Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN PESANTREN DAN

MADRASAH DI INDONESIA DARI MASA


KOLONIAL SAMPAI ORDE BARU
Anzar Abdullah
Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Veteran Republik Indonesia Makassar
anzarabdullah91@yahoo.co.id.

ABSTRACT ABSTRAK
The objective of this study is to examine the Is- Tulisan ini bertujuan mengkaji tentang pendidi-
lamic education in Indonesia seeing from the kan Islam di Indonesia dalam perspektif sejarah,
historical perspective, which is focusing on pe- khususnya mengenai pesantren dan madrasah
santren and madrasah (Islamic schools) from the sejak masa Kolonial sampai Orde Baru. Pendidi-
colonialism era until new order era. Previously, kan Islam pada awalnya berhubungan dengan
Islamic education dealt with the spread of Islam penyebaran Islam dan Islamisasi Nusantara. Hal
(moslem) and the Islamized of Indonesian archi- ini menyebabkan pendidikan Islam semula ber-
pelago. It means that the Islamic education was, pusat di masjid, langgar, surau yang kemudian
first, centralized on mosque, langgar or surau berkembang menjadi lembaga pendidikan dalam
(smaller mosque) . Next, it changes into other bentuk pesantren dan madrasah. Pendididikan
institutions from pesantren salafiyah into mad- Islam telah mengalami perubahan dari bentuk
rasah. The latest one has already adopted and pesantren salafiyah kepada bentuk madrasah
applied the science curriculum and Islamic cur- yang mulai mengadopsi sistem klasikal dan mod-
riculum from the western classical system and el pendidikan sekolah ala Barat sampai kepada
school model, and also the best Islamic schools. sekolah Islam unggulan. Sementara pendidikan
All the changes in the Islamic schools bring Islam di madrasah yang mulai mengadopsi sis-
many implications through the transmission of tem pendidikan Barat dengan model klasikal dan
the Islamic thought which is based on the ilahi- menerapkan kurikulum pengetahuan umum, di
yah (tauhid) authority as the creator of human samping kurikulum keislaman. Seluruh peru-
life. bahan yang berlangsung pada sistem pendidikan
Islam membawa berbagai implikasi terutama
Keywords: madrasah, pesantren, Islamic educa- berkaitan dengan transmisi pemikiran keislaman
tion. yang bertumpu pada otoritas ilahiyah (tauhid)
sebagai pengatur kehidupan manusia.

Kata Kunci: Madrasah, pesantren, pendidikan


islam, kolonialisme, orde lama, orde baru.

PENDAHULUAN melakukan berbagai kebijakan - kebijakan


politik diskriminitif dan re-fresif terhadap
Ketika pemerintah kolonial Be- lembaga pendidikan Is-lam; tidak
landa berkuasa di Indonesia, tampaknya membuat lembaga pendidi-kan Islam
tidak mampu mengendalikan pertum- seperti pesantren dan madras-a h t e r h e
buhan pesantren dan madrasah sebagai n t i p e r k e m b a n g a n n y a .
lembaga pendidikan yang dibangun dan Menghadapi hal ini, lembaga pendidi-kan
dibentuk oleh masyarakat Islam. Islam yang tadinya dicap sebagai
Meskipun pemerintah kolonial Belanda tradisional, justru mampu mengadopsi

Paramita Vol. 23 No. 2 - Juli 2013 [ISSN: 0854-0039] 193


Hlm. 193—207
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013

sistem pendidikan modern dengan se- telaah pustaka, baik dalam bentuk buku
mangat modernisme dengan cara sistem maupun produk kebijakan berupa regu-
baru. Pembelajarannya tidak lagi lasi tentang pendidikan Islam sepanjang
meggunakan sistem halaqah, tetapi su- sejarah. Fokus penelitian diarahkan un-
dah menggunakan sistem klasikal. Pen- tuk menganalisis secara kritis filosofis
didikan Islam mengambil corak pen- rekaman sejarah pendidikan Islam di
didikan berbasiskan sekolah model Be- Indonesia kurun waktu dari masa Ko-
landa dengan mengadopsi mata pelajar- lonial Belanda sampai masa Orde Refor-
an umum secara terbatas. masi. Sebagai penelitian historis, maka
Perkembangan dan dinamika pen- didalam memaparkan hasil temuan
didikan Islam yang sangat fenomenal penelitian, peneliti melakukan empat
terjadi pada masa kemerdekaan. langkah pokok, yaitu heuristik , dengan
Pemerintah Indonesia melalui Kemen- cara mengumpulkan berbagai sumber-
terian Agama dan Kementerian Pendidi- sumber pustaka, seperti buku, arsip,
kan, secara perlahan tetapi pasti sejak dokumen perundang-undangan negara
awal tahun 1970 melalui Menteri Agama yang mengatur tentang regulasi pen-
Mukti Ali mengubah muatan kurikulum didikan Islam, surat kabar, dan artikel
madarasah dari 100 persen agama men- yang berhubungan dengan fokus
jadi 70 persen umum, dan 30 persen penelitian. Kedua, kritik sumber dengan
agama (Saridjo, 2010: xxv). Kebijakan cara melakukan verifikasi data atau me-
inilah yang kemudian mengantarkan nyeleksi data-data sejarah yang telah
madrasah menjadi setara dengan sekolah dikumpulkan melalui kritik internal dan
umum sebagaimana diakui da-lam UU eksternal. Ketiga, melakukan inter-
Sisdiknas No. 2 tahun 1989, yang pretasi, dengan cara menafsirkan fakta-
kemudian disempurnakan dalam UU fakta sejarah yang diperoleh untuk
Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Dari uraian mendapatkan kontinuitas dan saling
ini dapat ditegaskan bahwa lem-baga keterhubungan antara fakta-fakta se-j a r
pendidikan seperti pesantren dan a h , s eh i n g g a te r b e n t u k s a t u
madrasah adalah merupakan lembaga rangkaian fakta yang sesuai dengan
pendidikan “plus” karena memiliki urutan peristiwa yang saling terkait satu
kompetensi pengetahuan umum dan sama lain. Keempat, adalah tahapan his-
agama secara bersamaan. toriografi. Dalam historiografi inilah
Dari pemikiran di atas, kajian ini penulis melakukan penyusunan fakta-
untuk mengkaji perkembangan pendi- fakta sejarah dalam bentuk tulisan ilmi-
dikan Islam di Indonesia. Fokus kajian ah yang siap disajikan sebagai per-
tulisan ini meliputi perkembangan pen- tanggung jawaban atas fakta-fakta se-
didikan Islam prakemerdekaan dan pas- jarah yang telah disusun.
ca kemerdekaan. Pada kajian perkem-
bangan pendidikan Islam pascake-
merdekaan, dikaji pendidikan Islam pa- HASIL DAN PEMBAHASAN
da periode Orde Lama, Orde Baru, dan
Reformasi. Pesantren dan Madrasah pada masa
Kolonial

METODE PENELITIAN Secara de facto, kolonialisme Belan-


da di Indonesia dimulai ketika orang-
Dalam tulisan ini digunakan orang Belanda mendarat di pelabuhan
metode penelitian historis melalui Banten di bawah pimpinan Cornelis de
194
Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah
Hooutman (Pane, 1995: 51). Sedangkan melakukan pengembangan dan pemba-
secara de jure baru dimulai pada tanggal ruan pendidikan Islam di Indonesia.
31 Desember 1799 yang ditandai penye- Praktiknya, sistem pendidikan yang di-
rahan kekuasaan atas Indonesia oleh terapkan oleh sekolah-sekolah Belanda
kongsi dagang VOC yang diserahkan (sekolah pemerintah) dimasukkan ke
kepada pemerintah Belanda. dalam sistem pendidikan pesantren dan
Kedatangan bangsa Belanda ke madrasah. Sistem pendidikan dengan
Indonesia membawa pengaruh terhadap model halaqah sebelumnya, kemudian
sistem pendidikan dan pengajaran Is-lam. diganti dengan sstem klasikal dengan
Hal ini sebagaimana maklum, bah-wa unit-unit kelas dan sarana-prasarana
kolonialisme Belanda membawa misi, seperti bangku dan meja di ruang-ruang
yaitu imperialisme dan mis-sionarisme. kelas (Maksum, 1999: 93).
Dalam upaya menjalankan kedua misi Ketika akan mengem -
tersebut, terutama persoalan misionaris bangkan pendidikan bagi masyarakat
dan zending, sehingga ke-bijakan bumiputera, pemerintah kolonial Hindia
pendidikan yang diterapkan ti-dak Belanda, tampaknya akan mme-
berpihak kepada penduduk pribu-mi manfaatkan tradisi pendidikan rakyat
yang beragama Islam, termasuk lem-baga- yang sudah ada sebagai dasar dalam
lembaga pendidikannya. pengembangan pendidikan, namun
Sejak pemerintah kolonial Belanda secara teknis sulit dipenuhi karena
berkuasa di Indonesia, persoalan pen- tradisi pendidikan Islam waktu itu
didikan dan kehidupan beragama dia- dipandang memiliki dasar ideology Is-
tur melalui regulasi yang ketat. Ke- lam yang kuat. Hal inilah yang tampak-
bijakan ini dalam mengatur jalannya nya sulit bagi pemerintah Hindia Bel-
pendidikan disesuaikan dengan kepen- anda, karena menyangkut persoalan
tingan pemerintah kolonial Belanda, ajaran Islam yang memang menjadi da-
terutama untuk kepentingan agama sar pijakan pendidikan Islam; dan mus-
Kristen (Yunus, 1985:62). Hal ini dapat tahil untuk dihilangkan dari kuriku-
dilihat dalam kebijakan Gubernur Djen- lumnya. Akhirnya pemerintah kolonial
deral Hindia Belanda Van Den Boss di Hindia Belanda memilih bentuk
Batavia pada tahun 1813, yang menetap- persekolahan yang dikelolanya sendiri
kan sekolah Agama Kristen di setiap dalam rangka mengemban tugas misi-
daerah Keresidenan (Zuhri, 1978: 532; onarisnya. Dengan demikian, jika pada
Hasbullah, 1995: 52). Selain itu pada ta- masa awal penjajahan Belanda, sekolah
hun 1882, pemerintah kolonial Belanda merupakan pendidikan yang eksklusif,
membentuk suatu badan khusus yang maka pada awal abad ke-20 atas
bertugas mengawasi kehidupan beraga- perintah Gubernur Djenderal Van Heu-
ma dan pendidikan Islam yang disebut tsz, sistem pendidikan mulai diseleng-
Priesterraden (Hasbullah, 1995: 52). garakan bagi masyarakat luas dalam
Pesantren dan madrasah sebagai bentuk sekolah-sekolah desa (Azra,
lembaga pendidikan yang dicap tradi- 2000:98). Pada masa inilah, rakyat pribu-
sional waktu itu, menjadikan kehadiran mi yang sebelunya hanya memiliki kes-
sekolah-sekolah Belanda yang modern empatan untuk belajar di sekolah-
itu sebagai inspiring dan pemicu sekolah tradisional, mulai mendapat
kesadaran baru untuk melakukan peru- kesempatan untuk belajar di sekolah-s e
bahan-perubahan mendasar dalam sis- kolahpemerintah.Sebagai
tem pendidikan Islam di Indonesia. konsekwensinya didirikanlah sekolah di
Muncullah gagasan tentang perlunya banyak tempat.
195
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013

Sekolah Desa atau Sekolah Rakyat, luas dan sistem pendidikan klasikal.
tidak saja menawarkan ongkos studi Secara politik, peran pemerintah
yang murah dan mata pelajaran yang Hindia Belanda dalam mengembangkan
praktis, tetapi juga menjanjikan peker- pendidikan untuk kaum bumiputera,
jaan meskipun hanya sebagai tenaga terutama setelah diterapkannya ke-
adiministrasi rendahan (Maksum, bijakan politik etis ( ethische politiek), ti-
1999:94) . Pada mulanaya, usaha dak hanya memecah umat Islam, tetapi
pemerintah Hindia Belanda mengalami juga menyingkirkan lembaga pendi-
kesulitan, disebabkan sekolah-sekolah dikan pesantren yang tidak mau
yang didirikan itu hanya dinikmati oleh menerima subsidi dari pemerintah ke
lapisan masyarakat kalangan atas daerah pedalaman, sehingga pesantren
(kalangan priyayi). Di sampan itu, ada tertutup dari perkembangan pendidikan
beberapa ketidaksetujuan di kalangan modern (Huda, 2007:386). Meskipun
pemimpin Islam yang tidak setuju didi- demikian, di beberapa daerah, pendi-
rikannya sekolah wanita. Demikian juga dikan pesantren mampu bertahan dan
ada beberapa ulama dan tokoh-tokoh mendapat sambutan dari masayarakat.
pemimpin Islam yang menyatakan bah- Sebagai contoh pesantren Mamba’ul
wa memasuki sekolah-sekolah milik Ulum Surakarta yang didirikan oleh Su-
pemerintah Belanda adalah haram dan suhunan Pakubuwono dapat dipandang
kafir, sehingga berpengaruh terhadap sebagai pelopor pendidikan Islam, teru-
cara pandang umat dalam melihat tama di Jawa. Pesantren ini telah me-
sekolah pemerintah (Feisal, 1995:197). masukkan beberapa unsur pendidikan
Dengan adanya pernyataan terse- modern (model Barat) ke dalam kuriku-
but, kehadiran sekolah-sekolah Belanda lum pendidikan Islam di Indonesia, se-
mendapat sambutan yang kurang dari perti mata pelajaran Bahasa Belanda,
masyarakat, khususnya kalangan mus- tulis baca huruf latin, al-jabar, dan
lim. Kondisi ini berbeda dengan surau di berhitung dan sistem klasikal (Huda,
Minangkabau yang oleh Belanda di- 2007:388).
masukkan menjadi Sekolah Nagari Sementara itu, pertum-
(Sekolah Desa) model Belanda (Feisal, buhan madrasah dalam sejarah pendidi-
1995: 197) . Namun dalam realitasnya, kan Islam di Indonesia di mulai pada
tantangan juga datang dari sistem pen- awal abad ke- 20, dan merupakan
didikan modern Islam sendiri. Dalam rangkaian yang tidak bisa dilepaskan
hal ini, lembaga pendidikan pesantren dari gerakan pembaruan Islam di Indo-
menerapkan “standar ganda”. Pada satu nesia dan respons pendidikan Islam ter-
sisi komunitas pesantren menolak pa- hadap kebijakan pemerintah Hindia Be-
ham keagamaan kaum reformis landa. Munculnya gerakan pembaruan
modernis, dan pada saat yang sama Islam di Indonesia pada awal abad ke-20
mereka juga harus mengikuti langkah- dilatarbelakangi oleh kesadaran dan
langkah kaum reformis untuk tidak semangat yang kompleks. Gerakan
memperthankan metode tradisional pembaruan Islam di Indonesia memiliki
pendidikan pesantren. Caranya, pe- alasan atau motif yang berbeda-beda.
santren harus melakukan sejumlah ako- Menurut Karel A. Steenbrink, paling
modasi dan penyesuaian, yang mereka tidak ada empat hal penting yang men-
anggap tidak hanya menguntungkan dorong terjadinya perubahan dan pem-
pesantren sebagai lembaga pendidikan, baruan Islam di Indonesia pada awal
tetapi juga bermanfaat bagi para santri, abad ke-20, yaitu: (1) keinginan untuk
seperti penjenjangan kurikulum yang kembali kepada ajaran al-Qur’an dan
196
Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah
Hadis, (2) semangat nasionalisme dalam 1985: 176-179). Latar belakang dikeluar-
melawan penjajahan Belanda, (3) usaha kannya ordonansi guru ini sepenuhnya
yang kuat dari orang-orang Islam untuk bersifat politis un tuk menekan
memperkuat organisasinya di bidang sedemikian rupa, sehingga pendidikan
sosial, ekonomi, kebudayaan, dan poli- agama tidak menjadi faktor pemicu per-
tik, dan (4) dorongan pembaruan pen- lawanan rakyat terhadap penjajah.
didikan Islam (A Steenbrink, 1995:36). Pengalaman penjajah yang direpotkan
Kebijakan pemerintah Hindia Be- oleh perlawanan rakyat Cilegon di Ban-
landa terhadap pendidikan Islam pada ten pada tahun 1888 (Pemberontakan
dasarnya bersifat menekan, karena Petani Banten) merupakan pelajaran
dikhawatirkan akan menimbulkan mili- bagi pemerintah Hindia Belanda untuk
tansi kaum muslimin terpelajar yang menerbitkanordonansiguru
akan mengancam stabilitas pemerinta- (Maksum,1999: 100).
han kolonial Belanda. Bagi pemerintah Lahirnya madrasah pada awal
Hindia Belanda, pendidikan tidak han- abad ke-20 dapat dikatakan sebagai
ya bersifat pedagogis cultural, tetapi perkembangan baru dalam dunia pen-
juga bersifat pedagogis politis (A Steen- didikan Islam di Indonesia yang menga-
brink, 1995: 36). Pandangan ini di satu dopsi mata pelajaran umum. Hal ini
sisi menimbulkan kesadaran, bahwa dimungkinkan, karena gerakan pemba-
pendidikan dianggap sangat vital dalam ruan Islam muncul dengan semangat
upaya mempengaruhi masyarakat. Me- yang progresif seperti halnya yang ter-
lalui pendidikan model Belanda, dapat jadi di Timur Tengah di bawah pimpi-
diciptakan kelas masyarakat terdidik nan Jamaluddin al-Afghani, Muham-
yang berbudaya Barat, sehingga akan mad Abduh, dan Muhammad Rasyid
lebih akomodatif terhadap kepentingan Ridha. Hal ini merupakan proses logis
penjajah, namun di sisi lain, pandangan dari gerakan pembaruan yang dilancar-
ini juga mendorong pengawasan yang kan umat Islam sendiri (Khozin,
berlebihan terhadap perkembangan 2001:96). Latar belakang lahirnya mad-
lembaga pendidikan Islam seperti mad- rasah sebagai lembaga pendidikan Islam
rasah. Walaupun pengorganisasian didasarkan atas dua faktor penting, yai-
madrasah menerima pengaruh dari sis- tu: (1) pendidikan Islam tradisional ku-
tem sekolah Belanda tetapi muatan rang sistematis dan kurang memberikan
keagamaan akan menambah semangat kemampuan pragmatis yang memadai,
kritis umat Islam terhadap sistem ke- dan (2) laju perkembangan sekolah-
budayaan yang dibawa oleh kaum pen- sekolah model Belanda di kalangan
jajah. masyarakat cenderung meluas dan
Kebijakandanregulasi membawa paham sekularisme, sehingga
pemerintah Hindia Belanda dalam harus diimbangi dengan sistem pendidi-
mengawasi lembaga pendidikan Islam kan Islam yang memiliki model dan or-
ialah diterbitkannya “Ordonansi Guru” ganisasi yang lebih teratur, terencana
dan “Sekolah Liar”(sekolah partikelir dan bersikap akomodatif terhadap
atau sekolah swasta) . Kebijakan ini me- perkembangan ilmu pengetahuan mo-
wajibkan guru-guru agama untuk me- dern dalam bingkai ajaran Islam dan
miliki surat izin dari pemerintah. Setiap sunah (Khozin, 2001: 96).
orang, meskipun ahli agama tidak serta Dalam uraian ini penting untuk
merta dapat mengajar di lembaga- diketahui, bahwa perintisan madrasah
lembaa pendidikan, bila tidak mengan- sebagai lembaga pendidikan Islam su-
tongi izin dari pemerintah (Suminto, dah dilakukan sejak awal oleh sejumlah
197

Anda mungkin juga menyukai