Diabetes atau penyakit gula adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang. Penyakit ini
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai normal. Diabetes terjadi
ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan
menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam
aliran darah tubuh.
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius,
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh. Contohnya organ seperti jantung,
ginjal, mata, dan saraf. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Jika dijabarkan,
berikut adalah penjelasan mengenai keduanya, yaitu:
Diabetes tipe 1: jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang
dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali.
Diabetes tipe 2: Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel-sel tubuh
pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal.
Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan
glukosa darah ke dalam sel. Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada diabetes tipe 1, gangguan ini
disebabkan sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah
menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin.
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang
seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.
Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal, tetapi insulin tidak
digunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.
Faktor Risiko Diabetes
Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena
diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena
berhubungan dengan gen tertentu.
Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di
Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya
vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit
autoimun.
Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada
anak-anak usia 10–14 tahun.
Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang
mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki
ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.
Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari diabetes tipe 2, antara lain:
Gejala diabetes akan muncul secara bervariasi pada setiap pengidapnya, tergantung akan tingkat
keparahan dan jenis yang diidap. Namun, secara umum ada beberapa gejala yang akan dialami oleh
pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2, yaitu:
Maka dari itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu atau sejumlah tersebut.
Hal ini bertujuan agar perawatan dapat segera dilakukan, sehingga risiko akan komplikasi dari diabetes
dapat terhindarkan.
Diagnosis
Dokter akan mendiagnosis diabetes pada seseorang dengan melakukan wawancara medis, yang kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jenis pemeriksaan kadar glukosa darah. Contohnya seperti, tes glukosa
puasa, tes glukosa acak dan tes A1c. Nah, berikut adalah penjabaran akan tes tersebut, yaitu:
1. Tes glukosa plasma puasa: Tes ini paling baik dilakukan di pagi hari setelah puasa delapan jam
(tidak makan atau minum kecuali seteguk air).
2. Tes glukosa plasma acak: Tes ini dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu puasa.
3. Tes A1c: Tes ini, juga disebut HbA1C atau tes hemoglobin terglikasi, untuk mengetahui kadar
glukosa darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan terakhir. Tes ini mengukur jumlah glukosa
yang melekat pada hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Mereka
yang menjalani tes ini, tidak perlu berpuasa sebelum melakukannya.
4. Tes toleransi glukosa oral: Dalam tes ini, kadar glukosa darah pertama kali diukur setelah puasa
semalam. Kemudian pasien minum minuman manis. Kadar glukosa darah pasien kemudian
diperiksa pada jam satu, dua dan tiga.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah dan urine untuk membedakan apakah
seseorang terkena diabetes tipe 1 atau 2. Nantinya, darah akan diperiksa untuk autoantibodi (tanda
autoimun bahwa imun tubuh menyerang dirinya sendiri). Sementara itu, urine akan diperiksa untuk
mengetahui adanya keton (pertanda tubuh seseorang membakar lemak sebagai suplai energinya).
Pengobatan
Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis diabetes yang kamu alami. Terapi insulin menjadi salah satu
pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe
1 yang cukup berat, transplantasi pankreas bisa dilakukan guna mengatasi kerusakan pada pankreas.
Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan. Namun, umumnya
ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes, seperti:
Jika kamu mengalami penyakit diabetes, sebaiknya atur kembali pola makan yang sehat. Fokuskan pada
asupan buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga biji-bijian. Tidak hanya itu, kamu juga perlu
mengonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung lemak
jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan.
Setiap orang tentunya membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tetap optimal. Termasuk
pengidap diabetes. Olahraga menjadi satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula
darah dengan mengubahnya menjadi energi. Kamu bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan,
seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda. Jadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas harian untuk
membantu kamu menghindari kondisi diabetes menjadi lebih buruk.
Pencegahan
Meskipun faktor risiko diabetes seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah, tapi ada faktor risiko
lain yang dapat dicegah sedari dini melalui penerapan hidup sehat. Berikut adalah beberapa langkah gaya
hidup sehat yang dapat kamu lakukan mencegah penyakit diabetes, antara lain:
Komplikasi
Komplikasi dari diabetes akan berkembang secara bertahap. Semakin lama seseorang mengidap diabetes
dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka akan semakin tinggi pula risiko komplikasi.
Akhirnya, komplikasi diabetes dapat melumpuhkan atau bahkan mengancam jiwa. Berikut adalah
beberapa kemungkinan komplikasi diabetes secara umum, yaitu:
Penyakit kardiovaskular. Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada sistem
kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada (angina), serangan
jantung, stroke dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
Kerusakan mata (retinopati). Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi
berupa kerusakan retina mata,
Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding pembuluh darah kecil
(kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf terutama pada kaki. Hal ini dapat menyebabkan
kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki atau jari
tangan dan secara bertahap menyebar ke atas.
PENGGUNAAN TERAPI INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
Insulin merupakan hormon yang berfungsi untuk mengubah gula darah (glukosa) menjadi energi
dan membantu menjaga keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh yang diproduksi oleh
hormon insulin membutuhkan perawatan dengan insulin buatan untuk mengontrol kadar gula
darahnya. Insulin buatan adalah sintesis dari hormon yang susunan zatnya mirip seperti insulin
Insulin pen adalah alat kesehatan yang digunakan untuk pemberian insulin buatan kedalam jaringan
subkutan
Penyuntikan dilakukan secara subkutan (jaringan di bawah kulit yang merupakan jaringan lemak)
karena penyuntikan pada bagian jaringan lemak akan mempercepat proses penyerapan insulin.
Lokasi penyuntikan umumnya pada bagian perut (abdomen), lengan, paha atas dan pantat. Bagian
perut (abdomen) menyerap insulin paling cepat dibandingkan lokasi yang lain karena menyimpan
cukup banyak jaringan lemak. Disarankan untuk mengganti titik injeksi penyuntikan insulin pen
setelah waktu dua hari berturut-turut, jangan menggunakan titik yang sama secara berulang-ulang
karena dapat menyebabkan kulit iritasi dan merusak jaringan lemak dibawah kulit. Mengganti titik
injeksi, bukan berarti mengganti area injeksi, hanya saja menyuntik pada area injeksi yang sama
namun letaknya tidak dititik yang sama seperti penyuntikan sebelumnya. Berikanlah jarak sekitar 2
Simpan insulin pen baru (belum pernah dipakai) pada suhu 2 - 8 C (dalam lemari es), tetapi
jangan dibekukan dalam freezer.
Menyimpan dalam lemari es bertujuan untuk menjaga kestabilan insulin pen yang stabil jika di
simpan pada suhu dingin dan dapat bertahan lebih lama sampai masa kadaluarsa jika di simpan
pada suhu dingin.
Tidak disarankan menyimpan dalam freezer karena jika insulin menjadi beku maka terdapat
perubahan bentuk partikel insulin menjadi kristal atau gumpalan sehingga insulin menjadi rusak
dan tidak bisa digunakan lagi
Simpan insulin pen yang sedang dipakai pada suhu sejuk ruangan yang terlindung dari cahaya
matahari (15-200C) dan sebaiknya tidak di simpan dalam lemari es.
Penyimpanan insulin pen yang sudah / sedang dipakai, baik di simpan pada suhu sejuk ruangan
atau di simpan didalam kulkas, insulin pen tetap hanya bisa digunakan 30 hari sejak insulin
tersebut dipakai. Insulin pen yang awalnya disimpan di dalam kulkas dalam kondisi stabil
kemudian dikeluarkan dalam kulkas untuk dipakai maka akan mengalami perubahan stabilitas
sehingga akan percuma apabila disimpan kembali kedalam lemari es.
Insulin pen yang sedang dipakai, dapat digunakan sampai 4 minggu / 1 bulan
Insulin pen tidak boleh digunakan setelah melewati tanggal kadaluarsa seperti yang tercetak
pada label dan karton
Tutup insulin pen harus senantiasa terpasang bila sedang tidak digunakan agar terlindung dari
cahaya
Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Pastikan insulin tidak menggumpal dengan memutar mutar insulin pen sampai gumpalan hilang
Pastikan tidak ada udara di dalam insulin pen dan jarum berfungsi dengan baik
Dengan cara : o Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit
9. Suntikan insulin
Tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.
Tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen. Tempatkan jarum yang telah
digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong) dan buang ke tempat sampah
1. Hilangkan etiket atau semua informasi yang menempel pada kemasan insulin pen untuk
melindungi identitas kesehatan diri
2. Jarum suntik pada insulin pen dibengkokkan sampai tumpul atau dirusak sampai tidak dapat
digunakan kembali kemudian masukkan jarum insulin tersebut ke dalam wadah tertutup dan
aman seperti kaleng kosong dan buang ke tempat sampah
3. Insulin pen yang sudah habis, dipisahkan dengan sampah lainnya lalu buang ke tempat
sampah
Terapi insulin pen intensif untuk mencapai sasaran kendali gula darah yang normal atau mendekati
yaitu badan terasa lemas, pusing dan kepala terasa ringan, pandangan berkunang-kunang, kadang
kadang pandangan menjadi gelap (pitam), mengantuk bukan pada jam tidur, keluar keringat dingin,
berkeringat berlebihan, merasa lapar, gemetar, serta penderita tampak gugup dan bingung.
Reaksi lokal terhadap suntikan insulin mengakibatkan terjadinya memar atau luka pada lokasi
penyuntikan. Hal itu dapat muncul pada pasien yang menjalani beberapa kali penyuntikan dalam
sehari dan tidak melakukan perpindahan lokasi tempat penyuntikan. Apabila terjadi efek samping
3. Edema insulin
Edema (bengkak) dapat muncul karena adanya penimbunan cairan di dalam jaringan pada anggota
tubuh. Edema (bengkak) dapat menghilang secara spontan dalam beberapa hari. Apabila edema