Anda di halaman 1dari 3

Naskah / Materi Penyuluhan Agama Buddha

Nama : Heri Paryono, S.Pd


NIP : 199307302022031001
Obyek binaan : SMB Sasana Diepa
Alamat : Jl. A Yani Meral
Hari/ tanggal : Senin, 16 Mei 2022

Puku : 08:00 – 10:00 WIB

INTI AJARAN SANG BUDDHA

Sabba pappasa akaranam,


Kusala uppasampada,
Sacitta pariyodapanam,
Etam Buddhanam sasanam
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan
dan membersihkan batin;
inilah Ajaran Para Buddha.
(Dhammapada : 183)

106. Inti Ajaran Sang Buddha memang dapat diringkas dalam bentuk kalimat yang
pernah disabdakan oleh Sang Buddha tersebut diatas, namun kalimat tersebut bila
tidak dijabarkan dalam suatu Konsep Ajaran secara rinci , maka sangatlah
dimungkinkan dalam praktiknya, kita akan terjebak dalam konsep-konsep yang tidak
jelas dan bahkan dapat menyimpang jauh dari ajaran Sang Buddha yang sebenarnya,
oleh karenanya untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan hal tersebut
diperlukan suatu petunjuk yang sistematis (konseptual) sebagai pedoman pembelajaran
dan pemahaman mengenai Pokok-Pokok Dasar Ajaran Sang Buddha dengan benar.

“Karena apakah maka dikatakan bahwa Empat Kebenaran Mulia merupakan Dhamma
yang diajarkan olehku? berdasarkan pada enam elemen ada yang masuk ke dalam
kandungan. Ketika hal itu terjadi, ada materi dan batin (nama-rupa). Dengan materi dan
batin sebagai kondisi, ada enam landasan indera; dengan enam landasan indera
sebagai kondisi, ada kontak; dengan kontak sebagai kondisi, ada perasaan. Kepada
orang yang merasakan inilah kuperkenalkan,: Inilah penderitaan”, : Inilah asal mula
penderitaan”, “ Inilah berhentinya penderitaan”, “ Inilah jalan menuju berhentinya
penderitaan”. (petikan Anguttara Nikaya III :65)

107. Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk melepaskan diri dari belenggu
nafsu keinginan, karena nafsu keinginanlah yang menimbulkan Dukkha/penderitaan
batin dan jasmani.

108. Bilamana kita merenungkan sejenak, kita akan menyadari betapa banyak dan
hebatnya penderitaan yang dialami oleh semua makhluk hidup. Dunia ini sesungguhnya
penuh dengan segala macam penderitaan, seperti kelaparan, kehausan, kedinginan,
kepanasan, kekecewaan, kerugian, usia tua, penyakit dan kematian adalah merupakan
pengalaman-pengalaman yang lazim terdapat dimana-mana, pada setiap makhluk
hidup, bagi yang kaya maupun yang miskin, bagi seorang raja maupun seorang
musafir. Hidup manusia merupakan perjuangan yang terus menerus untuk
menghindarkan diri dari berbagai macam penderitaan .

Didalam Kitab Suci Majjhima Nikaya (MN) 4.31 atau MN 36.42, Sang Buddha
mengungkapkannya sbb ;

“Ketika pikiranku yang terkonsentrasi telah demikian termurnikan, terang, tak ternoda,
bebas dari ketidak-sempurnaan, dapat diolah, lentur, mantap dan mencapai keadaan
tak terganggu, aku mengarahkannya pada pengetahuan tentang hancurnya noda-noda
(tiga akar kejahatan yaitu: keserakahan/lobha, kebencian/dosa dan ketidaktahuan atau
kebodohan-batin/moha).

Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya: ‘Inilah penderitaan’, ‘Inilah asal
mula penderitaan’, ‘Inilah lenyapnya penderitaan’, ‘Inilah jalan menuju lenyapnya
penderitaan’; Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya ‘Inilah noda-
noda’, ‘Inilah asal mula noda-noda’, ‘Inilah lenyapnya noda-noda’, ‘Inilah jalan menuju
lenyapnya noda-noda’ .”

112. Sang Buddha tidak mengingkari adanya ragam bentuk kebahagiaan, baik materi
maupun spiritual. Dalam kitab Anggutara Nikaya II, vii; pilihan, tercantum daftar
kebahagiaan (sukhani), seperti kebahagiaan dari kehidupan berumah tangga dan
kebahagiaan dari kehidupan bhikkhu ; kebahagiaan dari kesenangan inderawi dan
kebahagiaan dari pelepasan duniawi ; kebahagiaan yang ternoda dan kebahagiaan
yang tak ternoda, kebahagiaan yang berkenaan dengan seks dan kebahagiaan tanpa
seks dan lain sebagainya. Namun, semua kebahagiaan tersebut di atas juga termasuk
dalam dukkha. Bahkan kebahagiaan batin yang dicapai dengan melaksanakan samadhi
,yaitu keadaan jhana, dimana seseorang telah terbebas dari perasaan “sukha” dan
“dukka” oleh Sang Buddha didalam salah satu sutta dari Majjhima Nikaya dikatakan
bahwa kebahagiaan itu akan berubah dan tidak kekal, olehkarenanya harus
digolongkan dalam “dukkha” (anicca dukkha viparinama-dhamma).

Anda mungkin juga menyukai