Anda di halaman 1dari 3

NAMA:NYOMAN ARJUNA PAGARWESIA PRABAWA

NPM:2070121007
GUGUS:07,BAHASA
PENDAPAT TENTANG PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
TINGGI DI INDONESIA
Indonesia saat ini meupakan negara berkembang dari kawasan Asia Tenggara,dan belum
menjadi negara yang maju.Dalam perupayaan mengubah negara berkembang menjadi negara
maju ada beberapa faktor yang di perlukan seperti;Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas dan terjamin,selain itu juga harus memiliki pendidikan yang
berkualitas untuk membangun negara tersebut.Dan disini menurut saya perkembangan
pendidikan tinggi di Indonesia masih dibawah harapan,di karenakan kesalahan pendidikan dari
tingkat TK,SD,SMP,dan SMA,seperti misalnya banyaknya anak anak yang putus
sekolah,sehingga mereka tidak dapat mengenyam ilmu untuk menggapai impian mereka masing
masing.Dengan begitu disini Pemerintah sangat penting berperan untuk mengatasi masalah
tersebut.Pemerintah sudah melakukan berbagai macam cara untuk mengatasi masalah tersebut
seperti dengan memberikan Beasiswa kepada siswa yang memiliki taraf hidup yang tidak mampu
dan Program terbaru pemerintah adalah mengeluarkan sebuah kartu yaitu Kartu Indonesia
Pintar.Mereka yang mendapat KIP ini akan diberikan dana tunai dari pemerintah secara gratis
tanpa dimintai biaya apapun,Program Kartu Indonesia Pintar ini sendiri akan ditujukan pada 15,5
juta keluarga yang kurang mampu di IndonesiaDengan adanya program program tersebut
diharapkan angka putus sekolah di Indonesia menurun dan kualitas pendidikan di Indonesia
semakin berkualitas untuk menjadi sebuah negara maju.Selain itu pendidikan di Indonesia sangat
jauh berbeda dengan sistem pendidikan di Finlandia.Di Finlandia guru tidak pernah pernah
menyuruh siswa untuk membuat pekerjaan rumah dan menerapkan standar nilai ujian.Lantas,apa
yang sebenarnya membuat sistem pendidikan di Finlandia suskses dan berhasil mencetak
generasi generasi yang berkualitas dan cemerlang.Ada beberapa hal yang membuat pendidikan di
Finlandia lebih maju dari Indonesia,sebagai berikut:

1. Anak-anak di Finlandia tak diperkenankan masuk sekolah dasar kalau umur mereka belum genap
7 tahun. Sedangkan di Indonesia, beberapa sekolah membolehkan anak belum genap usia 7 tahun
–bahkan 6 tahun—masuk sekolah dasar. Dengan usia yang belum matang betul untuk mengenyam
pendidikan di sekolah dasar, anak akan jenuh dan cenderung tak optimal mengenyam pendidikan.

2. Guru-guru Finlandia punya sistem lain untuk menilai siswa, bukan dari ujian dan pekerjaan
rumah. Hal ini setidaknya dilakukan sampai mereka menginjak remaja.

3. Tak seperti di Indonesia, di Finlandia, anak tak diukur dari 6 tahun pertama mereka mengenyam
bangku pendidikan. Di Indonesia, 6 tahun pertama anak bersekolah, yakni di sekolah dasar, mereka
sudah dinilai. Nilai mereka dianggap mempengaruhi prestasi.

4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yakni ketika mereka berusia 16 tahun. Sedang  di
Indonesia, anak kelas 1 SD pun sudah dibebani ujian akhir semester.

5. Semua anak, pintar atau tidak, belajar di kelas yang sama. Di Indonesia, ada kelas akselerasi,
ada kelas regular, ada juga kelas internasional. Kelas seakan menjadi jurang.

6. 30 persen anak-anak di Finlandia memperoleh beasiswa selama 9 tahun untuk sekolah.


Di Indonesia, beasiswa (dulu) sangat sukar diperoleh.

7. 66 persen anak di Finlandia mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Di Indonesia


banyak anak putus sekolah.

8. Tak ada jurang yang terlalu lebar yang membedakan siswa yang terpandai dan paling tertinggal di
kelas. Di Indonesia, yang pintar dan yang dianggap tertinggal jurangnya sangat tampak.

9. Kelas sains di Finlandia diisi maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat praktik dan melakukan
penelitian.  Di Indonesia, hanya sekolah tertentu yang punya laboratorium yang memenuhi standar.
Itu pun digunakan banyak siswa.

10. 93 persen orang Finlandia adalah lulusan sekolah tinggi. Di Indonesia, tak sampai setengah
penduduk yang terdaftar mengenyam bangku pendidikan tinggi.

11. 43 persen siswa SMA Finlandia memilih sekolah kejuruan. Di Indonesia, sekolah kejuruan justru
termarjinalkan.

12. Siswa SD memiliki waktu istirahat 75 menit sehari, sementara di Indonesia hanya 15 menit.

13. Guru hanya menghabiskan 4 jam di kelas. Sementara itu, 2 jam seminggu guru memperoleh
pendidikan pengembangan profesi. Di Indonesia, guru 48 jam di kelas.

14. Di Finlandia, jumlah guru dan murid sepadan. Indonesia, terutama di daerah 3T, sedang
kekurangan guru.
15. Biaya sekolah 100 persen didanai negara. Di Indonesia, anggaran untuk Kementerian
Pendidikan dipotong.

Oleh karena itulah sistem pendidikan di Indonesia masih sangat jauh dibawah Finlandia,semoga
untuk kedepannya pemerintah Indonesia dapat membenahi sistem pendidikan di Indonesia
sehingga kedepannya Indonesia dapat mencetak para generasi generasi muda yang berkualitas
dan cemerlang.Namun banyak juga para generasi generasi mahasiswa yang berkualitas yang
berasal dari bermacam macam universitas,seperti UI,UGM,ITB,dan masih banyak lagi.

Anda mungkin juga menyukai