Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN

TUBERCULOSIS PARU DI RUANG TERATAI


RSUD BANGIL PASURUAN

Dosen Pembimbing :
Dr. M. Sajidin, S.Kep, M.Kes

Oleh :
Ika Fitriana Rahayu. S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2022
1.2 Konsep Usia Lanjut
1.2.1 Pengertian
Usia lanjut adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun
atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu
hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial)

1.2.2 Perubahan Kondisi Fisik Usia Lanjut


Masa usia lanjut dimulai sejak seseorang menginjak usia 60 tahun, akan tetapi
proses kelainan fisik sudah dimulai sejak 40 tahun. Perubahan fisiologis yang terjadi
pada usia tersebut adalah :
1) Perubahan warna rambut karena hilangnya pigmen
2) Kelainan gigi geligi yang sering berakibat gangguan mengunyah
3) Gangguan pencernaan dan proses absorbsi makanan di dalam usus yang
menyebabkan lebih sensitif terhadap makanan pedas dan berbumbu
4) Kulit menjadi kering dan terjadi hiperpigmentasi
5) Tonus otot berkurang sehingga wajah menjadi keriput, otot lengan dan kaki
lembek.
Sejak usia tersebut akan dimulai terjadinya kelainan fisik atau gangguan
kesehatan yang merupakan tanda awal dari kelainan degeratif misalnya infeksi
seperti penyakit influenza dan diare. Selain itu sering muncul gejala-gejala penyakit
degeneratif lain seperti kencing manis, darah tinggi, kelainan kardiovaskuler. Untuk
meminimalkan kelainan yang terjadi pada usia lanjut, perlu dilakukan upaya
pencegahan sejak usia dewasa muda agar selalu mengikuti pola hidup sehat

1.2.3 Masalah-Masalah pada Usia Lanjut


1) Osteoporosis
Adalah penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang akibat
proses menua, yang dapat menyebabkan tulang menjadi kropos dan rapuh
sehingga mudah patah, hal ini terjadi karena adanya penyusutan jaringan tulang

2) Penyakit Jantung Koroner


Kelainan jantung yang disebut penyakit jantung koroner merupakan penyakit
yang banyak ditemukan pada usia lanjut. Dan ternyata penyakit jantung koroner
telah banyak ditemukan pada usia 50 tahun. Terjadinya penyakit jantung koroner
ada kaitannya dengan keadaan tekanan darah yang tinggi, tingginya kadar lemak
dalam darah, tingginya kadar gula darah, dan kelebihan berat badan
3) Kelainan Aliran Darah Ke Otak
Adalah gangguan aliran darah pada susunan saraf pusat/otak yang sering terjadi
pada usia lanjut dapat berupa perdarahan atau kekurangan aliran darah yang dapat
mengakibatkan kematian atau gejala sisa yang bersifat menetap seperti
kelumpuhan sebagian atau kedua anggota gerak dan ketidakmampuan bicara,
yang dapat menganggu aktifitas lansia

4) Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan pada usia lanjut berupa kelainan refraksi disebabkan oleh
prose sdegenratif dan bersifatnya fisiologis. Kelainan ini terjadi karena daya
akomodasi yang menurun dan disebabkan oleh perubahan tonus otot mata

5) Gangguan Fungsi Reproduksi


Gangguan reproduksi yang berkaibat pada gangguan hubungan seksual dapat
terjadi pada usia lanjut baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan
gangguan fungsi reproduksi disebabkan karena berkurangnya hormon estrogen,
sehingga vagina teras kering dan sakit bila bersenggama. Gangguan pada laki-
laki yang sering adalah masalah impotensi, gangguan ereksi dan terjadinya
pembesaran prostrat.

6) Gangguan Kesehatan Lainnya


Kecuali gangguan karena beberapa penyebab diatas, pada usia lanjut dapat terjdi
juga beberapa penyakit lainnya, seperti :
a) Gangguan pencernaan : diare, konstipasi
b) Kelainan endokrin : kecing manis
c) Kelainan tulang : rematoid artritis

1.2.4 Pembinaan Usia Lanjut


Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dalam mencakup upaya preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif melalui pendekatan yang tepat, koordinasi yang
baik dan terpadu secara teknis dan manajerial dengan tujuan mengusahakan masa tua
yang bahagia dan berguna

1.2.6 Pelayanan Usia Lanjut


1) Upaya memelihara kondisi kesehatan, dengan aktifitas fisik, kemampuan dan
mental yang mendukung antara lain melalui deteksi dini dan pemeriksaan berkala
usia lanjut olahraga dna kegiatan kerohanian serta rekreasi
2) Melakukan diagnosa dini dan pengobatan secara tepat
3) Memelihara kemandirian usia lanjut secara maksimal
4) Memberikan moral dan perhatian yang maksimal agar usia lanjut hidup tenang di
akhir hayat

1.3 Teori Penuaan


Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui penyebab penuaan atau mengapa manusia mejadi tua pada
usia yang berbeda-beda. Secara umum, teori penentuan dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu teori generic dan teori nongenetik (Pudjiastutik, 2003 : 4-5)

1.3.1 Teori Genetik


Memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi pada nukleus sel

1.3.2 Teori Hayflick


Menurut studi hayflick dan Moorehead (1961), penuaan disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya
sel dan kemunduran sel dalam organ

1.3.3 Teori Rekanaman/Crascription


Merupaan tahap awal dalam pemindahan informasi dari DNA ke sintesis
protein

1.3.4 Teori Non Genetik


Memfokuskan lokasi diluar nukleus sel, seperti organ, jaringan dan sistem

1.3.5 Teori Radikal Bebas


Karena radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom, mitokondria
dan inti melalui reaksi kimia. Hasil reaksi radikal bebas adalah turunnya aktivitas
enzim, kerusakan fungsi membran dan menyebabkan sel – sel tidak dapar regenerasi

1.3.6 Teori Autoimun


Diakibatkan oleh antibody yang bereaksi terhadap sel normal dan
merusaknya. Rekasi ini terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan
memproduksi antibody yang salah. Akibatnya antibody itu bereaksi terhadap sel
normal, disamping sel abnormal yang menstimulasi pembentukannya

1.3.7 Teori Hormonal


Donner Denkle percaya bahw apusat penuaan terletak pada otak yang
didasarkan pada studi hipotiroidisme. Hipotiroidisme dapat menjadi fatal apabila
tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan tampak,
seperti penurunan sistem kekebalan kulit, keriput dan penurunan metabolisme secara
perlahan

1.3.8 Teori Pembatasan Energi


Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi
tubuh agar tidak cepat tua. Tinggi rendahnya diet mempengaruhi perkembangan
umur dan adanya penyakit.
Selain teori genetik dan non genetik, juga terdapat teori kejiwaan sosial yang
dikutip dari keperawatan gerontik karangan Wahyudi Nugroho (2000 : 18)
Membagi teori kejiwaan sosial menjadi :
I. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
a. ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
berlangsung. Teori ini menyatakan bahjwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam suatu kegiatan sosial
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

II. Kepribadian berlanjut (continuity theori)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimilikinya

III. Teori Pembebasan (disengagement theori)


Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduruan
individu dengan lainnya. Pad alanjut usia pertama diajukan oleh Cumming and
Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mul;ai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (Triple Loos), yakni :
a. Kehilangan peran (Loos of Role)
b. Hambatan kontak social (Restriction of Contacts and relation Ships)
c. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values)
1.4 Program Pelayanan Kesehatan Lansia Di Puskesmas
Kebijakan, target/sasaran dan indikator keberhasilan, serta kegiatan program
di Puskesmas tentang masalah kesehatan pada penyakit Hipertenti ditekankan pada
kontrol rutin untuk menjaga tekanan darah dalam ambang yang normal.

1.5 Konsep Penyakit


1.5.1 Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansjoer, dkk.
2001)

1.5.2 Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensu esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angientesin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyabab seperti penggunaan estrogen,


penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan
ayndrom cushing, feokromosition, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dll

1.5.3 Manifestasi Klinis


Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.
Muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain
yang sering timbul adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa
berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing

1.5.4 Panatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskuler dan moratalitas serta mordibitas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg
dan tekanan distolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Dapat di
capai dengan modifikasi gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi.
BAB II
LAPORAN KASUS

II. Pengkajian
A. Data Umum
1. Nama (KK) : Tn. Karji
2. Umur : 80 tahun
3. Alamat : Desa Kembangbilo RT.02 / RW.03 Pasrepan
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Tani
6. Komposisi Keluarga :
Hubungan
N Se Umu Pendi- Peker- Status
Nama Dengan
o x r dikan jaan Kesehatan
KK
1 Tn. Karji L KK 80 th SD Tani Sehat
Ny.
2 P Istri 75 th SD IRT Sakit
Tasminah
Anak
3 Taslim L 30 th SMA Pabrik Sehat
kandung
4 Aminah P Menantu 27 th SMP IRT Sehat
5 By. Zahro P Cucu 2th - - Sehat

7. Genogram

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Balita 2 tahun
: Satu rumah
8. Tipe Keluarga : Keluarga Besar

9. Suku Bangsa : Madura / Indonesia

10. Agama : Islam

11. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Ekonomi keluarga cukup, anak ikut membantu bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.

12. Aktifitas Rekreasi Keluarga


Keluarga tidak pernah berekreasi, hanya di rumah dan menonton TV.

III. Riwayat dan Tahap Perkembangan


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Ny.T pernah menderita TBC, sudah berobat 6 bulan dan dinyatakan sembuh,
tetapi empat bulan yang lalu klien mengatakan batuk ada darahnya.

2. Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Keluarga pernah memeriksakan Ny.T ke puskesmas sehingga terpenuhi
dalam hal pengobatannya tetapi untuk pencegahan penularan klien dan
keluarga belum tahu sehingga belum terpenuhi

3. Riwayat Keluarga
Ny.T mengalami gejala-gejala TBC seperti batuk ada darah, berat badan
menurun.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Keluarga mengatakan sebelumnya tidak ada yang menderita penyakit TBC.

IV. Pengkajian Keluarga


1. Karakteristik Rumah
Luas rumah + lebar 7 m x panjang 12 m terdiri dari 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, kandang di belakang rumah
Tipe bangunan adalah semi permanen dan berlantai keramik, sumber
air yang digunakan Sumur Bor, kebiasaan masak menggunakan kompor gas
Denah rumah :

8 6 Ket :
1. Teras
7 5 4 2. Ruang Tamu
3. Kamar Tidur
4. Kamar Tidur
8 3 5. Ruang tengah
2 6. Ruang Belakang
7 Dapur
1 8. Kandang

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Jarak antar rumah didesa ini berdekatan sehingga interaksi dengan tetangga
berjalan lancar, namun keluarga sering berinteraksi dengan tetangga yang
terdekat dengan rumahnya

3. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Ny.T mengatakan bahwa berkumpul dengan keluarga, menonton TV, di
rumah tetangga dan mengobrol dengan tetangganya.

4. Sistem Pendukung Keluarga


Ny “R” mengatakan bahwa dia berobat di Puskemas

V. Struktur Keluarga
1. Pola Komukasi Keluarga
Antar anggota keluarga saling memperhatikan satu sama lain anggota
keluarga, saling memberi informasi satu sama lain dengan menggunakan
bahasa jawa

2. Struktur Kekuatan Keluarga


Keluarga dalam memecahkan masalah dengan cara berdiskusi dengan seluruh
anggota keluarga dan dalam mengambil keputusan dengan cara musyawarah
bersama

3. Struktur Peran Keluarga


Tn. Karji berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah di Bantu
anaknya Tn. “T”. Ny.T sebagai ibu rumah tangga dan menantunya Ny. “A”
merawat cucunya By.Z. karena Ny.T sudah lansia hanya membantu
membersihkan sekitar rumah dengan menyapu
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan nilai ajaran
yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat

VI. Fungsi Keluarga


1. Fungsi Afektif
Keluarga mengatakan sudah tahu tentang penyakit TBC yang dideritanya
Ny.T tetapi dikira sudah sembuh karena sudah pernah berobat selama enam
bulan

2. Fungsi Sosialisasi
Dalam keluarga berinteraksi dengan orang lain seperti biasa

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga sudah tahu tentang penyakit TBC, tetapi tidak tahu cara
penularannya
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat
Keluarga sudah memeriksakan Ny ”R”ke fasilitas kesehatan atau Rumah
sakit
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga menganjurkan minum obat secara teratur

d. Kemampuan memelihara lingkungan rumah yang sehat


Keluarga belum mengetahui upaya pencegahan TB paru ditandai dengan
rumah pencahayaan kurang, jendela tertutup, penderita TB dan anggota
keluarga tidak menggunakan masker

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di


masyarakat
Keluarga sudah tahu bila ada anggota yang sakit berobat ke faskes
terdekat yaitu puskesmas

4. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang di miliki 1 orang anak laki-laki

5. Fungsi Ekonomi
Keluarga berobat dengan biaya bpjs pemerintah atau PBI
VI. Stress dan Koping Keluarga
1. Stresor Jangka Pendek dan Panjang
a. Stress jangka pendek yaitu cemas dengan adanya darah saat batuk
b. Stress jangka panjang yaitu stressor cemas dengan adanya rencana
pengobatan dengan waktu yang lama

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi / Stressor


Keluarga menyarankan untuk berobat ke puskemas

3. Strategi Yang Digunakan


Keluarga mengobati penyakitnya dengan periksa ke puskesmas atau mantra
terdekat

4. Strategi Adaptasi Disfungsional


Keluarga tidak pernah membahas masalah yang diderita, karena sudah pernah
berobat

VII. Aktivitas Hidup Sehari-Hari


Pola Makan : 3 x sehari
Nutrisi : Nasi, sayur-sayuran, ikan laut, tahu, tempe. Kebiasaan
memasak pedas dan asin
Istirahat dan Tidur : Ny.T mengatakan tidak ada kesulitan dalam istirahat dan
tidur
Aktivitas : Pagi hari Ny.T biasanya memasak dan mengasuh cucunya
bila saatnya musim tanam dan panen Ny.T membantu
suaminya di sawah, bila malam menonton TV bersama
keluarganya

VIII. Pemeriksaan fisik


TD : 140/90 mmHg
N : 90x /menit
RR : 28x /menit
Postur Tubuh : Kurus
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal

IX. RIWAYAT KESEHATAN


Keluhan yang dirasakan saat ini :
Batuk, Panas, Sesak
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :
Batuk, Sesak

Penyakit saat ini :


TB Paru

Kejadian penyakit 3 bulan terakhir :


Tidak ada

X. STATUS FISIOLOGIS

Bagaimana postur tulang belakang lansia :


Tegap
Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu : 37.2oC
(2) Tekanan darah : 140/90 mmhg
(3) Nadi : 90 x/menit
(4) Respirasi : 26 x / menit
(5) Berat badan : 50kg
(6) Tinggi badan : 155 cm

XI. PENGKAJIAN HEAD TO TOE


1.Kepala :
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : batuk, sesak, meriang
2. Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus: ya/tidak
Penglihatan : Kabur/tidak
Peradangan : Ya/tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, Jelaskan : …………………………………………
Penggunaan kacamata : ya/tidak
3. Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman: terganggu/tidak
Jika ya, jelaskan : ………………………………………….
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak, ompong/tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah : ya/tidak
Kesulitan menelan: ya/tidak
5. Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan : ………………………………………..
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ………………………………………………..
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak
7. Dada
Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
8. Abdomen
Bentuk : distend/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak, frekwensi : 20-23 kali/menit
Massa : ya/tidak,
9. Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
Haemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak
10. Ekstremitas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kekuatan otot
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Postur tubuh : skoliosis/lordosis/tegap (normal)
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak, jelaskan …………………………………………
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis : ………………………………

Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
achiles + +
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen
Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : Kering/lembab

Gangguan pada kulit: ya/tidak, jelaskan ………………………………….

XII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap dengan kedatangan petugas kesehatan dapat membantu
menjelaskan cara pencegahan dan cara penularan penyakit TBC

XIII. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 Data Subyektif :
- Keluarga mengatakan Ny.T 1 Ketidaktahuan Defisit Pengetahuan
minggu lalu batuk ada darah keluarga dalam
- Keluarga mengatakan tidak tahu mengenal masalah
cara mengatasi keluhan yang pada penyakit TB
dialami Ny.T sehingga Paru
menyarankan pergi ke Kurang terpapar
puskesmas informasi
- Keluarga belum mengetahui Ketidaktahuan
upaya pencegahan TB paru menemukan
ditandai dengan rumah sumber informasi
pencahayaan kurang, jendela
tertutup, penderita TB dan
anggota keluarga tidak
menggunakan masker
-
Data Obyektif :
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi: 80x /mnt
- Terlihat pucat, badan kurus
- Mengasuh cucu yang masih
balita
Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga dalam
mengenal masalah pada penyakit TB Paru dibuktikan dengan keluarga belum
mengetahui upaya pencegahan TB Paru dan anggota keluarga tidak menggunakan
masker
PENGHITUNGAN SKOR

Kriteria Penghitungan Skor


1. Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3
- Ancaman kesehatan

2. Kemungkinan masalah dapat ½x2 1


diubah
- Sebagian

3. Potensial masalah untuk 3/3 x 1 1


dicegah
- Tinggi

4. Menonjolnya Masalah 2/2 x 1 ½


- Masalah berat harus segera
ditangani

Total 3 2/3
PERENCANAAN TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawtan Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
setelah 1) Perilaku sesuai 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1 Defisit pengetahuan Keluarga dapat Dapat dilakukan anjuran meningkat menerima informasi Terapeutik
berhubungan dengan mengenali mengidentifi asuhan 2) Kemampuan 2. Sediakan materi dan media pendidikan
keperawatan menjelaskan kesehatan
ketidaktahuan keluarga penularan kasi adanya selama 1x 30 pengetahuan tentang 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
dalam mengenal masalah penyakit TB kekambuhan menit suatu topik meningkat kesepakatan
diharapkan 3) Kemampuan
pada penyakit TB Paru paru serta penyakit TB tingkat 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
menggambarkan
5. Gunakan pendekatan promosi kesehatan
pencegahannya paru di dalam pengetahuan pengalaman
dengan memperhatikan pengaruh dan
pasien sebelumnya yang
anggota meningkat sesuai dengan topik hambatan dari lingkungan, sosial serta budaya.
dengan kriteria meningkat 6. Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha
keluarganya
hasil : 4) Perilaku sesuia positif dan pencapaiannya Edukasi
dengan pengetahuan 7. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
meningkat 8. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
9. Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan
sehari hari
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN EVALUASI

Diagnosa Keperawtan Tujuan


No Implementasi Evaluasi
Keluarga Umum Khusus
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1 Defisit pengetahuan Meningkatkan Menambah menerima informasi Terapeutik 1. Keluarga mampu menyebutkan tentang
berhubungan dengan pengetahuan pengetahuan 2. Sediakan materi dan media penyakit, pencegahan dan penularan TB
pendidikan kesehatan
ketidaktahuan keluarga keluarga keluarga tentang paru
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
dalam mengenal masalah tentang penyakit TB paru; sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Keluarga dapat mencegah hal-hal yang
pada penyakit TB Paru kekambuhan cara pencegahan
5. Gunakan pendekatan promosi bisa menyebabkan komplikasinya
penyakit TB dan penularan TB kesehatan dengan memperhatikan
paru paru pengaruh dan hambatan dari 3. keluarga dapat melakukan perawatan pada
lingkungan, sosial serta budaya.
Berikan pujian dan dukungan terhadap salah satu anggotanya yang terkena TB
usaha positif dan pencapaiannya paru
Edukasi
6. Jelaskan penanganan masalah
kesehatan
7. Informasikan sumber yang tepat yang
tersedia di masyarakat
8. Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari hari
9. Anjurkan menggunakan faskes terdekt

Anda mungkin juga menyukai