunscreen............................................................2
iii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagian besar banyak tanaman yang tidak dikenali oleh masyarakat, dimana
tanaman-tanaman tersebut tumbuh liar tanpa dirawat dengan baik yang bahkan
masyarakat tentang tanaman obat semakin berkembang, bahkan masyarakat pun saat
ini lebih cenderung menggunakan obat dari bahan alam. Salah satu tanaman yang
memiliki khasiat obat adalah tanaman kunyit putih (Curcuma zedoaria) (Hafsari et
al., 2015).
Asia salah satunya di Indonesia. Diketahui kunyit putih (Curcuma zedoaria) dikenal
dengan beberapa nama antara lain temu mangga, temu lalab, temu pauh, koneng joho,
koneng lalab, koneng pare dan temu paoh. Secara empiris kunyit putih (Curcuma
zedoaria) telah banyak digunakan sebagai obat herbal oleh masyarakat seperti anti
1
mengandung senyawa aktif seperti turmerin, minyak atsiri dan kurkuminoid. Dengan
berbagai metabolit sekunder yang terkandung maka Kunyit putih (Curcuma zedoaria)
memiliki aktivitas sebagai antioksidan, anti bakteri, anti inflamasi dan anti kanker.
Pengembangan Kunyit putih (Curcuma zedoaria) saat ini telah memiliki banyak
bahwa Kunyit putih (Curcuma zedoaria) dapat diformulasikan dalam sediaan emulsi,
ekstrak rimpang kunyit putih 1% 2% dan 5% dan untuk sepigel 305 menggunakan
variasi konsentrasi 3% 4% dan 5%. Dan ternyata pada penelitian ini hasil
ekstraknya 5% dan konsentrasi sepigel 305 adalah 3% dengan nilai IC50 yaitu 49,72
± 0,32 bpj. Berarti pada penelitian ini sudah menunjukkan bahwa ekstrak etanol
curcuma zedoaria dapat dibuat sediaan emulgel dengan hasil penelitian dengan IC
yang masuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai dibawah 50 ppm.
bahwa rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki antioksidan yang kuat
2
dengan menggunakan dua tipe bahan, yaitu ekstrak air dan juga ekstrak etanol yang
diuji dengan variasi konsentrasi 1%, 5% dan 10%. Pada penelitian ini antioksidan
dalam rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) diuji dengan mengamati nilai dari
peroksida dan sifat penangkal superoksida. Dan hasil yang di dapatkan tipe ekstrak
air dan etanol mengandung antioksidan dengan nilai peroksida dan superoksida yaitu
antara 763,78-995,55 yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan control positif
yang digunakan yaitu α-tocopherol dengan nilai yang di dapatkan yaitu 777,35
dengan perbandingan rata-rata peroksida dari ekstrak air dan ekstrak etanol adalah
837,32 berbanding 889,31. Jadi dapat di simpulkan bahwa nilai peroksida hasil
pengujian tersebut lebih besar dibanding control positif α-tocopherol yaitu 777,35,
karena semakin kecil nilai peroksida maka semakin besar sifat reduktor terhadap
radikal bebas.
Penelitian lainnya juga oleh Mercy , dkk (2021) menunjukkan bahwa rimpang
kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki aktifitas antioksidan yang sangat kuat
dengan penambahan bahan pengikat berupa tween 80. Pada penelitian ini
memberikan nilai IC50 yaitu sebesar 13,056 ppm. Hal ini dapat disimpulkan dari
nilai R2 = 0,974. Hal ini menunjukkan bahwa 97% derajat penghambatan dipengarui
oleh kosentrasi larutan sampel. Kolerasi 0,974 menunjukkan bahwa metode untuk
penentuan aktivitas antioksidan sangat baik untuk digunakan karena nilai kolerasi
yang baik adalah 0,97. Maka dari itu hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin
3
tinggi sampel yang digunakan maka akan semakin tinggi juga aktivitas
antioksidannya.
senyawa metabolik sekunder antara lain terpenoid, fenolik dan alkaloid. Senyawa
negatif yang berasal dari radikal bebas. Kulit keriput dapat disebabkan oleh radikal
yang menjadi sumber semua jenis sinar. Sinar matahari mempunyai efek yang
merugikan bagi manusia, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari
sinar matahari terdiri dari beberapa spektrum yaitu sinar infra merah, sinar tampak,
sinar ultra violet (UV-A), sinar UV-B dan sinar UV-C yang sangat berbahaya karena
memiliki energi yang sangat tinggi dan bersifat karsinogenik. Zat yang dapat
mengurangi efek buruk sinar matahari atau sering disebut tabir surya. Selain dari
bahan kimia tabir surya juga terdapat pada bahan alam. Kemampuan menahan sinar
4
ultra violet (UV) dari tabir surya dinilai dengan Sun Protecting Factor (SPF). Untuk
menghindari hal itu terjadi salah satu yang harus digunakan untuk mencegah agar
terhindar dari radikal bebas yaitu dengan cara memakai sunscreen (Widya 2016).
penyakit kulit atau kerusakan kulit akibat radiasi sinar UV. Sunscreen memiliki
Beberapa sediaan sunscreen sudah banyak tersebar di masyarakat, seperti krim, spray.
Tapi dalam penelitian ini dibuat dalam sediaan emulgel Sunscreen karena emulgel
terdiri dari dua sistem yang saling melengkapi yaitu sistem emulsi dan gel. Sistem
emulsi akan berfungsi sebagai emolien. Emulsi mengandung fase minyak sehingga
diharapkan membuat sediaan Sunscreen yang dihasilkan tidak mudah dibilas dengan
air dan dapat digunakan dalam waktu relatif lama menjamin perlindungan sepanjang
hari. Jika dibandingkan krim dan spray, emulgel lebih terasa nyaman saat di
aplikasikan pada kulit, karena terdapat gel yang memberikan sensasi dingin dan
menyejukkan. Sedangkan jika sediaan krim, saat di aplikasikan ke kulit, kulit akan
lebih terasa berminyak, tidak nyaman digunakan pada iklim yang hangat dan dapat
aplikasikan ke wajah tidak terlalu efektif karena semprotan akan menyebar ke segala
arah sehingga tidak efektif melindungi kulit dan pada saat kondisi berangin dapat
5
menyebabkan penyemprotan dapat terhirup secara tidak sengaja (Widia , marline ,
2018).
berbentuk emulgel sunscreen. Emulgel adalah suatu emulsi minyak dalam air atau air
berminyak, yang di buat menjadi bentuk gel dengan cara mencampurnya dengan
suatu gelling agent. Penggabungan emulsi dengan basis gel terbukti dapat
sehingga pelepasan zat aktif pada emulgel akan lebih baik dibandingkan dengan
sistem topical drug delivery lainnya. Adanya bentuk emulsi mampu menjadikan
bahan aktif tabir sunscreen lebih mudah terpenetrasi kedalam lapisan stratum
corneum kulit, sedangkan adanya fase gel dapat menimbulkan sensasi yang segar
A. Rumusan Masalah
2. Berapa nilai SPF sediaan emulgel rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) ?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui stabilitas yang stabil untuk formulasi sediaan emulgel
6
2. Untuk mengetahui nilai SPF sediaan emulgel rimpang kunyit putih (Curcuma
zedoaria).
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
mahasiswa dan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
2. Bagi Mahasiswa
3. Bagi masyarakat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)
1. Gambar tanaman
2. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
8
Genus : Curcuma
9
10
atau yang sering disebut dengan temu putih merupakan herba perennial, memiliki
tinggi satu meter, rimpang utama berbentuk bulat telur, dan bagian dalam
lanset (lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul) dengan tulang daun menyirip
berbulu halus, berwarna hijau bergaris ungu. Bentuk bunga dari Curcuma
zedoaria adalah majemuk, berbentuk tabung, keluar dari ketiak daun, menjulang
flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung dan sedikit lemak. Rimpang temu putih
Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen zat aktif seperti
Menurut penelitian dari Nufuf kanani (2017) rimpang kunyit putih (Curcuma
zedoaria) dapat berpotensi dijadikan sebagai bahan tabir surya. Pada penelitian
ini menggunakan teknik secara in vitro. Nilai SPF yang terkandung dalam
menggunakan pelarut methanol yaitu 3.295 dengan temperature 30ºC. Nilai SPF
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dengan menyari simplisia
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak
2. Ekstraksi
terdapat di dalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan
pelarut dan metode yang sesuai. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa
12
faktor, seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaiannya dengan tiap
sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat
a. Maserasi
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, serta pelarut
b. Perkolasi
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler dan daya geseran.
c. Soxhletasi
bahan yang diekstraksi tetap terendam dalam cairan. Pada cara ini diperlukan
bahan pelarut dalam jumlah yang kecil, juga simplisia yang digunakan selalu
baru. Artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif dan berlangsung secara
terus menerus. Kekurangan dari metode ini adalah waktu yang dibutuhkan
d. Infundasi
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Infundasi adalah proses
larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
14
kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
3. Pelarut
Kriteria cairan penyari yang baik antara lain murah, mudah didapat, stabil
secara kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak mudah
terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak
mempengaruhi zat berkhasiat. Cairan penyari yang dapat digunakan adalah air,
Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari
94,7 % v/v atau 92,0 % dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H60.
Pemerian cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau
khas; rasa panas; mudah terbakar dengan memberikan nyala biru berasap.
kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan
merupakan pelarut yang sangat efektif untuk menghasilkan bahan aktif dalam
memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut, selektif, pada konsentrasi diatas 20%
(Harborne, 1991), dimana etanol dapat menarik senyawa yang bersifat polar
(triterpenoid, sterol, asam lemak tidak jenuh), maka diharapkan senyawa yang
berkhasiat sebagai anti diabetes yaitu triterpenoid dan polisakarida dapat ditarik
hanya dengan menggunakan satu penyari saja. Pelarut etanol dapat melarutkan
4. Jenis pelarut
senyawa polar, semi polar, dan non polar (Yohed dkk, 2017). Senyawa polar
Kemudian senyawa non polar menggunakan pelarut seperti eter, kloroform, dan n-
heksan. Sedangkan pada senyawa semi polar pelarut yang umum digunakan adalah
etil asetat (Kasminah, 2016). Berikut diagram polaritas pelarut menurut Arifin B.
dkk (2017) :
C. Kulit
1. Definisi Kulit
sekaligus merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh manusia yang
meliputi 16% berat tubuh. Pada orang dewasa, sekitar 2,7 hingga 3,6 kg berat
tubuhnya merupakan kulit dengan luas sekitar 1,5-1,9 meter persegi . Kulit
terdiri dari jutaan sel kulit yang dapat mengalami kematian dan selanjuntnya
2. Lapisan kulit
17
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu epidermis (lapisan bagian luar
a. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam). Lapisan epidermis tebalnya 75-150 µm, kecuali pada
telapak tangan dan kaki yang berukuran lebih tebal. Telapak tangan dan
telapak kaki mempunyai kulit yang lebih tebal daripada bagian tubuh yang
lain disebabkan oleh adanya lapisan corneum di tempat itu. Hal ini penting
karena kulit di bagian tubuh ini lebih sering mengalami gesekan dibanding
b. Dermis
sel saraf, pembuluh darah dan jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin,
c. Subkutan
Terletak di bawah dermis, terdiri dari jaringan ikat dan lemak (Nirmala Sari,
2015).
3. Fungsi kulit
18
pertahanan garis depan, melindungi tubuh dari berbagai elemen yang berasal dari
lingkungan luar tubuh. Jika terjadi luka pada kulit, integritas pertahanan kulit
bakteri dan virus. Kulit juga dapat menjadi faktor penting dalam kesehatan
luar tubuh. Suasana asam pada kulit melindungi kulit dari mikroorganisme.
Lapisan keratin yang keras melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme dan
D. Tabir Surya
1. Sinar UV (ultra violet)
Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar yang dipancarkan oleh matahari yang
dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar inframerah.
dari matahari dapat mencapai permukaan bumi. Sinar UV C yang memiliki energi
dan lapisan ozon. Energi dari radiasi sinar ultraviolet yang mencapai permukaan
bumi dapat memberikan tanda dan simptom terbakarnya kulit. Diantaranya adalah
kemerahan pada kulit (eritema), rasa sakit, kulit melepuh dan terjadinya
Radiasi sinar ultra violet (UV) terpapar pada kulit manusia setiap harinya
dan paparan UV tidak dapat terukur ataupun terlihat secara kasat mata. Paparan
eritema, bahkan sampai terjadinya kanker kulit. Tabir surya menjadi salah satu
Pada dasarnya, sinar ultra violet dari matahari memiliki manfaat yang
pertahanan sistem imun tubuh (Prietl et al., 2013; Cefali et al., 2016). Selain itu,
radiasi sinar UV dalam waktu yang cukup dan rutin seringkali digunakan untuk
terapi penyakit tuberkulosis, psoriasis, dan vitiligo (Cefali et al., 2016). Radiasi
dari matahari dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sinar ultra violet A (UV A)
20
dengan panjang gelombang 320-400 nm; sinar ultra violet B (UV B) dengaan
panjang gelombang 290-320 nm; dan sinar ultra violet C (UV C) dengan panjang
menyebabkan timbulnya stress oksidatif pada kulit dapat terlihat dapat berupa
fotosensitivitas, bahkan efek jangka panjang seperti penuaan dini dan keganasan
atau kanker kulit. sinar UV seringkali disebut sebagai sunburn spectrum yang
mampu merusak membran sel. Hal ini mengakibatkan kulit terbakar dan menjadi
mekanisme regenerasi dari sel-sel kulit. Sinar UV A juga bisa menimbulkan efek
terbakar pada kulit namun lebih lemah jika dibandingkan dengan efek paparan
penebalan kulit (keratosis) menjadi efek biologis yang dapat disebabkan oleh
paparan radiasi UV. Sedangkan efek jangka panjangnya berupa kanker kulit
melanoma dan penuaan dini. Tabir surya kini menjadi salah satu solusi sebagai
proteksi diri terhadap bahaya paparan sinar UV dan pilihan preventif untuk
menghindari efek – efek negatif dari sinar UV. Tabir surya merupakan suatu
senyawa yang digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari
terutama ultra violet (UV). Tabir surya dibagi menjadi dua berdasarkan jenis
21
bahan aktifnya yaitu sebagai penghalang sinar secara fisik (physical blocker) dan
yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV. Adapun beberapa golongan senyawa
aktif antioksidan seperti sinamat, flavonoid, tanin, kuinon, dan lain-lain telah
diteliti memiliki kemampuan untuk melindungi kulit dari sinar UV (Sheila 2017).
2. Sunscreen
melindungi kulit dari sinar matahari terutama sinar ultraviolet (UV). Sunscreen ini
termasuk cairan kimia lotion yang dapat digunakan sebagai tabir surya. Sunscreen
dapat menembus kulit dan menyerap sinar ultraviolet sebelum mencapai lapisan
kulit dan menyebabkan kerusakan pada kulit. Salah satu cara untuk mencegah
efek berbahaya dari paparan sinar matahari pada kulit adalah dengan
ultraviolet (UV), dan menyerap sinar ultraviolet, karena sifat fisiknya yang
ke subkutan, dan efektif dalam spektrum UV-A, UV-B dan sinar tampak
radiasi sinar ultra violet. Contoh bahan aktif yang biasa digunakan dalam
radiasi sinar ultra violet dengan membentuk lapisan buram di permukaan kulit.
oleh konsumen. Contoh bahan aktif yang biasa digunakan dalam physical
bahan yang memiliki sifat sebagai sun protector tidak digolongkan sebagai jenis
obat namun digolongkan sebagai jenis kosmetik, karena tujuan utama dari sediaan
2010).
perhatian. Zat alami yang diekstrak dari tumbuhan dapat bertindak sebagai
sebagai agen pelindung sinar UV seperti vitamin C, vitamin E dan β-karoten yang
digunakan dalam produk perawatan kulit karena sifatnya yang mampu memutus
rantai radikal bebas. Selain itu, senyawa-senyawa fenolik dapat pula berperan
sebagai bahan aktif senyawa tabir surya. Bahan alami dianggap sebagai sumber
serta aktivitas antioksidannya yang berasal dari senyawa yang dikandung bahan
alam tersebuut. Efektifitas dari suatu sediaan Sunscreen dapat ditunjukkan salah
satunya adalah dengan nilai Sun Protection Factor (SPF), yang didefinisikan
Dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak
jangka waktu terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk
3. Sunblock
Sunblock adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit
terhadap radiasi sinar UV. Fungsi dasar sunblock adalah bertindak sebagai
dinding antara kulit dan sinar UV yang berbahaya, sehingga jauh lebih ampuh
dalam mencegah kanker kulit dibandingkan dengan tabir surya. Sediaan kosmetik
24
tabir surya terdapat dalam bermacam- macam bentuk misalnya losion untuk
dioleskan pada kulit, krim, salep, gel atau spray yang diaplikasikan pada kulit.
Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam label
dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor) tertentu. Nilai SPF terletak diantara
kisaran 2—60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk tersebut mampu
dengan mengalikan angka SPF dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk
membuat kulitnya terbakar bila tidak memakai tabir surya (Siti hapsa 2016).
4. Sunburn
Sunburn adalah reaksi inflamasi akut pada kulit terhadap radiasi ultraviolet
(RUV). Pajanan RUV dipengaruhi oleh lamanya pajanan dengan matahari dan
sikap perlindungan diri. Gejala utama diawali dengan kemerahan (eritema), lalu
diikuti dengan berbagai tingkat rasa sakit, tingkat keparahan proporsional atau
berbanding lurus dengan durasi dan intensitas eksposur atau pajanan. Sunburn
matahari pada lokasi kulit sunburn yang sedang mengalami penyembuhan adalah
perawatan sunburn yang paling penting dari lima jenis tatalaksana utama tersebut.
Sunburn harus menjadi perhatian bersama, karena penting bagi seorang praktisi
secara dini dan memberikan pengobatan sunburn segera, hal ini dilakukan tidak
hanya untuk kenyamanan para pekerja lapangan seperti petani tetapi dapat juga
berbanding lurus dengan durasi dan intensitas eksposur atau pajanan. Gejala
lainnya dapat berupa edema, gatal, pengelupasan kulit, ruam, mual, demam,
menggigil, dan sinkop atau penurunan kesadaran. Selain itu juga, dapat
merasakan panas akibat dari reaksi luka akibat pajanan, disebabkan oleh
Kendati demikian tatalaksana tetap diperlukan untuk mengatasi rasa tidak nyaman
Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
adalah dengan nilai sun protection factor (SPF), yang didefinisikan sebagai jumlah
energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada
kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang
dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan perlindungan.
MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi sinar UV yang
sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode pengukuran nilai SPF
secara in vitro secara umum terbagi dalam dua tipe. Tipe pertama adalah dengan cara
mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada
plat kuarsa atau biomembran. Tipe yang kedua adalah dengan menentukan
larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji (wiweka 2015).
F. Emulgel
Emulgel adalah sistem dua fasa yang mengandung molekul organik besar
yang diinterpenetrasi oleh air dan sedikit fraksi dari lipid yang diemulsikan
(Radulescu and Diepgen, 2007). Emulsi yang mengandung zat pembentuk gel
(gelling agents) memiliki konsistensi gel yang kuat, resiko terjadinya koalesens akan
berkurang, memiliki viskositas yang terkontrol sehingga mengurangi rasa berair dari
masyarakat luas, selain karena harganya yang murah juga karena praktis dalam
penggunaan yaitu dengan cara dioleskan pada kulit. Emulgel merupakan sediaan
agent . Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
terdiri dari fase air, dan minyak yang terdispersi menjadi globul atau tetesan kecil
dalam cairan yang lain. Biasanya didalam basis gel ditambahkan fase minyak dan
dispers sebagai fase terpisah.Optimasi pada basis emul gel sangat diperlukan untuk
mencari basis emulgel yang memiliki kestabilan fisika dan kimia yang memenuhi
Selain itu emulgel juga merupakan salah satu sediaan topikal yang paling
menarik dalam sistem penghantaran obat karena memiliki dua sistem pelepasan yaitu
gel dan emulsi. Emulgel adalah sediaan emulsi m/a atau a/m yang dicampurkan
dengan gelling agent. Untuk senyawa yang bersifat hidrofob pembuatan menjadi
sediaan emulgel dianggap lebih mudah dibandingkan menjadi sediaan gel karena
masalah kelarutannya dalam air. Senyawa hidrofob dalam suatu emulgel dibuat
dengan melarutkannya dalam fasa minyak yang kemudian didispersikan dalam fasa
28
air yang bercampur dengan gelling agent. Emulgel ketika digunakan secara
meleleh, mudah dicuci, umur simpan lebih lama, ramah lingkungan, transparan dan
Emulgel merupakan pengembangan dari sediaan gel. Emulgel terdiri dari dua
fase, yaitu fase besar molekul organik yang terpenetrasi dalam air dalam bentuk
gel dan fase kecil minyak emulsi. Adanya fase minyak di dalamnya menyebabkan
emulgel lebih unggul dibandingkan dengan sediaan gel sendiri, yakni obat akan
melekat cukup lama di kulit dan memiliki daya sebar yang baik, mudah
tiksotropis, tidak lengket, mudah disebar, mudah dihapus, emollient, larut air,
masa simpan yang lebih lama, ramah lingkungan dan memiliki penampilan yang
baik.
penggabungan obat-obatan hidrofobik. Hal ini menjadi bukti stabilitas yang lebih
baik dan pelepasan obat dari basis gel secara langsung. Penggunaan sediaan
29
emulgel lebih diminati bila dibandingkan dengan sediaan emulsi atau gel saja
(Aisyah, 2018).
1. Stabilitas yang lebih baik: Sediaan transdermal lainnya relatif kurang stabil
fase inversi atau pecah dan salep menunjukkan ketengikan karena basis
minyak.
2. Kapasitas pemuatan yang lebih baik: Pendekatan baru lainnya seperti niosom
dan liposom berukuran nano karena berstruktur vesikuler yang mungkin dapat
menghasilkan kebocoran dan efisiensi jebakan yang lebih rendah. Tapi gel
karena memiliki jaringan yang luas, relatif lebih baik dalam pemuatan
kapasitas.
sederhana dan terdiri dari langkah pendek yang dapat meningkatkan kelayakan
G. Stabilitas Sediaan
1. Uji organoleptis
Diamati ada tidaknya perubahan bau, perubahan warna dan pertumbuhan jamur
2. Uji pH
dengan pH kulit atau tempat pemakaian, yaitu berkisar antara 4,5-6-5. Nilai pH
emulgel tidak boleh terlalu asam karena dapat mengiritasi kulit dan tidak boleh
3. Uji homogenitas
kadar obat yang seragam pada setiap pemakaian. Jika sediaan homogen maka
kadar zat aktif pada saat pemakaian atau pengambilan akan selalu sama.
Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan emulgel
melekat pada kulit dalam waktu tertentu sehingga dapat berfungsi secara
daya lekat sediaan semipadat, namun sebaiknya daya lekat sediaan semipadat
lokasi pemakaian apabila dioleskan pada kulit. Daya sebar sediaan semipadat
yang baik untuk penggunaan topikal berkisar pada diameter 3-5 cm (Garg dkk.,
2002). Dengan meningkatnya daya sebar maka luas permukaan kulit yang kontak
dengan emulgel akan semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik.
6. Uji viskositas
31
ruang (27°C) menggunakan spindel no.4 pada kecepatan 100 rpm. Pengukuran
Uji tipe emulsi dilakukan dengan sebanyak 3 gram yang telah dibuat dimasukkan
dalam vial, kemudian ditetesi dengan larutan metilen biru. Jika larutan metilen
biru segera terdispersi ke seluruh emulsi maka emulsinya memiliki tipe M/A
8. Uji stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan metode cycling test.. Pengujian dilakukan selama
6 siklus, dimana tiap siklus diamati perubahan fisik krim meliputi organoleptik,
9. uji SPF
formulasi tabir surya. Untuk bisa efektif dalam mencegah sunburn dan kerusakan
kulit lainya, produk tabir surya seharusnya mempunyai kisaran absorbansi yang
lebar antara 290 sampai 400 nm. Evaluasi efisiensi formula tabir surya sudah
sejak lama diukur melalui uji in vivo yang mana dilakukan dengan sukarelawan
H. Kerangka Konsep
variable independen variable antara variable dependen
1%
5%
33
I. Kerangka Teori
kuat.
J. Variabel Penelitian
5. Variabel bebas
Variable bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit putih
(Curcuma zedoaria).
6. Variabel terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah formula sediaan emulgel
Sunscreen
K. Definisi Operasional
1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dengan menyari simplisia
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak
2. Emulgel
Emulgel adalah sistem dua fasa yang mengandung molekul organik besar
yang diinterpenetrasi oleh air dan sedikit fraksi dari lipid yang diemulsikan
(Radulescu and Diepgen, 2007). Emulsi yang mengandung zat pembentuk gel
(gelling agents) memiliki konsistensi gel yang kuat, resiko terjadinya koalesens
3. Uji stabilitas
Uji stabilitas merupakan salah satu parameter kualitas dan dilakukan untuk
obat.
L. Hipotesis Penelitian
Ho = emulgel Sunscreen ekstrak rimpang kunyit putih tidak stabil secara fisik dan
kimia.
Hi = emulgel Sunscreen ekstrak rimpang kunyit putih stabil secara fisik dan kimia.
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental
evaporator, gelas kimia (Pyrex®), hot plate, lemari pendingin, pipet mikro,
2. Bahan
(curcuma zedoaria), sepigel 305, propilen glikol, paraffin cair, tween 20, span
36
37
D. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
selatan.
dikumpulkan dan dilakukan pencucian atau sortasi basah pada air mengalir,
setelah itu rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) dirajang Rajang dan
disiapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang serbuk 1000 gram, lalu dimasukan
kemudian ditutup dan disimpan ditempat yang gelap (tidak terkena cahaya),
selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Setelah itu dilakukan penyaringan dimana
dengan pelarut etanol dengan perlakuan yang sama yaitu 3 x 24 jam. Lalu setelah
itu ekstrak etanol yang didapat di pekatkan dengan vakum rotavapor hingga
F0 F1 F2 F3
Keterangan :
( Curcuma zedoaria )
( Curcuma zedoaria )
( Curcuma zedoaria )
( Curcuma zedoaria )
anjurkan. Emulgel Sunscreen dibuat dengan cara Fase minyak dibuat dengan
mencampurkan Span 20 dengan paraffin cair pada suhu 70-80ºC, lalu diaduk
sampai homogen. Fase air dibuat dengan mencampur air dengan Tween 20,
kemudian dipanaskan pada suhu 70-80ºC, aduk sampai homogen. Fase minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit ke fase air sambil terus diaduk hingga terbentuk
emulsi. Emulsi dicampurkan dengan Sepigel 305 yang telah dikembangkan hingga
paraben, dan parfum secukupnya hingga aroma khas Curcuma zedoaria tertutupi.
Homogenkan dengan menggunakan stirrer pada rpm dan waktu yang optimum
hingga homogen.
a. Organoleptik
b. Uji Ph
c. Uji homogenitas
Sejumlah 0,5 g emulgel diletakkan diatas kaca dengan ukuran 10x10 cm dan
ditutup lagi dengan kaca yang sama. Kemudian, diletakkan beban 976 gram
tambahan dan didiamkan selama 1 menit, dan dihitung berapa lama kedua kaca
terlepas. uji daya leakat yang baik untuk gel yaitu 2000-4000 cps
Sejumlah 0,5 g emulgel diletakkan diatas kaca dengan ukuran 10x10 cm dan
ditutup lagi dengan kaca yang sama. Kemudian, diletakkan beban 976 gram
tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameternya. Daya sebar
f. Uji viskositas
41
Sediaan diteteskan pada kaca objek, lalu diteteskan larutan metilen blue.
Apabila zat warna tersebar merata pada sediaan maka tipe emulsi M/A, tetapi
jika zat warna tidak tersebar merata, maka tipe emulsi A/M ( et al., 2021)
h. Uji stabilitas
Uji stabilitas menggunakan metode cycling test, yaitu degan cara .Krim
disimpan pada suhu ± 4oC selama 24 jam dan kemudian suhu ± 40oC selama
homogenitas, pH, daya sebar dan daya lekat (Suryani et al, 2017).
i. Uji SPF
Krim ditimbang sebanyak 125 mg, 250 mg, 375 mg dan 500 mg. Masing -
bentuk larutan diperoleh pada kisaran 290-320 nm, setiap interval 5 nm.
320
SPFspectrophotometric=CF X ∑ EE(¿ λ) X (λ) XAbs( λ) ¿
290
Keterangan :
Hafsari, A. R. et al. (2015) ‘Uji Aktivitas Antibakteri Daun Beluntas’, Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas ( Pluchea Indica (L.) Less. ) Terhadap
Propionibacterium acnes PENYEBAB JERAWAT, 9(1), pp. 142–161.
Handayani, Merry, Nur Mita, A. I. (2015) ‘Formulasi Dan Optimasi Basis Emulgel
Carbopol 940 Dan Trietanolamin Dengan Berbagai Variasi Konsentrasi
Merry Handayani * , Nur Mita, Arsyik Ibrahim 1’, Prosiding Seminar
Nasional Kefarmasian Ke-1, pp. 5–6. Available at:
https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/index.php/mpc/article/view/8/8.
43
Sapada, N. (2018) ‘Uji Toksisitas Kombinasi Ekstrak Etanol Daun
Pare ( Momordica Charantia L .), Temu Putih ( Curcuma Zedoaria Rosc .) Dan
Bangle ( Zingiber Purpureum Roxb . ) Dosis Berulang Terhadap ( Rattus
Norvegicus ) The Toxicity Of Combination Ethanolic Extracts Test’,
Skripsi.
Sayogo, W. (2017) ‘Potensi +Dalethyne Terhadap Epitelisasi Luka pada Kulit Tikus
yang Diinfeksi Bakteri MRSA’, Jurnal Biosains Pascasarjana, 19(1), p.
68. doi: 10.20473/jbp.v19i1.2017.68-84.
Widia I., marline A., A. Y. C. dan taufik R. (2018) ‘Formulasi Emulgel Antiakne
Dengan Minyak Mimba’, 16, pp. 222–230
44
45
LAMPIRAN 1
1. Skema kerja pengolahan sampel dan ekstraksi
serbuk
Ekstrak kental
46
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN
1. Perhitungan bahan
b
%
v
F0
0
Ekstrak 0% = x 100=0 gram
100
3
Sepigel 305 4% = x 100=3 gram
100
5
Propilenglikol 5% = x 100=5 gram
100
4
Paraffin cair 4% = x 100=4 gram
100
2,5
Tween 20 2,5% = x 100=2,5 gram
100
Perhitungan HLB
( 12−8,6 )
= % Tween x 100 %=42%
( 16,7−8,6 )
42
= x 2,5=1,05 gram
100
1,5
Span 20 1,5% = x 100=1,5 gram
100
Perhitungan HLB
58
= x 1,5 gram=0,87 gram
100
49
0,2
Metil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,2
Propil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,1
Na. metabisulfit 0,1% = x 100=0,1 gram
100
Parfum = qs
= 100 – 18,02
= 81,9 ml
F1
1
Ekstrak 1% = x 100=1 gram
100
3
Sepigel 305 4% = x 100=3 gram
100
5
Propilenglikol 5% = x 100=5 gram
100
4
Paraffin cair 4% = x 100=4 gram
100
2,5
Tween 20 2,5% = x 100=2,5 gram
100
Perhitungan HLB
( 12−8,6 )
= % Tween x 100 %=42%
( 16,7−8,6 )
42
= x 2,5=1,05 gram
100
50
1,5
Span 20 1,5% = x 100=1,5 gram
100
Perhitungan HLB
58
= x 1,5 gram=0,87 gram
100
0,2
Metil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,2
Propil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,1
Na. metabisulfit 0,1% = x 100=0,1 gram
100
Parfum = qs
+0,1)
= 100 – 19,02
= 80,9 ml
F2
2
Ekstrak 2% = x 100=2 gram
100
3
Sepigel 305 4% = x 100=3 gram
100
5
Propilenglikol 5% = x 100=5 gram
100
4
Paraffin cair 4% = x 100=4 gram
100
51
2,5
Tween 20 2,5% = x 100=2,5 gram
100
Perhitungan HLB
( 12−8,6 )
= % Tween x 100 %=42%
( 16,7−8,6 )
42
= x 2,5=1,05 gram
100
1,5
Span 20 1,5% = x 100=1,5 gram
100
Perhitungan HLB
58
= x 1,5 gram=0,87 gram
100
0,2
Metil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,2
Propil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,1
Na. metabisulfit 0,1% = x 100=0,1 gram
100
Parfum = qs
0,1)
= 100 – 21,02
= 78,9 ml
F3
52
5
Ekstrak 5% = x 100=5 gram
100
3
Sepigel 305 4% = x 100=3 gram
100
5
Propilenglikol 5% = x 100=5 gram
100
4
Paraffin cair 4% = x 100=4 gram
100
2,5
Tween 20 2,5% = x 100=2,5 gram
100
Perhitungan HLB
( 12−8,6 )
= % Tween x 100 %=42%
( 16,7−8,6 )
42
= x 2,5=1,05 gram
100
1,5
Span 20 1,5% = x 100=1,5 gram
100
Perhitungan HLB
58
= x 1,5 gram=0,87 gram
100
0,2
Metil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,2
Propil paraben 0,2% = x 100=0,2 gram
100
0,1
Na. metabisulfit 0,1% = x 100=0,1 gram
100
53
Parfum = qs
+0,1)
= 100 – 23,02
= 76,9 ml
2. Perhitungan
Keterangan :
a. Larutan 10 ppm
V1 × M1 = V2 × M2
V1 = (V2 × M2) / M1
V1 = 1 ml
b. Larutan 50 ppm
V1 × M1 = V2 × M2
54
V1 = (V2 × M2) / M1
V1 = 5 ml
V1 = (V2 × M2) / M1
V1 = 10 ml
V1 = (V2 × M2) / M1
V1 = 15 ml
V1 = (V2 × M2) / M1
V1 = 20 ml
55
V1 = (V2 × M2) / M1