Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/ Vol.

3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

PENGARUH METILPREDNISOLON TERHADAP


KENAIKAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH
(RATTUS NORVEGICUS)
Windi Astuti1, Sukmawati Broow2
1
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan, Institut Kesehatan dan Teknologi Graha
Medika, Jalan Siswa, Kelurahan Mogolaing, Kotamobagu
2
Program Studi D3 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kotamobagu

* Corresponding email : windiastuti0495@gmail.com

ABSTRAK
Metilprednisolon merupakan salah satu obat kortikosteroid yang temasuk dalam golongan
glukokortikoid sintetik. Metilprednisolon memiliki efek imunosupresif serta antiinflamasi yang
cukup potensial dalam mengobati bermacam peradangan penyakit. Bersamaan dengan efek
antiinflamasinya, metilprednisolon dibebani oleh sekian banyak efek samping salah satunya adalah
hiperglikemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metilprednisolon terhadap
kenaikan kadar glukosa darah tikus putih.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre and posttest control
group design. Sebanyak 15 ekor tikus jantan dibagi acak menjadi 5 kelompok,. Kelompok 1 (K1)
kontrol negatif Na CMC 1%, kelompok 2 (K2) kontrol positif sukrosa, kelompok 3 (K3)
metilprednisolon dosis 0,072 mg/200grBB, kelompok 4 (K4) metilprednisolon dosis 0,144
mg/200grBB, kelompok 5 (K5) metilprednisolon dosis 0,288 mg/200grBB. Hasil analisis
menggunakan uji One Way Anova pada masing-masing kelompok perlakuan K1,K2,K3,K4,K5
menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa metilprednisolon dosis 4-16 mg berpengaruh dalam meningkatkan kadar glukosa darah tikus
putih.
Kata kunci: Metilprednisolon, kadar glukosa darah, tikus putih

ABSTRACT
Methylprednisolone is one of the corticosteroid drugs included in the group of synthetic
glucocorticoids. Methylprednisolone has immunosuppressive and anti-inflammatory effects that are
quite potential in treating various inflammatory diseases. Along with its anti-inflammatory effects,
methylprednisolone is burdened by many side effects, one of which is hyperglycemia. The purpose
of this study was to find out the influence of methylprednisolone on the increase in blood glucose
levels of white rats.
This research is experimental research with pre and posttest control group design design. A
total of 15 male rats were randomly divided into 5 groups,. Group 1 (K1) negative control Na CMC
1%, group 2 (K2) positive control of sucrose, group 3 (K3) methylprednisolon dose 0.072
mg/200grBB, group 4 (K4) methylprednisolone dose 0.144 mg/200grBB, group 5 (K5)
methylprednisolon dose 0.288 mg/200grBB. The results of the analysis using One Way Anova test
in each treatment group K1, K2, K3, K4, K5 showed a meaningful difference (p<0.05). Based on
the results of the study it can be concluded that methylprednisolone dose 4-16 mg has an effect in
increasing blood glucose levels of white rats.

Keywords: Methylprednisolone, blood glucose levels, white rats

E-ISSN : 2657-2400 -58-


P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/ Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

1. PENDAHULUAN
Kortikosteroid terutama golongan glukokortikoid sudah teruji menjadi obat antiinflamasi serta
imunosupresif yang ampuh, golongan glukokortikoid mulai digunakan untuk tujuan teraupetik di
pertengahan abad ke-20 serta hingga saat ini digunakan dalam penyembuhan banyak penyakit (Suh
dan Park, 2017). Kortikosteroid sudah digunakan secara luas dalam bermacam keadaan baik akut,
ataupun kronis. Oleh karena itu, masyarakat menggunakannya secara bebas tanpa memperhatikan efek
berbahaya dari kortikosteroid jika digunakan secara tidak bijak (Muslikah dan Susilowati, 2016).
Kortikosteroid merupakan kelompok hormon steroid yang diproduksi oleh kelenjar adrenal.
Kelenjar adrenal yang memproduksi hormon steroid terdiri atas korteks dan medula. Kelenjar adrenal
memproduksi dua jenis hormon steroid diantaranya hormon glukokortikoid dan mineralkortikoid yang
keduanya mempunyai pengaruh masing-masing. Glukokortikoid memiliki pengaruh dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mineralkortikoid berpengaruh terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Glukokortikoid juga terbagi atas dua bagian yakni
glukokortikoid hormon yaitu kortisol atau hidrokortison dan glukokortikoid sintetik yaitu prednisolon,
metilprednisolon, prednisone, dexametason dan triamsinolon (Dewi, 2017).
Metilprednisolon merupakan salah satu obat kortikosteroid yang temasuk dalam golongan
glukokortikoid sintetik. Metilprednisolon memiliki efek imunosupresif serta antiinflamasi yang cukup
potensial dalam mengobati bermacam peradangan penyakit seperti penyakit seperti gangguan
endokrin, gangguan rematik, penyakit kulit, alergi, kongjungtivitas alergi, gangguan dermatologi,
udema, penyakit neoplastik dan lain sebagainnya (Kasim, dkk. 2018). Bersamaan dengan efek
antiinflamasinya, metilprednisolon dibebani oleh sekian banyak efek samping, antara lain mual dan
muntah, penambahan berat badan, gastritis, sakit kepala, katarak, osteoporosis, hiperglikemia, nafsu
makan menurun (Rifaldi, 2016). Salah satu efek samping yang ditimbulkan dari metilprednisolon
adalah peningkatan kadar glukosa darah atau biasa disebut dengan keadaan hiperglikemia.
Metilprednisolon menyebabkan hiperglikemia dengan cara meningkatkan glukoneogenesis pada hati
juga menghambat kerja dari insulin (Ginting, dkk. 2012). Disamping itu, penelitian yang dilakukan
oleh Srinivas (2011) mengenai pengaruh metilprednisolon oral terhadap gula darah terdapat hasil yang
membuktikan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada gula darah setelah pemberian
metilprednisolon secara per oral. Berdasarkan ulasan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai pengaruh pemberian metilprednisolon terhadap kenaikan kadar glukosa darah tikus putiih
(Rattus Norvegicus).

2. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : glukometer (Autocheck®), timbangan analitik
(Osuka®), jarum oral (sonde), spuit injeksi 1 ml dan 3 ml, stopwatch, kandang tikus, masker, sarung
tangan, timbangan hewan (Acis®), gelas kimia (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), batang pengaduk, botol
semprot, lumpang dan alu. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah : Metilprednisolon 4 mg
(Beta Pharmacon), Na CMC, sukrosa, aquadest, alkohol swab.

PROSEDUR PENELITIAN
Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji tikus putih (Rattus norvegicus) dengan berat badan berkisar 100-200 gram, dan berjumlah
sebanyak 15 ekor tikus dipelihara didalam kandang. Tikus putih diadaptasikan selama 1 minggu
dengan tujuan meminimalisir efek stres pada tikus putih yang bisa berpengaruh pada metabolisme
tubuh dan dapat mengganggu penelitian karena berada pada lingkungan yang baru. Selama proses
adaptasi berlangsung tikus tetap diberi makan dan minum secukupnya.

E-ISSN : 2657-2400 -59-


P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/ Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%


Timbang 1 gram Na CMC sesudah itu masukan Na CMC yang telah ditimbang kedalam mortar
kemudian masukan 50 ml aquadest panas kemudian aduk sampai terbentuk massa gel transparan.

Pembuatan Suspensi Metil prednisolon


a. Dosis I
Timbang metilprednisolon yang telah dihaluskan sebanyak 32,76 mg kemudian dimasukan
kedalam 20 ml Na CMC dan diaduk sampai tercampur rata
b. Dosis II
Timbang metilprednisolon yang telah dihaluskan sebanyak 65,52 mg kemudian dimasukan
kedalam 20 ml Na CMC dan diaduk sampai tercampur rata
c. Dosis III
Timbang metilprednisolon yang telah dihaluskan sebanyak 131,04 mg kemudian dimasukan
kedalam 20 ml Na CMC dan diaduk sampai tercampur rata

Pembuatan Larutan Sukrosa


Jumlah sukrosa yang akan digunakan, dihitung sesuai dengan berat badan dari masing-masing tikus
yang akan digunakan, setelah itu larutkan kedalam aquadest sebanyak 2,5 ml dan diaduk sampai
homogen kemudian diambil sesuai volume yang telah dihitung selanjutnya diberikan ke tikus secara
per oral (Togubu, S. dkk. 2013).

Perlakuan pada Hewan Coba


Tikus putih sebanyak 15 ekor terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam. Sesudah itu, diukur kadar
gula darah awal sebelum diberi perlakuan dengan cara memotong sedikit ujung ekor tikus putih
kemudian darah yang keluar diteteskan pada strip glukosa untuk dibaca kadar gulanya menggunakan
glukometer. Namun sebelumnya ekor tikus putih dibersihkan terlebih dahulu dengan alcohol swab
Setelah diukur kadar glukosa darah awal pada semua hewan coba, selanjutnya diberikan perlakuan
sesuai kelompok masing-masing. Kelompok 1 diberikan kontrol negatif Na CMC 1%, Kelompok 2
diberikan kontrol positif sukrosa dosis 1125 mg/200gBB, Kelompok 3 metilprednisolon dengan dosis
0,072 mg /200grBB, Kelompok 4 diberikan metilprednisolon dengan dosis 0,144 mg /200grBB, dan
Kelompok 5 diberikan metilprednisolon dengan dosis 0,288 mg /200grBB secara per oral. Selanjutnya,
diukur kembali kadar glukosa darah tikus putih pada setiap kelompok setiap 1 jam selama 3 jam. Tikus
putih dikatakan mengalami hiperglikemia jika memilki kadar glukosa darah diatas 127 mg/dL.

Analisis Data
Data hasil penelitian yang dipeoleh akan dianalisis menggunakan uji Shapiro wilk untuk melihat
distribusi data dan untuk melihat homogenitas data digunakan uji Leavene Test. Apabila data
terdistribusi normal dan homogen selanjutnya dilakukan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post
Hoc menggunakan SPSS 16.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil rata-rata pengukuran kadar glukosa darah tikus putih yang disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rata-rata Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus Putih
Kadar Gula Darah Tikus (mg/dL)
Perlakuan Replikasi Jam
Awal/Puasa
1 2 3
1 52 52 53 55
Kontrol Negatif 2 49 49 50 51
(K1) 3 23 24 38 33
Rata-rata 41,33 41,66 47 46,33
E-ISSN : 2657-2400 -60-
P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/ Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

1 23 69 78 90
Kontrol Positif 2 25 84 87 93
(K2) 3 58 87 91 95
Rata-rata 35,33 80 85,33 92,66
1 58 93 97 103
2 61 97 102 111
Dosis I (K3)
3 64 98 270,22 107
Rata-rata 61 96 99.5 107
1 52 93 103 111
2 64 97 107 119
Dosis II (K4)
3 45 90 100 107
Rata-rata 53,66 93,33 103,33 112,33
1 44 96 103 119
2 45 98 117 121
Dosis III (K5)
3 47 98 109 133
Rata-rata 45,33 97,33 109,66 124,33
Keterangan:
K1: Kelompok kontrol negatif (Na CMC 1%)
K2: Kelompok kontrol positif (Sukrosa dosis 1125 mg/ 200 g BB/ 2 ml peroral)
K3: Kelompok metilprednisolon dosis 1 (0,072 mg/ 200 g BB/ 2 ml peroral)
K4: Kelompok metilprednisolon dosis 2 (0,144 mg/ 200 g BB/ 2 ml peroral)
K5: Kelompok metilprednisolon dosis 3 (0,288 mg/ 200 g BB/ 2 ml peroral)

Gambar 3.1 Grafik Peningkatan Kadar Glukosa Darah kelompok kontrol negatif, kontrol positif,
metilprednisolon dosis I, metilprednisolon dosis II, dan metilprednisolon dosis III

E-ISSN : 2657-2400 -61-


P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

Gambar 3.1 menunjukan hasil bahwa secara keseluruhan pada tiap-tiap kelompok terjadi
peningkatan kadar glukosa darah. Kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan Na CMC
menunjukan rata-rata kenaikan kadar glukosa darah paling rendah dibandingkan kelompok
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena Na CMC tidak mengandung zat aktif yang bisa
meningkatkan kadar glukosa darah (Dewi, 2017). Kelompok kontrol negatif (Na CMC) juga
mengalami sedikit kenaikan pada jam ke-1 dan ke-2 namun pada jam ke-3 mengalami penurunan.
Peningkatan yang terjadi pada kelompok kontrol negatif kemungkinan dipengaruhi oleh stress
seperti trauma, ketakutan, infeksi dan lain sebagainya yang memicu terjadinya peningkatan
(Katzung, 2010). Penurunan yang terjadi pada jam ke-3 disebabkan karena beragamanya respon
obat pada setiap individu atau hewan uji yang berbeda (Kamila, 2017). Hal yang tidak stabil ini
menunjukan bahwa Na CMC tidak memilki efek dalam menaikan kadar glukosa darah tikus putih.
Kelompok kontrol positif yang diberikan sukrosa menunjukan peningkatan kadar glukosa
darah pada setiap jam. Peningkatan kadar glukosa darah pada kelompok kontrol positif mulai
terlihat pada jam ke-1 dengan hasil rata-rata peningkatan kadar glukosa darah yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol negatif pada jam yang sama. Kadar glukosa darah terus mengalami
peningkatan hingga jam ke-3. Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan karena sukrosa yang
dikonsumsi akan dicerna menjadi glukosa oleh saluran pencernaan yang kemudian akan dimasukan
kedalam aliran darah. Konsumsi glukosa yang berlebih menyebabkan sel beta tidak dapat berfungsi
secara optimal dalam menghasilkan hormon insulin hal ini kemudian akan menyebabkan respon
tingginya kadar glukosa dalam darah (Togubu, dkk. 2013). Berdasarkan hasil uji statistik post hoc,
dari hasil penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol positif sukrosa
dengan kontrol negatif NaCMC dilihat dari rata-rata kenaikan kadar glukosa darah yang didapatkan
kelompok kontrol negatif lebih rendah yang berarti bahwa sukrosa mempunyai efek peningkatan
kadar glukosa yang baik.
Kelompok perlakuan yang diberikan metilprednisolon dengan tiga variasi dosis berbeda
juga menunjukan peningkatan kadar glukosa darah pada jam ke-1 hingga jam ke-3. Ketiga variasi
dosis metilprednisolon mempunyai rata-rata peningkatan kadar glukosa darah yang berbeda seiring
bertambahnya dosis. Keadaan dimana terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang berbeda pada
ketiga kelompok ini menunjukan bahwa terdapat pula perbedaan efek peningkatan pada ketiga
dosis yang berbeda. Menurut Nurihardiyanti (2015) bahwa semakin meningkatnya dosis maka efek
yang ditimbulkan juga sebanding sesuai dengan pertambahan dosis. Keseluruhan data rata-rata
peningkatan kadar glukosa darah digunakan untuk menghitung persetase kenaikan kadar glukosa
darah yang dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Persentase Rata-rata Kenaikan Kadar Glukosa Darah
Jam
Perlakuan
Ke-1 Ke-2 Ke-3
Na CMC (K1) 15.19% 24.80% 23.74%
Sukrosa (K2) 48.33% 51.56% 55.40%
Dosis I (K3) 36.40% 38.70% 42.99%
Dosis II (K4) 42.50% 48.06% 52.23%
Dosis III (K5) 53.42% 58.66% 63.54%
Nilai persentase rata-rata kenaikan kadar glukosa darah pada tabel 3.2 menunjukan bahwa
kelompok kontrol negatif memiliki nilai persentase paling rendah dibandingkan kelompok lain. Hal
ini menunjukan bahwa pemberian Na CMC tidak memiliki pengaruh dalam meningkatkan kadar
glukosa darah. Kelompok kontrol positif yang diberikan sukrosa mengalami peningkatan kadar
glukosa darah pada jam ke-1 dengan persentase sebesar 48,33% dan terus mengalami peningkatan
sampai jam ke-3 sebesar 55,40%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Togubu (2013)
bahwa tikus yang diberikan sukrosa dosis 5625mg/KgBB bisa meningkatkan kadar glukosa darah
dengan kenaikan >50%.
Persentase rata-rata kenaikan kadar glukosa darah pada tabel 3.2 menunjukan bahwa
kelompok metilprednisolon dosis III memiliki persentase rata-rata kenaikan kadar glukosa darah
paling tinggi pada jam ke-3 yaitu sebesar 63,54% dibawah persentase peningkatan kadar glukosa

E-ISSN : 2657-2400 -62-


P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

darah yang dihasilkan sukrosa. Hal ini terjadi karena metilprednisolon meningkatkan pengambilan
asam-asam dari otot yang kemudian dibawa ke hati. Akibatnya, semakin banyak asam amino yang
tersedia dalam hati untuk proses glukoneogenesis. Oleh karena itu, akan terjadi peningkatan
pembentukan glukosa yang akibatnya bisa menaikan kadar glukosa darah. (Ginting, Zulaini, &
Zulfachri, 2012).
Hasil rata-rata pengukuran kadar glukosa yang didapat pada setiap jam selama 3 jam
perlakuan terus mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena semakin lama obat berada dalam
tubuh maka semakin banyak obat akan terserap dan memberikan efek sehingga hasil yang
ditimbulkan juga lebih maksimal. Efek obat lebih maksimal terlihat ketika masih dalam rentang
waktu paruh karena setelah melewati waktu paruh efek obat akan berkurang 50%. Metilprednisolon
didistribusikan secara cepat setelah pemberian dosis oral, dengan waktu paruh plasma 3 sampai 3,5
jam (Sweetman, S, 2009).
Hasil analisis statistik uji ANOVA rata-rata kenaikan kadar glukosa darah pada semua
kelompok menunjukan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dan homogen dengan nilai p=0,37.
Uji ANOVA satu arah dengan hasil p=0,00 yang menunjukan bahwa rata-rata kenaikan kadar
glukosa darah pada semua kelompok berbeda signifikan dan menolak H 0. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noyin (2018) bahwa terdapat hasil yang signifikan
pada pemberian prednisolon secara oral pada tikus putih yang berarti prednisolon bisa
meningkatkan kadar glukosa darah. Setelah dilakukan uji anova kemudian dilanjutkan dengan uji
post hoc untuk melihat kelompok mana yang memilki perbedaan.
Hasil uji post hoc menunjukan adanya perbedaan antara kelompok kontrol negatif dengan
kontrol postitif, metilprednisolon dosis I, metilprednisolon dosis II, dan metilprednisolon dosis III
(p<0,05). Berdasarkan hasil uji statistik pada kelompok kontrol positif dan kelompok
metilprednisolon berbagai variasi dosis didapatkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05). Hal ini
berarti bahwa kelompok kontrol positif dan kelompok metilprednisolon berbagai variasi dosis
mempunyai efek yang sama dalam menaikan kadar glukosa darah. Sedangkan kelompok uji dosis
1, dosis 2, dan dosis 3 tidak menujukan hasil yang signifikan yang berarti ketiga kelompok ini tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna, karena ketiga kelompok dosis ini mempunyai kesamaan
kenaikan kadar glukosa darah berdasarkan statistik. Hal ini disebabkan karena pemberian
metilprednisolon hanya sekali sehingga efek dari berbagai variasi dosis ini masih belum maksimal
terlihat perbedaannya (Putri, 2016)

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian laboratorium yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa metilprednisolon dosis 0,072 mg, 0,144 mg dan 0,288 mg/200grBB secara per oral dapat
meningkatkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan jangka waktu yang lebih lama dan dengan
hewan uji jenis kelamin betina untuk melihat apakah ada perbedaan respon jaringan terhadap
metilprednisolon pada tikus betina.

UCAPAN TERIMA KASIH


Dengan selesainya penyusunan jurnal ilmiah ini tidak lepas dari peran dan kerja sama dengan
berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini dan penyusunan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bonaventura, A., dan Montecucco, F. (2018). Steroid-induced hyperglycemia: an underdiagnosed
problem or clinical inertia? A narrative review. Diabetes Research and Clinical Practice , 1-
48.

E-ISSN : 2657-2400 -63-


P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

Dewi, R. (2017). Uji Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol Daun Sintrong (Crassocephalum
Crepidioides (Benth.) S. Moore) Dengan Metode Randall Selitto Dan Writhing Test. Skripsi.
Surakarta : Universitas Setia Budi

El farah, P. M. (2017). Pengaruh Pemberian Ekstrak daun Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K)
Terhadap Pengaruh Penurunan Kadar Malondialdehis (MDA) Serum Tikus Putih ( Rattus
norvegicus) Strain Wistar Yang Diinduksi Aloksan. Karya Tulis Akhir. Semarang :
Universitas Muhammadiyah

Firgiansyah, A. (2016). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Menggunakan Spektrofotometer dan


Glukometer. Skripsi . Semarang : Universitas Muhammadiyah

Ginting,A., Zulaini., Zulfachri. (2012). Doping Glukokortikoid. Jurnal Kedokteran. Medan :


Universitas Negeri Medan

Handayani, A. I. (2018). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kelor (M. Oleifera) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus) Hiperglikemia. Tesis. Makassar : Universitas
Hasanuddin

Hidayati, S. (2020). Potensi Ekstrak Mikroalga Spirulina platensis sebagai Antidiabetes pada
Drosophila melanogaster yang Diinduksi Sukrosa Skripsi. Bandung : UIN Sunan Gunung
Djati

Kasim,F. (2018). ISO Informasi Spesialite Obat Volume 51-Tahun 2017 s/d 2018 (Vol. 51). Jakarta,
Indonesia: Isfi penerbitan.

Mufidah, Z. (2016). Perbedaan Kadar Glukosa darah Puasa Antara Bidan Yang Bekerja Shift dan
Non-Shift Di RSUD Soetomo Surabaya. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga

Muslikah dan Susilowati. (2016). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Ketepatan Penggunaan
Obat Kortikosteroid secara Swamedikasi Pada Masyarakat yang Berkunjung Di Apotek Kota
Malang. Jurnal Farmasi. Malang : Akademi Farmasi Putera indonesia Malang

Nurhardiyanti. (2015). Aktivitas Diuretik Kombinasi Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L) dan
Biji Salak (Salacca zalacca varietas zalacca (Gaert) Voss) pada Tikus Jantas Galur Wistar
(Rattus norvegicus L). Jurnal Farmasi. Palu: Universitas Tadulako

Paramitha, N. C. (2017). Pengaruh Ekstrak daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Perubahan
Diameter Sel Langerhans Mencit (Mus musculus) Hiperglikemia yang Di Induksi Aloksan.
Karya Tulis Akhir. Semarang : Universitas Muhammadiyah

Perez, H., Flores, D., & Gutierrez, R. (2015). Steroid hyperglycemia: Prevalence, early detection
and therapeutic recommendations: A narrative review. World Journal of Diabetes , Vol 6, 1-
10.

Putri, D. A. (2016). Profil Penggunaan Kortikosteroid Pada kasus Sudden Hearing Loss (SHL) (
Studi di Poli Audiologi RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Skripsi . Surabaya : Universitas
Airlangga

Rachmawati, N. (2015). Gambaran Kontrol dan Kadar Gula darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. Skripsi. Semarang :
Universitas Diponegoro

E-ISSN : 2657-2400 -64-


P-ISSN : 2747-2744
JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No.2/Vol.3
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Desember, 2021]

Rifaldi, M. (2016). Efek Pemberian Metilprednisolon Oral terhadap gambaran Histopatologik Hati
Tikus Wistar (Rattus norvegicus L). Jurnal Kedokteran. Manado: Universitas Sam Ratulangi

Sembiring, H. D. (2019). Penggunaan Obat Kortikosteroid Di Ruang Perawatan Anak Rawat Jalan
RSUD Deli Serdang. Karya Tulis Ilmia . Medan. Program Studi D3 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia

Setiawan, R. (2015). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibicus sabdariffa L)
terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi
Aloksan. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Suh, S., dan Park, M. K.. (2017). Glucocortiocoid-Induced Diabetes Mellitus: An Important but
Overlooked Problem. Endocrinology and Metabolism , 1-10.

Srinivas. (2011). The Effect of MethylPrednisolone Pulse on Blood Sugar. Tesis. India:
Departementof Dermatology & Leprosy PSG Institute of Medical Sciene & Research The
Tamilandu Dr.M.G.R. Medical University

Sweetman, S. (2009). The Complete Drug Reference Thirty-sixth edition. Chicago, London:
Parmaceutical Press

Togubu,S., Salma,N., Paendong,J., Momuat,L. (2017). Antihiperglikemik Estrak tumbuhan


Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) Terhdapa Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.).
Jurnal Ilmiah Sains. Manado : Universitas Sam Ratulangi

Triasari, T., & Pinzon, R. (2017). Penggunaan Metilprednisolon Sebagai Pereda Nyeri Pada Pasien
Punggung Bawah Akut Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Jurnal Kedokteran
Duta Wacana. Yogyakarta : Universitas Sanata Darma

Wibawa, P. (2017). Bahan Ajar Mata Kuliah Biokimia Karbohidrat. Bali : Universitas Udayana

Wirjayanti, N. (2016). Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) Potensial pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RS “X” Tahun 2015. Skripsi. Surakarta. Universitas
Muhammadiyah

Wulandari, H. (2009). Kerasionalan Penggunaan Antibiotik dan Kortikosteroid Pada aisen Anak
Rawat Jalan Di Rumah sakit Ibu dan Anak restu Jakarta Periode April-September 2008.
Skripsi. Depok. Universitas Indonesia

E-ISSN : 2657-2400 -65-


P-ISSN : 2747-2744

Anda mungkin juga menyukai