Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ALOKASI DANA DESA


Diajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Hukum Tata Negara

KATA PENGANTAR
Penyusun mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ALOKASI DANA DESA” untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum

Tata Negara dengan baik.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen Hukum Tata negara yang telah

membantu dan membimbing penyusun dalam proses pembuatan makalah ini dan

juga kepada teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik langsung

maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penyusun pada khususnya. Seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada

gading yang tak retak” demikian pula dengan makalah ini masih banyak

i
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu penyusun mengharapkan saran

dan kritik dari pembaca terutama dosen pembimbing mata kuliah Hukum Tata

Negara yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih.

Serang, Mei 2015

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………….......................................i

DAFTAR ISI……………………………….....………............................
…................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1. Desa, Alokasi Dana Desa dan Tujuannya..............................................................4

2.2. Pengelolaan, Peran Dan Konsep Pembangunan Desa Dalam Rangka


Pemanfaatan Dana Alokasi Desa............................................................................6

BAB III PENUTUP...............................................................................................................12

3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................12

ii
3.2. saran..........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang

berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa

atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country area,

smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul

dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional danberada di Daerah

Kabupaten.

Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang

diperoleh dari bagi hasil pajak Daerah dan bagian dari Dana perimbangan

keuangan pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten. Menurut peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan

keuangan Desa pada pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD

Kabupaten/ Kota yang bersumber Dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10 %

(sepuluh persen).

Dalam rangka peningkatan pemberdayaan, Kesejahteraan dan pemerataan

pembangunan di Pedesaan melalui Dana APBD Kabupaten, Provinsi dan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat perlu merealisasikan

dalam APBD masing-masing Sebesar 10 % untuk dana Alokasi desa. Dengan

1
mengalokasikan Dana Alokasi sebesar 10 % ini diharapkan kesejahteraan dan

pemerataan pembangunan di Desa dapat menjadi kenyataan. Terciptanya

pemerataan pembangunan khusus di pedesaan melalui dana APBN Kabupaten

Provinsi dan Pemerintah Pusat sebesar 10 % akan tercapai Tingkat kesejahteraan

dan taraf hidup masyarakat yang tinggi di pedesaan. Kendatipun demikian, masih

banyak kelemahan yang muncul ketika dana ini dimanfaatkan untuk kepentingan

pemberdayaan dan pembangunan. Kelemahan itu akan menimbulkan persoalan

seperti penyelewengan dana sehingga penggunaannya tidak tepat sasaran

sebagaimana diharapkan sebelumnya. Hal ini, diakibatkan oleh ketidakmampuan

para aktor pengelola dana yang melibatkan aparat desa yang faktanya belum

memiliki kompetensi yang cukup untuk mengelola dana itu. Kondisi inilah yang

menyebabkan banyak program pemberdayaan oleh pemerintah gagal dalam

implementasinya. Itulah sebabnya penyusun tertarik untuk meneropong sejauh

mana pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) itu untuk kepentingan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

1.2  Rumusan Masalah

2
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa

masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini

Adalah :

1. Apa itu Desa, Alokasi Dana Desa dan Tujuannya?

2. Bagaimana Pengelolaan, Peran Dan Konsep Pembangunan Desa Dalam

Rangka Pemanfaatan Dana Alokasi Desa?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui :

1. Memahami pengertian desa dan Pengalokasian Dana Desa.

2. Mengetahui Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

3. Memahami Peran dan konsep pembangunan desa Dalam rangka Pemanfaatan

Dana Alokasi Desa.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 DESA, ALOKASI DANA DESA DAN TUJUANNYA

3
2.1.1 Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang

berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,

desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country

area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan

hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan

berada di Daerah Kabupaten.

Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi

Desa” menyatakan bahwa “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman,

partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”

(Widjaja, 2003: 3).

Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

mengartikan Desa sebagai berikut :

“Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 12).

4
2.1.2 Pengalokasian Dana Desa Dan Tujuannya

Dalam pengertian Desa menurut Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004

di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu

komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa Desa

memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya

sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang

memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang

seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi

Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi

Daerah. Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:

a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan

hak asal-usul desa

b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/

kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan

yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan

diserahkan kepada desa.

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan

penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan

peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan

5
dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat

akar rumput, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk

pembentukan desa yakni: Pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500

kepala keluarga, kedua, faktor luas 16 yang terjangkau dalam pelayanan dan

pembinaan masyarakat, ketiga, faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan

atau komunikasi antar dusun, keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya sarana

perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima,

faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan

bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan

masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

2.2 PENGELOLAAN, PERAN DAN KONSEP PEMBANGUNAN


DESA DALAM RANGKA PEMANFAATAN DANA DESA

Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat dimana mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan

masalahnya bersama. Pembangunan daerah perdesaan diarahkan 1) untuk

pembangunan desa yang bersangkutan dengan memanfaatkan sumberdaya

pembangunan yang dimiliki (SDA dan SDM), 2) untuk meningkatkan keterkaitan

pembangunan antara sektor (Perdagangan, pertanian dan industri) antara desa,

antar perdesaan dan perkotaan, dan 3) untuk memperkuat pembangunan nasional

secara menyeluruh.

Pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif yaitu

suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara

musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat

6
yang telah lama berakar budaya wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan

dalam pasal 5 Permendagri No 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan

partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif.

Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian

masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedangkan

partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam

proses pembangunan. Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab Kepala Desa.

Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Kegiatan pembangunan direncanakan dalam

forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut di ditetapkan dalam RKPD

(Rencana Kerja Pembangunan Desa) selanjutnya ditetapkan dalam APBDesa.

Dalam pelaksanaan pembangunan Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa dan

dapat dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa.

Pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa merupakan bagian penting

yang tidak dipisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDes.Seluruh

kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa direncanakan, dilaksanakan dan

dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat

desa.Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif,

teknis dan hukum.

Lebih lanjut Alokasi Dana Desa dijelaskan dalam PP No. 72/2005, yang

menyatakan bahwa salah satu sumber keuangan Desa adalah “bagian dari dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota

untuk desa sekurang-kurangnya 10% (sepuluh per seratus), setelah dikurangi

7
belanja pegawai, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proposional

yang       merupakan alokasi dana desa”. Pengelolaan Alokasi Dana Desa tujuan

dari Alokasi Dana Desa sebagai berikut :

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa

dan pemberdayaan masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam

rangka mewujudkan kesalehan sosial;

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan

kegiatan social dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong-royong masyarakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes).

Intinya program Alokasi Dana Desa bertujuan mempercepat pembangunan desa

dengan alokasi dana yang dikelola langsung oleh masyarakat.

2.2.1 Pengelolaan Add Dalam Keuangan Desa (Apbdes)


Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 7 Tahun

2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Permendagri tersebut

bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa,

8
sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya. Dengan

demikian desa dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang efektif dan

efisien. Disamping itu diharapkan dapat diwujudkan tata kelola pemerintahan

desa yang baik, yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi,

akuntabilitas dan partisipatif. Oleh karenanya, proses dan mekanisme

penyusunan APBDesa yang diatur dalam Permendagri tersebut akan

menjelaskan siapa yang, dan kepada siapa bertanggungjawab, dan bagaimana

cara pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum tata

cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa,

yang dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 35 Tahun 2007.

Untuk memberikan pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM-

Desa dan RKP-Desa perlu dilakukan pengaturan.Dengan itu maka

dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 66 Tahun 2007 tentang

Perencanaan Desa. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar

seluruh proses penyusunan APBDesa semaksimal mungkin dapat

menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah

kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi, serta distribusi

sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

2.2.2 Peran Alokasi Dana Desa Dalam Pembangunan Desa

Dengan Alokasi Dana Desa yang dititikberatkan pada pembangunan

masyarakat pedesaan, diharapkan mampu mendorong penanganan beberapa

9
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa secara mandiri tanpa harus

lama menunggu datangnya program-program dari pemerintah kabupaten.

Dengan adanya alokasi dana desa, perencanaan partisipatif akan lebih

berkelanjutan karena masyarakat dapat langsung merealisasikan beberapa

kebutuhan yang tertuang dalam dokumen perencanaan di desanya.

2.2.3 Konsep Pembangunan Desa


Pemahaman tentang Pembangunan
Ditinjau dari tujuan-tujuannya, pembangunan adalah pengharapan akan

kemajuan dalam social serta ekonomi dan untuk mana setiap negara

mempunyai pandangan maupun nilai-nilai yang berlainan mengenai apa yang

dimaksud dengan di “harapkan” itu.

Makna Pembangunan Desa


Pembangunan masyarakat desa (pedesaan) adalah seluruh kegiatan

pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek

kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan

mengembangkan swadaya gotong royong.Tujuannya adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan dan

potensi sumberdaya alam (SDA) melalui peningkatan kualitas hidup,

ketrampilan dan prakarsa masyarakat.

Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat dimana mereka mengidentifikasikan kebutuhan

dan masalahanya secara bersama.Pembangunan masyarakat desa adalah

kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan

sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi

masyarakat.Pakar lain memberikan batasan bahwa pembangunan masyarakat

10
desa adalah perpaduan antara pembangunan sosial ekonomi dan

pengorganisasian masyarakat. Pembangunan sektor sosial ekonomi

masyarakat desa perlu diwujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, yang didukung oleh organisasi dan partisipasi masyarakat yang

memiliki kapasitas, kapabilitas dan kinerja yan secara terus menerus tumbuh

dan berkembang di dalam masyarakat.

Strategi Pembangunan Desa

Strategi-strategi khusus pembangunan, sebagai berikut :

1. Grand strategy yang pertama, yakni “Penataan kembali manajemen

Pemerintah Desa” dijabarkan menjadi strategi-strategi khusus pembangunan

sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah, agar

kinerjanya dapat profesional, jujur, mampu memimpin dan memecahkan

permasalahan ekonomi, sosial dan memberikan perhatian serta pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat sehingga tercipta pemerintahan yang bersih

dan berwibawa.

b. Meningkatkan peran serta masyarakat di dalam pembangunan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, untuk menjamin agar program

pembangunan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan yang

paling diperlukan masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

Penguatan pelaksanaan otonomi Desa dan pemberian kewenangan yang

lebih besar kepada desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri tidak akan bermakna manakala tidak dibarengi dengan dukungan

sumber pendanaannya. Maka kebijakan pemberian Alokasi Dana Desa

(ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan

otonominya dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan pemberdayaan

masyarakat.

3.2 Saran
pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan

hak desa untuk menyelenggarakan otonominya dalam rangka terwujudnya

pertumbuan dan perkembangan antar Desa secara merata, Untuk itu harus

dapat dibangun suatu kebijakan pengelolaan dan penentuan besaran Alokasi

Dana Desa dalam rangka penguatan pelaksanaan otonomi desa.

Daftar Pustaka

12
1. Buku

 Handoko,     Hani, T.  1995.    Manajemen.   Edisi     2.     Cetakan

Kesembilan. BPFE. Yogyakarta.

 Wasistiono, Sadu. 2002. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah

Cetakan Kedua.C.V. Fokusmedia. Bandung.

 -----------------------,  Napak Tilas Penyelenggaraan Alokasi Dana Desa

( ADD ) Dalam Rangka Otonomi Asli Desa. Departemen Dalam Negeri.

Jakarta.

 Widjaja.HAW. Prof. Drs.. 2003. ,Otonomi Desa. Cetakan keenam. PT

Raja Grafindo Persada. Depok. 

2. Internet

http://www.banyumaskab.go.id/read/1355/kebijakan-alokasi-dana-desa-

add-dan-penguatan-otonomi-desa#.VVw6i1IXW9c (diunduh tanggal 16

Mei 2015 pukul 12.00 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai