Semoga perbuatan buruk apa pun yang telah saya lakukan (pada Tiratana) baik melalui,
jasmani, ucapan, pikiran dapat terhindarkan, dan memperoleh jasa kebajikan yang akan
memberikan limpahan kepada saya dengan umur panjang, kesehatan, kebebasan dari segala
bahaya dan bencana, saya merangkapkan kedua telapak tanganku (anjali) dengan penuh
hormat dan memberikan puja, menghormati, dan bersujud penuh dengan kerendahan hati
kepada Tiratana: Buddha, Dhamma, dan Saïgha, untuk kedua kalinya, dan ketiga kalinya.
Dan dengan perbuatan baik ini melalui sujud yang luhur semoga saya selalu terbebas dari
empat alam menyedihkan, tiga jenis malapetaka, delapan jenis keadaan yang tidak tepat, lima
jenis musuh, empat jenis kemalangan, lima jenis kerugian, 96 atau 98 jenis penyakit, dan 62
pandangan salah, serta secepatnya mencapai Jalan Kebebasan (Magga), Buah (Phala), dan
Dhamma Mulia yaitu Nibbàna.
Istilah “sujud” berarti “duduk bersimpuh kemudian membungkuk lurus, dengan wajah
menyentuh alas, posisi dilakukan dalam påja”. Ketika seseorang bersujud, kaki atau lutut, siku,
telapak tangan, dan dahi harus menyentuh alas atau lantai.
Empat alam menyedihkan adalah (1) alam neraka, (2) alam binatang, (3) alam peta, dan (4)
alam asura.
Keempat alam di atas disebut “Empat Alam Rendah”: (1) neraka, (2) alam binatang, (3) alam
hantu, dan (4) alam setan.
Neraka adalah alam kehidupan yang paling rendah di dalam 31 alam kehidupan, tempat yang
sangat menderita.
Dikatakan bahwa makhluk-makhluk di neraka menderita akibat perbuatan buruk mereka mulai
awal kehidupan sampai kehidupan di alam tersebut berakhir, tanpa jeda dalam penyiksaan.
Dalam Buddhisme disebut alam binatang adalah salah satu alam yang menyedihkan di mana
para makhluk akan terlahir di alam tersebut sebagai akibat dari perbuatan jahat mereka.
Alam peta juga merupakan sebuah tempat dimana para makhluk yang harus menderita
mengalami kesakitan akibat timbunan kamma buruk mereka. Kata peta, sering diterjemahkan
dengan “hantu kelaparan,” menunjukkan suatu golongan makhluk yang tersiksa25 karena rasa
lapar, haus, dan juga penderitaan lain yang tidak ada obatnya. Alam peta secara khusus tidak
memiliki alam sendiri. Mereka hidup di dunia yang sama dengan manusia di hutan-hutan,
lembah-lembah, rawa-rawa, kuburan-kuburan, dll.
Alam asura adalah tempat para setan. Kata “asura” sering diterjemahkan sebagai “raksasa,”
digunakan untuk menunjukkan berbagai golongan makhluk. Sebagai suatu alam yang termasuk
di dalam alam menyedihkan, para komentator mengidentifikasikan bahwa makhluk asura sama
dengan kelompok seperti makhluk peta. (A Comprehensive Manual of Abhidhamma by Bhikkhu
Bodhi, 189-190).
Tiga Jenis Malapetaka (Kappa)
Kelaparan –suatu malapetaka yang mengerikan dimana banyak orang meninggal karena
kelangkaan makanan. Wabah atau penyakit menular –suatu malapetaka yang mengerikan di
mana banyak orang meninggal karena kolera, pes, dll.
Perang –sebuah bencana yang mengerikan dimana banyak orang meninggal akibat korban
peperangan.
Kelaparan dikarenakan ketamakan yang berlebihan; wabah atau penyakit menular dikarenakan
kebodohan yang berlebihan; dan perang dikarenakan amarah yang berlebihan.
Makhluk-makhluk yang meninggal karena kelaparan umumnya akan terlahir di alam peta
(hantu), karena mereka memiliki keinginan kuat terhadap makanan. Makhluk-makhluk yang
meninggal karena wabah atau penyakit menular, umumnya akan dilahirkan di alam surga,
karena mereka memancarkan cinta kasih kepada yang lain: “Semoga makhluk lain tidak
mendapat penyakit seperti aku (semoga makhluk lain tidak menderita karena penyakit
sepertiku).” Makhluk-makhluk yang meninggal karena perang, kebanyakan akan terlahir di
neraka, karena mereka mengembangkan kebencian yang kuat antara satu dengan yang lain.
7. Terlahir sebagai seorang manusia tanpa kecerdasan untuk memahami Dhamma, dan,
8. Terlahir sebagai seorang manusia dengan kecerdasan tetapi belum ada kemunculan
Buddha.
Karena tidak ada waktu bagi mereka untuk mencapai Jalan (Magga), Buah (Phala), dan
Pencerahan (Nibbàna). Delapan jenis di atas juga disebut sebagai “Delapan Jenis Keadaan
atau Saat yang Tidak Tepat”.
33 Api besar: api yang besar dan bersifat menghancurkan banyak materi kepemilikan,
gedung, hutan, dll.
34 Para raja dan penguasa yang menggunakan kekuasaan mereka secara tidak adil dan
opresif.
Karena kehilangan keluarga, kekayaan, atau kesehatan, pada saat setelah kematian para
makhluk tidak jatuh ke dalam alam menyedihkan yaitu tingkat neraka, tetapi ketika kehilangan
moralitas atau pandangan benar, para makhluk akan terlahir ke dalam alam neraka.
(Pàthikavagga, Saïgãtisutta, 196)
37 Suatu penyakit, khususnya, penyakit hidung dan tenggorokan, yang menyebabkan air
ingus terus keluar dan menyebabkan ketidaknyamanan, seperti seseorang diserang oleh
penyakit flu.
38 Suatu penyakit yang menyebabkan badan terasa lemah karena umur tua.
39 Hilang kesadaran.
40 Penyakit yang menyebabkan kesakitan di dalam perut.
41 Bisul bernanah, bengkak pada permukaan kulit yang tebal dan berwarna kuning
semacam racun, nanah.
42 Bengkak merah pada kulit, penyakit radang dengan rasa gatal.
43 Suatu penyakit di dalam otak yang menyebabkan serangan tiba-tiba yang tidak
terkontrol yang menyebabkan gerakan kasar dan hilang kesadaran.
44 Suatu penyakit yang berhubungan dengan kulit, kudis pada kulit hewan khususnya
kambing.
45 Suatu penyakit kulit sejenis koreng, kurap.
30. Penyakit pendarahan dalam dan luar atau sakit kuning (suatu penyakit yang disebabkan
warna kulit yang kekuningan, pada bagian putih mata, dsb) (lohitapittaÿ),
31. Diabet (madhumeho),
32. Wasir (aÿsà, arisa),
33. Bengkak karena infeksi, bisul (piëaka),
34. Saluran tidak normal pembuluh darah (bhagandalà)46
Dari 34 jenis penyakit, 32 penyakit kecuali apamàro dan nakhasà, disebabkan karena salah
satu dari: (a) gangguan pada empedu, (b) darah beku, atau (c) angin. Dari ketiga sebab
tersebut membuat keseluruhan penyakit menjadi 96 jenis penyakit.
Apabila penyakit apamàro dan nakhasà dimasukkan, terdapat 98 jenis penyakit.
(Aïguttranikàya, Vol. 3, Girãmananda Sutta, Mahàniddesa, Kàma Sutta & Cåëaniddesa,
Ajitamàõavapucchàniddesa)
62 Pandangan Salah
Menurut Brahmajàla Sutta47 terdapat 62 jenis pandangan salah:
1. Empat pandangan tentang eternalis (sassatavàda),
2. Empat pandangan tentang semi eternalis (ekaccasassatavàda),
3. Empat pandangan ekstentionis atau keterbatasan, yaitu terbatas dan tidak terbatas tentang
dunia ini (antànantavàda),
4. Empat pandangan pengelakan (amaràvikkhepavàda),
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa membaca “Brahmajàla Sutta” dan kitab komentarnya dalam
Bahasa Pàëi, dan “The Discourse on the All-Embracing Net of Views” by Bhikkhu Bodhi.
Dengan berpandangan salah tersebut, setelah meninggal, makhluk akan terlahir di alam
neraka. (Uparipaõõàsaññhakathà, mahàcattàrãsakasuttavaõõanà)
PENUTUP PUJA
Aku menghormat kepada Dhamma, semoga dengan penghormatan ini dapat mengkondisikan
untuk pencapaian Magga, Phala, dan Nibbàna.
Aku menghormat kepada Sangha, semoga dengan penghormatan ini dapat mengkondisikan
untuk pencapaian Magga, Phala, dan Nibbàna.