Anda di halaman 1dari 9

1 KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

(UU NO.18/2008 TTG PENGELOLAAN SAMPAH ) Oleh Dinas Tata Kota (DTK) Kota Serang

2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Aspek Geografi dan Demografi Kota Serang memiliki wilayah seluas 266,74 Km2 yang terdiri dari 6
Kecamatan, 36 desa dan 30 Kelurahan. Kecamatan dan Luas Wilayah No Kecamatan Luas (Km2) % 1
Curug 49,66 18,59 2 Walantaka 48,48 18,18 3 Cipocok Jaya 31,54 11,82 4 Serang 25,88 9,70 5 Taktakan
47,88 17,95 6 Kasemen 63,36 23,75 Kota Serang 100,00

3 Komposisi Pengembangan Kapasitas Ruang Wilayah Kota Serang

No Peruntukan Kapasitas Ruang Luas (Km2) % 1 Pemukiman 89,95 33,72 2 Komersial dan Perkantoran
33,13 12,42 3 Industri 4,84 1,82 4 Lindung 107,86 40,44 5 Penyangga 30,96 11,61 Kota Serang 266,74
100,00 3 3

4 JUMLAH PENDUDUK Sebaran dan kepadatan (jiwa/km²) penduduk tahun dan tahun 2011 (sumber BPS
Kota Serang dan Disdukcapil) No Kecamatan Penduduk (2010) Penduduk (2011) Jumlah Kepadatan 1
Curug 47.308 953,79 55.831 1.125,62 2 Walantaka 75.672 1.560,89 85.367 1.760,87 3 Cipocok Jaya
80.930 2.565,95 86.481 2.741,94 4 Serang 8.037,75 9.428,97 5 Taktakan 78.184 1.632,92 88.309
1.844,38 6 Kasemen 87.674 1.383,74 99.331 1.567,72 Kota Serang 2.166,10 2.471,84 Prosentase
pertumbuhan jumlah penduduk kota Serang tahun 2010 sampai 2011 yaitu 14,10 %

5 Permasalahan yang dihadapi Penanganan Sampah di Kota Serang

Gambaran Umum : Permasalahan yang dihadapi Penanganan Sampah di Kota Serang Volume timbunan
sampah padat sampai tahun adalah 1.182,82 m3 / hari Untuk dpt mereduksi volume timbulan sampah,
dilakukan Program 3R, namun masih rendahnya keinginan masyarakat dalam melaksanakan Program
3R ; Jumlah sampah terangkut pada tahun 2010 adalah 552,5 m3 / hari dari total timbulan sampah, hal
ini akibat dari jumlah armada yang kurang (seperti Truck dan Dump Truck) dan kurangnya SDM
pengelola sampah serta masih kecilnya biaya operasional yang dianggarkan dalam hal system
perencanaan persampahan termasuk database persampahan. Makanya hanya 49% yang baru mencakup
pelayanan pengangkutan, dan kesadaran masyarakat pun masih kurang dalam pembayaran retribusi
kebersihan; Timbulan sampah yang paling banyak volumenya terdapat di Pasar Rau Jl. Hasanuddin dan
dari Rumah Tangga , sedangkan pengangkutannya dilakukan 2 kali yang ditangani oleh Dinas Tata Kota
Bidang Kebersihan Kota Serang. Baru ada satu TPST dan tahun 2012 akan dibuat akan tetapi titik lokasi
belum ada Masih minimnya peran serta swasta (outsourcing) dalam pengelolaan sampah. Belum
optimalnya kerjasama antar Pemerintah Daerah di dalam pengelolaan sampah secara bersama-sama
terutama dengan Kabupaten Serang sebagai daerah induknya.

6 KONDISI SAMPAH DI SERANG

Kec. Serang : ,5 lt/hr Kec. Cipocok Jaya : ,5 lt/hr Kec. Walantaka : ,5 lt/hr Kec. Kasemen : lt/hr Kec.
Taktakan : ,5 lt/hr Kec. Curug : ,5 lt/hr Sumber Sampah : Volume Sampah : Home Industri 538 (8.97%)
Lain-lain 84 (1.4%) Pemukiman 3.178 (52.97%) Jenis Sampah : 1. Organik : 55,37% 2 An Organik 44,63%
2.1 Kertas 20,57% 2.2 Plastik 13,25% 2.3 Kayu 0,07% 2.4 Kain/tekstil 0,61% 2.5 Karet/kulit tiruan 0,19%
2.6 Logam/Metal 1,06% 2.7 Gelas/Kaca 1,91% 2.8 Sampah Bongkaran 0,81% 2.9 Sampah B3 1,52% 2.10
Lain-lain (batu, pasir, dll) 4,65% Perkantoran 1.641 (27.35%) Pasar 240 (4%) Pemukiman Pasar Sekolah
Perkantoran Industri Lain-lain Sekolah 319 (5.32%) Hanya 49 % yang diangkut ke TPA 6 6

7 Pola pengelolaaan sampah kota serang saat ini

TPS Rumah Tinggal Pasar Sekolah Industri Lain-lain Perkantoran ( 52,97 % ) ( 4,00 % ) ( 5,32 % ) ( 27,35
% ) ( 8,97 % ) ( 1,40 %) Didaur ulang TPA cilowong Door To Door ( Jali – jali ) STASITPST YANG AKAN
DIRENCANAKAN pasar

8 Timbunan dan Jumlah Sampah yang terangkut ke TPSA

No Lokasi Jumlah Lokasi Timbulan (m3/hari) Sampah terangkut (m3/hari) 1. Perumahan a. Sederhana &
Menengah 501,5 1003,12 384 b. Pasang surut 2. Sarana Kota a. Jalan Arteri dan Kolektor 18 10,20 b.
Pasar 3 55 48 c. Pertokoan 680 34 d. Kantor 315 37,80 e. Sekolah 262 26,2 22,5 f. Terminal 1 1,50 g.
Pelabuhan penumpang - h. Stasiun KA 0,5 0,50 i. Rumah Sakit 5 7,50 j. Taman Kota 2 k. Hutan Kota 3.
Perairan Terbuka 2,50 a. Sungai Utama 0,4 b. Saluran Terbuka 1,6 4. Pantai Wisata 5. Lokasi lainnya Total
1795,5 1182,82 552,5

9 Jumlah KK yang memiliki TPS per Kecamatan Tahun 2010 di Kota Serang

No. Kecamatan Jumlah KK Jumlah Rumah Jumlah KK memilik TPS % Memiliki TPS Jumlah TPS yang
diperiksa % diperiksa 1 Curug 11815 9525 4769 40,36 620 13,00 2 Walantaka 18000 14717 14070 78,17
456 3,24 3 Cipocok jaya 16370 15557 10155 62,03 988 9,73 4 Serang 43442 37235 24416 56,20 9791
40,10 5 Taktakan 17867 13788 6294 35,23 157 2,49 6 Kasemen 20957 15205 3510 16,75 800 22,79
Jumlah 106027 63214 49,21 12812 20,27 Jumlah KK yang sudah memiliki tempat/lobang sampah di Kota
Serang sebanyak 49,21 %

10 Sarana dan Prasarana Persampahan Tahun 2010 s/d sekarang

No. Jenis Jumlah (Unit) 1 Amroll Truck 6 2 Dump Truck 22 3 Kijang Pick Up 4 Motor Sampah 15 5
Container 30 Bak Sampah 160 7 Gerobak Sampah

11 TPA cilowong: Jangan dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah akhir tetapi sebagai tempat
pengeloaan sampah akhir

12 TPA buruk maka akan menimbulkan

Kalau TPA cilowong : sampah tak terurus dan TPA buruk maka akan menimbulkan Banjir leachet, air
tercemar, penduduk terancam penyakit

13 PERSOALAN SAMPAH DI DINDONESIA

Penyebabnya diantaranya: Peningkatan jumlah penduduk; Pola konsumsi masyarakat belum mengarah
pada pola-pola yang berwawasan lingkungan, penggunaan kemasan berupa kertas, kantong plastik,
kaleng, dan lain-lain yang bersifat nonbiodegradable masih tinggi; Pemerintah/Pemda kurang memberi
kesempatan kepada masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah (dalam koridor pelayanan
publik); Rendahnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah; Belum
berkembangnya mekanisme insentif-disentif; Pengelolaan sampah mengandalkan siklus: kumpul –
angkut – buang, melupakan 3R (reduce, reuse, recycle tidak berkembang); Upaya pengelolaan sampah
belum terintegrasi sebagai bagian dari upaya pengendalian pencemaran; Belum adanya kebijakan yang
bersifat menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan sampah perkotaan; Pengelolaan masih pada skala
kecil, sporadis dan belum ada fasilitas secara memadai.

14 PRINSIP PENGENDALIAN PENCEMARAN KURANGI SAMPAH DARI SUMBER

SETIAP ORANG PENGHASIL SAMPAH 1. RATA-RATA 2,5 LITER/ORANG/HARI. 2. ORANG KAYA (6


L/ORG/HARI) MENGHASILKAN SAMPAH LEBIH BANYAK DIBANDING ORANG MISKIN (3 L/ORG/HARI). 3.
TIMBULAN SAMPAH DI PERUMAHAN PADA HARI LIBUR (3 L/ORG/HARI) LEBIH BANYAK DIBANDING 4.
HARI BIASA (2,5 L/ORG/HARI). PRINSIP PENGENDALIAN PENCEMARAN KURANGI SAMPAH DARI SUMBER
16 PARADIGMA LAMA PENGELOLAAN SAMPAH KUMPUL ANGKUT BUANG

CARA INI MENIMBULKAN MASALAH: BEBAN TPA SANGAT TINGGI, LUAS LAHAN TERBATAS.
OPERATIONAL COST TINGGI. MENIMBULKAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG SEMAKIN BERAT: BAU AIR
TANAH BOROS SUMBERDAYA. KURANG MEMBERI RUANG BAGI PERAN MASYARAKAT & PELAKU USAHA.
Sumber: KLH, 2008

17 Sanitary Landfill sampah sampah sampah sampah Jika buang diatas:

Vol = 400 m3/hari Density = 0.35 t/m3 V-drain disisi atas (tepi jalan) Pipa drainase sel + penangkap gas
(4”) sampah Tanah penutupan: t= 10cm sampah 2m 6m sampah 2m sampah 2m Jika buang dibawah
dan dipadatkan: Vol terpadatkan = 200 m3/hari Density = 0.7 t/m3

18 PARADIGMA BARU PENGELOLAAN SAMPAH + MENGUTAMAKAN PRINSIP SAMPAH SEBAGAI


SUMBERDAYA + MENGUTAMAKAN PRINSIP PENGENDALIAN PENCEMARAN PELAKSANAAN PRINSIP TSB
DILAKUKAN KEGIATAN: 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE). EXTENDED PRODUCER’S RESPONSIBILITY (EPR)
WASTE TO ENERGY. PENGELOLAAN AKHIR YANG ENVIRONMENTAL FRIENDLY (SANITARY LANDFILL).
KEUNTUNGAN CARA INI: MENGHEMAT SUMBERDAYA. BEBAN PENCEMAR BERKURANG. BERNILAI
EKONOMIS & MEMBUKA LAPANGAN KERJA. OPERATIONAL COST RENDAH. BEBAN TPA BERKURANG.

20 Beberapa Aspek Tentukan Keberhasilan Kelola Sampah Kota

Aspek Regulasi/UU – UU ttg Pengelolaan Sampah disahkan 7 April 2008. Aspek Kelembagaan – Badan
otonom Aspek Partisipasi Masyarakat – Mulai dari Perencanaan hingga Evaluasi Aspek Pendanaan –
Untuk sistem sanitary landfill – /ton. Aspek Teknologi – multiteknologi. Aspek Keteladanan Para
Tokoh/Eksekutif – konteks sosial kultur Indonesia.

21 Partisipasi Masyarakat seharusnya

Mulai dari pengorganisasian masyarakat (tiap RT/RW atau komunitas) – ada kebebasan/ independen
Perencanaan bersama Implementasi program 3R sampah Pemberian stimulan (dana/sarana/peralatan).
Penguatan kelembagaan, peningkatan SDM, dll Monitoring berkelanjutan dan evaluasi Desiminasi dan
adopsi program 3R yang sukses

22 KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH


Menurut UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah SAMPAH ADALAH SISA KEGIATAN SEHARI-HARI
MANUSIA DAN/ATAU PROSES ALAM YANG BERBENTUK PADAT (PASAL 1)

23 JENIS SAMPAH YANG DIATUR (PASAL 2)

SAMPAH RUMAH TANGGA Sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari di
rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik, dan dari proses alam yang berasal dari
lingkungan rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik Sampah ini bersumber dari rumah
per rumah atau komplek perumahan SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA Sampah rumah
tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari
sumber lain, misalnya: pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel,
stasiun, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, hutan kota, jalan, sungai, dan lain-lain. Sampah ini
bersumber dari fasilitas publik, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya. SAMPAH SPESIFIK Sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus, meliputi: Sampah yang
mengandung B3 (batere bekas, obat bekas); Sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis);
Sampah akibat bencana; Puing bongkaran; Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; Sampah
yang timbul tidak secara periodik (sampah hasil kerja bakti)

24 WEWENANG PEMERINTAH & PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH (PASAL 7) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah. Menetapkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sampah . Memfasilitasi dan mengembangkan kerja
sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah. Menyelenggarakan koordinasi,
pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Menetapkan
kebijakan penyelesaian perselisihan antardaerah dalam pengelolaan sampah. PROVINSI (PASAL 8)
Menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan Pemerintah.
Memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan
sampah. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja kabupaten/kota dalam
pengelolaan sampah. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah
antarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi. KABUPATEN/KOTA (PASAL 9) Menetapkan kebijakan
dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi. Menyelenggarakan
pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan
sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah. Melakukan pemantauan dan evaluasi
secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir
sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup. Menyusun dan menyelenggarakan
sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
25 HAK SETIAP ORANG (PASAL 11)

HAK DAN KEWAJIBAN KEWAJIBAN (PASAL 12-16) Setiap orang wajib mengurangi dan menangani
sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Diatur Perda Pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah. Setiap produsen harus mencantumkan label dan/atau tanda yang
berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya.
Produsen wajib mengelola kemasan dari barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai
oleh proses alam. Diatur PP HAK SETIAP ORANG (PASAL 11) Mendapatkan pelayanan pengelolaan
sampah dengan cara baik & berwawasan lingkungan. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan,
penyelenggaraan, dan pengawasan. Memperoleh informasi yang benar, kurat, dan tepat waktu.
Mendapatkan perlindungan dan kompensasi akibat dampak negatif. Mendapatkan pembinaan dalam
pengelolaan sampah. Diatur PP dan Perda

26 PENGELOLAAN SAMPAH PENANGANAN (PASAL 22) PEMILAHAN. PENGUMPULAN.

PENGANGKUTAN. PENGOLAHAN. PEMROSESAN AKHIR. Diatur PP dan/atau Perda PENGURANGAN


(PASAL 20 & 21) PEMBATASAN TIMBULAN SAMPAH. PENDAURAN ULANG SAMPAH. PEMANFAATAN
KEMBALI SAMPAH. Diatur PP dan Perda

27 PENGURANGAN SAMPAH PASAL 21 PASAL 20 PEMERINTAH MEMBERIKAN:

INSENTIF KEPADA SETIAP ORANG YANG MELAKUKAN PENGURANGAN SAMPAH. DISINSENTIF KEPADA
SETIAP ORANG YANG TIDAK MELAKUKAN PENGURANGAN SAMPAH. Diatur PP dan/atau Perda PASAL 20
DALAM MELAKUKAN KEGIATAN PENGURANGAN SAMPAH PEMERINTAH & PEMERINTAH DAERAH
WAJIB: MENETAPKAN TARGET PENGURANGAN SAMPAH. MEMFASILITASI PENERAPAN TEKNOLOGI
RAMAH LINGKUNGAN. MEMFASILITASI PENERAPAN LABEL RAMAH LINGKUNGAN. MEMFASILITASI
KEGIATAN GUNA ULANG DAN DAUR ULANG. MEMFASILITASI PEMASARAN PRODUK DAUR ULANG.
Diatur PP dan Perda

28 HUBUNGAN SUMBER SAMPAH DENGAN PENGELOLAANNYA

KEGIATAN PRODUSEN/PABRIK USAHA LIMBAH PRODUK RUMAH TANGGA MEDIA LINGKUNGAN


KONSUMEN BUKAN RUMGA SAMPAH RUMGA KELOLA KHUSUS TPA/ TPST PEMBATASAN (REDUCE),
GUNA-ULANG (REUSE) & DAUR-ULANG (RECYCLE) PEMBATASAN (REDUCE) PENGURANGAN
PENANGANAN SAMPAH SPESIFIK PROSES ALAM PILAH, KUMPUL, ANGKUT, OLAH & PROSES SAMPAH
SEJENIS SAMPAH RUMGA
29 PERBEDAAN PARADIGMA PENGELOLAAN SAMPAH

UU SAMPAH BATASI SEJAK DARI SUMBER. PILAH DAN OLAH DI SUMBER DAN/ATAU DI TPS UNTUK
DIMANFAATKAN. KUMPUL DARI SUMBER DAN TPS SECARA TERPILAH. ANGKUT DARI SUMBER DAN TPS
KE TEMPAT PENGOLAHAN, TPST, ATAU TPA SECARA TERPILAH. OLAH DI TEMPAT PENGOLAHAN
DAN/ATAU DI TPST UNTUK DIMANFAATKAN. SAMPAH DI TPA HARUS DIPROSES AGAR AMAN BAGI
LINGKUNGAN. POLA LAMA KUMPUL DARI SUMBER DAN/ATAU TPS. ANGKUT DARI SUMBER DAN/ATAU
TPS KE TPA. TIMBUN DI TPA. LUPAKAN.

30 PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI

KOMPENSASI (PASAL 25) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang timbul oleh
penanganan sampah di TPA. Kompensasi dapat berupa: Relokasi; Pemulihan lingkungan; Biaya
kesehatan dan pengeobatan; dan/atau Dalam bentuk lain Diatur PP dan/atau Perda PEMBIAYAAN
(PASAL 24) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.
Anggaran bersumber dari APBN dan APBD. Diatur PP dan Perda

31 KERJASAMA DAN KEMITRAAN

KERJASAMA ANTAR DAERAH (PASAL 26) KEMITRAAN (PASAL 27) Pemerintah daerah dapat melakukan
kerjasama antarpemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan sampah. Kerjasama dapat
berbentuk kerjasama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah. Diatur Permendagri
Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan
badan usaha pengelolaan sampah. Kemitraan dituangkan dalam bentuk perjanjian antara pemerintah
kabupaten/kota dengan badan usaha. Diatur peraturan perundang-undangan

32 PERAN MASYARAKAT PASAL 28

Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah. Peran masyarakat dapat melalui: Pemberian usul, pertimbangan, dan
saran; Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau Pemberian saran dan pendapat dalam
penyelesaian sengketa persampahan. Diatur PP dan/atau Perda

33 LARANGAN PASAL 29 Memasukkan sampah ke dalam wilayah NKRI;

Setiap orang dilarang: Memasukkan sampah ke dalam wilayah NKRI; Mengimpor sampah; Mencampur
sampah dengan limbah B3; Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan; Membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan dan disediakan; Melakukan
penanganan sampah dengan sistem open dumping di TPA; dan/atau Membakar sampah yang melanggar
persyaratan. Ketentuan a, c, dan d diatur PP sedangkan ketentuan e, f, dan g diatur Perda dimana Perda
tersebut harus menetapkan sanksi pidana atau denda.

34 HAK GUGAT HAK GUGAT ORGANISASI PERSAMPAHAN (PASAL 37)

Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pengelolaan sampah yang
aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Hak gugat terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu. Syarat organisasi persampahan yang berhak melakukan gugatan: Berbentuk badan
hukum; Mempunyai AD/ART; Telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun. GUGATAN
PERWAKILAN KELOMPOK (PASAL 36) Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di
bidang persampahan berhak mengajukan gugatan melalui perwakilan kelompok (class action).

35 KETENTUAN PIDANA PASAL 39

Setiap orang yang memasukkan dan/atau mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis
sampah rumah tangga diancam pidana paling singkat 3 tahun dan paling lama 9 tahun dan denda paling
sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 3 miliar. Setiap orang yang memasukkan dan/atau mengimpor
sampah spesifik diancam pidana paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling
sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 5 miliar. PASAL 40 Pengelola sampah yang melawan hukum dan
sengaja mengabaikan NSPK sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan keamanan,
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan diancam pidana paling singkat 4 tahun dan paling lama 10
tahun dan denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 5 miliar. Jika tindak pidana di atas
mengakibatkan mati atau luka berat, diancam pidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun
dan denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 5 miliar.

36 KETENTUAN PIDANA PASAL 41

Pengelola sampah yang karena kealpaannya mengabaikan NSPK sehingga dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan, gangguan keamanan, pencemaran dan/atau perusakan lingkungan diancam
pidana paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta. Jika tindak pidana di atas
mengakibatkan mati atau luka berat, diancam pidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp
500 juta.

37 KETENTUAN PERALIHAN PASAL 44


Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 1 tahun sejak berlakunya
undang undang ini. Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 tahun sejak berlakunya
undang undang ini.

38 KETENTUAN PENUTUP PASAL 47

Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan undang undang ini diselesaikan paling
lambat 1 tahun sejak undang undang ini diundangkan. Peraturan daerah yang diamanatkan undang
undang ini diselesaikan paling lambat 3 tahun sejak undang undang ini diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai