Anda di halaman 1dari 3

Polisi Internet

Beberapa waktu yang lalu, ramai diberitakan tentang ditangkapnya seorang tukang sate
yang memposting foto-foto tidak senonoh yang melibatkan seorang wanita dengan
Presiden Joko Widodo. Walaupun itu bukan sungguhan alias hasil editan, tapi ini sudah
masuk ke ranah penghinaan kepada kepala negara. Tidak berhenti sampai di situ,
beberapa tokoh negara kita juga melalukan hal yang sama, dengan melakukan “Cuitan”
melalui akun media sosial, untuk sekedar berbicara pedas tentang pimpinan maupun
pejabat pemerintahan. Dan masih banyak lagi. Ditambah lagi Meme, yaitu gambar/ foto
umumnya pose lucu atau unik, lalu diedit dan diberi sedikit tulisan, untuk memberikan
kesan tertentu atas suatu pernyataan; yang beredar sangat luas. Tidak hanya artis yang
menjadi bulan-bulanan pembuat meme, tapi juga pejabat, bahkan kepala negara kita
sangat sering jadi “korban” meme yang tidak bertanggung jawab. Dan ini beredar sangat
luas. Merantak, menjalar ke berbagai media sosial, untuk dijadikan bahan candaan atau
cercaan. Sedih...
Dari sekian banyak kasus, hanya beberapa persen saja yang ditangkap dan dipidanakan
dengan tuduhan pencemaran nama baik, atau yang lainnya. Sementara sisanya, masih
bebas berkeliaran di dunia maya.
Di waktu yang hampir bersamaan, beredar pula di media sosial, peringatan atau lebih
tepatnya ancaman, bagi yang berani mengedarkan atau membuat sesuatu, entah gambar
(meme), tulisan, yang menjelekkan pejabat atau pimpinan negara, akan ditangkap dan
dipidanakan sesuai hukum berlaku. Jujur, postingan ini juga dengan sangat cepat
menyebar sebagai bagian dari “peringatan bersama” antar pengguna internet, agar tidak
ngawur dalam berchatting ria. Edaran tersebut, kurang lebihnya berbunyi seperti ini:

Assalamualaikum wr.wb. Selamat malam, mohon izin sebagai info:


 
Saat ini system Big Data Cyber Security Indonesia sudah terpasang di Pejaten Jakarta
dan DJP, menyusul Wantanas yang akan menyedot semua informasi yang melalui
Internet di Indonesia.
 
Artinya segala percakapan kita di Cyber (WA, BBM, SMS dll) akan tersedot masuk
secara otomatis ke dalam BIG DATA.
 
Berkaitan dengan hal tersebut, maka mulai tgl 19 Okt '15 akan ada tim Polisi lnternet
yang akan mengawasi dan melaksanakan operasi. penyelidikan terhadap pengeditan
info, gambar-gambar maupun foto pimpinan negara, simbol negara, dan lambang
negara.
 
Maka dari itu, jangan kirim hal-hal yang bersifat sensitive dan gambar-gambar
pemimpin Negara untuk bahan kartun, guyonan maupun lelucon lainnya.
 
* Polisi Internet melalui teknik internet system akan menelusuri sumber pengirim ke grup
tersebut.
 
* Diharapkan dapat saling mengingatkan dan menjaga, untuk menghindari kesalahan
pengiriman gambr yang bersifat sensitif sebagaimana tersebut di atas.
 
* Jangan sampai grup WA anda berurusan dgn Polisi Internet (Cyber Crime Police).
 
# Sekian yang dapat disampaikan,
 
Agar berhati-hati dalam pengiriman info-info / gambar-gambar melalui WA, BBM,
dllnya.

Pembaca yang budiman, benarkah ancaman itu ada?


Informasi dari Kominfo, sebagai pihak yang merupakan pemilik ranah dan regulasi atas
internet Indonesia mengatakan bahwa, pernyaan tersebut adalah HOAX (berita bohong
yang disebarkan secara berantai). Bukan dari Kominfo dan bukan pula dari kalangan
Pemerintah daerah, TNI ataupun Polri. Tapi murni dari orang yang tidak bertanggung
jawab. Entah apa maksud dan motivasinya.
Saat itu, hampir sebagian masyarakat berprasangka, ini pasti kerjaan rekan-rekan Polisi
dalam rangka menjaga ketertiban negara. Dengan menyebarkan berita HOAX seperti ini,
niscaya akan banyak masyarakat yang mulai pikir-pikir atau bahkan tidak akan
meneruskan pesan atau gambar yang bernada penghinaan tersebut. Sehingga postingan
viral (berantai dan menyebar dengan sangat cepat), bisa dihambat atau bahkan dihentikan.
Lagi-lagi, pihak kepolisian juga membantah pesan ini. Mereka merasa tidak pernah
menyebarkannya, baik melalui BBM, Media Sosial, ataupun website dan blog.
Alasannya, pekerjaan rumah tangga mereka masih sangat banyak, tidak sempat
melakukan unggah status seperti itu. Hal senada juga disampaikan pihak TNI dan
insatansi lainnya. Jadi? Yah dinikmati saja penyebarannya.
Karena apapun itu, selama bernada menghina atau merendahkan seseorang, adalah tidak
baik. Bukankah semua agama mengajarkan kepada kita semua untuk menyebarkan pesan
atau berita hanya yang baik-baik saja? Maksudnya, pesan atau berita yang telah diuji
kebenarannya.
Di sisi lain, muncul situs dengan nama yang sama, http://www.polisiinternet.com dan
http://www.polisionline.com. Kedua situs ini, ternyata tidak ada sangkut pautnya dengan
instansi Kepolisian Indonesia. Dan ini memang dijelaskan dengan tegas di keduanya.
Mereka mengaku sebagai situs versifikasi untuk online store atau toko online. Dengan
memberikan jaminan ini dan itu, bahwa yang terdaftar di situsnya bukan toko penipu.
Ujung-ujungnya ya duwit. Setiap yang ingin diverifikasi, harus membayar iuran tahunan,
agar mendapat “pengakuan”. Tahu sendiri kan, tingkat penipuan di internet makin-lama
makin banyak. Hingga detik ini, sudah sangat banyak korban yang bergelimpangan, rugi
puluhan hingga ratusan juta rupiah, karena terlalu percaya dengan situs jual beli online
abal-abal.

Masyarakat Polisi Internet


Melihat sangat mudahnya melakukan penipuan melalui internet, maka sebenarnya
masyarakat sudah butuh penengah atau penghakim bidang online ini. Tentunya lengkap
dengan payung hukumnya. Kabar baiknya, negara melalui Polri telah membuat undang-
undangnya yaitu berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. : KEP/54/X/2002 tanggal 17
Oktober 2002 yaitu tentang Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Satuan Cyber Crime, yakni
unsur pelaksanaan pada Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, tugasnya
adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, terutama kegiatan
penyidikan yang berhubungan dengan teknologi informasi, telekomunikasi, serta
transaksi elektronik. Kabarnya tim ini sudah bekerja keras, salah satu hasilnya adalah
terbongkarnya kasus “Mama minta pulsa”, beberapa kasus Cybersex, Human Trafficking
yang melibatkan anak-anak melalui media sosial, dsb.
Harapan masyarakat Indonesia, agar Polri dalam hal ini SUBDIT CYBER CRIME
POLRI bisa membuat suatu sistem yang memudahkan nettizen dalam melakukan
Pelaporan Kejahatan Cyber Crime secara online, sehingga bisa mempercepat langkah
selanjutnya yaitu Pemblokiran Rekening Pelaku. Mengingat jika Korban membuat
Laporan Polisi dengan cara biasa, Waktu sekian menit Korban dalam perjalan ke Kantor
Polisi itulah yang dipergunakan oleh para Pelaku untuk mengosongkan Rekening Aspal /
Fake miliknya
Kedua, agar Personil SUBDIT CYBER CRIME POLRI bisa memaksimalkan semua
forum dan socmed yang ada sebagai sarana konsultasi, syukur kalau bisa sebagai sarana
Pembuatan Laporan Polisi (Khusus Cyber Crime) mengingat sampai saat ini TS belum
mendapat info website, akun socmed baik FB, Twitter, dll yang resmi (verified) milik
SUBDIT CYBER CRIME POLRI. Mungkin bisa membentuk sejenis "CYBER CRIME
QUICK RESPONSE UNIT"
Semoga Harapan Para Netizen Indonesia, dapat cepat terwujud. Amiin

Anda mungkin juga menyukai