Anda di halaman 1dari 20
MENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor: FP. 2 /VII-SE1/2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DAN WILAYAH TERTENTU YANG DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN GNSS (GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Mengingat Kehutanan Nomor P.9/VII-SET/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Batas Kawasan Hutan Dengan Menggunakan GPS (Global Positioning System) telah diatur cara penataan batas dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) ; b. bahwa sesuai dengan Pasal 46 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012. tentang Pengukuhan Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan P.62/Menhut- 11/2013, pengukuran batas digunakan dengan batas dilakukan dengan menggunakan salah satu dan/atau kombinasi alat, diantaranya adalah alat ukur Global Positioning System (GPS); . bahwa dengan berkembangnya teknologi berbasis satelit, penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) sudah tidak sesual lagi dengan teknologi saat inl sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan Dan Wilayah Tertentu Yang Ditunjuk Sebagai Kawasan Hutan Dengan Menggunakan GNSS (Giobal Navigation Satellite System), : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); /2. Peraturan. Menetapkan : 2- Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); - Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5324); Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-11/2010 tentang O1 isasi dan Tata Kerja enterian Kehutanan (Berita indonesi Nomer 405) sebag telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-I1/2012; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 1242) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut- 11/2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1364); Peraturan Menteri_ Kehutanan Nomor P.43/Menhut-1/2013 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan. Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan Dan Pengelolaan Kawasan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1050) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2012; Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.6/VII- KUH/2011 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan Hutan; MEMUTUSKAN: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DAN WILAYAH TERTENTU YANG DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN GNSS (GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYS) TEM). /Pasal... “3 Pasal 1 Petunjuk Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan Dan Wilayah Tertentu Yang Ditunjuk Sebagai Kawasan Hutan Dengan Menggunakan GNSS (Global Navigation Satellite System) sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini, Pasal 2 Petunjuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan pedoman dan acuan dalam pelaksanaan penataan batas kawasan hutan di lapangan. Pasal 3 Dengan ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.9/VII-SET/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Satas Kawasan Hy-en Dengan Menggunakan GPS (Global Positioning System) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku maka Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Padgténggan4 Pebruari 2014 ’ DR. Ir. BAMBANG SOEPIJANTO, MM. NIP 19561215 198203 1 002. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor —:P. 2 /VII-Se? /2014 Tanggal 4 Pebruari 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DAN WILAYAH TERTENTU YANG DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN GNSS (GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM) 1, PENDAHULUAN A. Latar Belakang, Pemantapan Kawasan hutan dan wilayan tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan sebagai salah satu dari 8 (detapan) Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Pembangunan Bersatu Hl yang termuat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.70/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009, menjadi pedoman bagi seluruh aparat dan instansi Kementerian Kehutanan balk pusat maupun daerah. Terkait dengan Prioritas Nasional dan Kebijakan tersebut Jenderal Planologi Kehutanan telah menetapkan beberapa target pembangunan kehutanan yang harus dicapai selama 5 (lima) tahun yaitu mulai tahun 2010 sampai dengan 2014. Salah satunya adalah tata batas kawasan hutan sepanjang 63.000 Km sesuai dengan Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010 - 2014. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012 tanggal 11 Desember 2012, Pasal 46 ayat 1 dinyatakan bahwa Pengukuran torat batas dilakukan dengan menggunakan salah satu dan/atau kombinasi alat, yaitu diantaranya adalah alat ukur Global Positioning System (GPS) dan secara teknis juga diatur di dalam Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.6/VII-KUH/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan hutan. V JUntuk... Untuk pencapaian target penyelesaian tata batas pada Kementerian Kehutanan, diperlukan suatu metode baru mengenai pelaksanaan_teknis penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan, Salah satu. metode pelaksanaan teknis penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan adalah menggunakan GPS, GLONASS dan atau Galileo yang terintegrasi dalam satu sistem yang bernama GNSS (Global Navigation Satellite System). Sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis satelit, realisasi penggunaan GNSS sudah bisa diterapkan untuk penataan batas kawasan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan.Penentuan posisi batas tersebut secara akurat dan presisi, dapat ditentukan dengan menggunakan teknologi GNSS. Sebagaimana diketahui bahwa GNSS merupakan sistem satelit yang digunakan untukmemberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan percepatan tiga-dimensi, serta informasi waktu secara cepat, waktu terkini, dan diseluruh lokasi dalam segala cuaca, dengan ketelitian yang refatif tinggi serta mengacu pada suatu sistem referensi global. Prinsip penggunaan GNSS untuk penentuan posisi relatif mudah dan tidak memakan banyak tenaga. Pe keterlihatan. antar titik dan reiatif tidak dipengaruhi oleh kondisi topografi di ‘san posisi tidak memerlukan_ saiing antara titik. Teknologi yang telah memanfaatkan GNSS untuk berbagai aplikasi terkait dengan penentuan posisi, salah satunya adalah CORS(Continuously Operating Reference Stations). Titik-titik yang akan dicari (ditentukan) koordinatnya dapat diukur secara relatif terhadap titik ikatan (base station) CORS sebagai referensi. Saat ini yang mengaplikasikan CORS adalah Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Terkait dengan perolehan/pengolahan data CORS perlu dilakukan kerja sama dengan BIG dan BPN. Pada saat ini ketersediaan CORS belum merata diseluruh wilayah Indonesia, sehingga untuk pelaksanaan pengukuran di wilayah yang tidak tersedia CORS dapat menggunakan pilar/titik kontrol geodesi lainnya sebagai titik ikatan (base station). Dengan posisi batas kawasan hutan yang diikatkan ke CORS ataupun pilar/titik kontrol geodesi, nantinya akan dihasilkan kawasan /hutan... 2 hutan yang terintegrasi dengan Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI). SRGI tunggal sangat diperlukan untuk mendukung kebijakan Satu Peta (One Map) bagi Indonesia. Penyelenggaraan informasi geospasial _nasional memerlukan suatu sistem referensi tunggal, baik horizontal maupun vertikal,, untuk menjamin integritas informasi geospasial yang dihasilkan. Teknologi penentuan posisi berbasis satelit (GNSS) telah memungkinkan digunakan untuk penyelenggaraan kerangka referensi koordinat nasional yang terintegrasi dengan sistem referensi geospasial global. Dengan satu peta maka semua pelaksanaan pembant di Indonesia dapat berjalan serentak tanpa tumpang tindih kepentingan. so 1, Maksud Penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutandengan menggunakan GNSS dimaksudkan untuk melakukan pengukuran batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan secara efektif, efisien serta meminimalisir kesalahan untuk mempercepat penyelesaian penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan. 2. Tujuan Tujuan dari Penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutandengan menggunakan GNSS adalah untuk memperolehkepastian hukum mengenai letak, luas dan batas dari wilayahyang akan ditetapkan menjadi kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan secaraterpadu, berhasil guna, dan berdaya guna sehingga terjamin keakuratan, kemutakhiran, dantingkat akurasi tinggi yang mengacu pada suatu sistem referensi geospasial. C. Pengertian - pengertian 1. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang /berada... berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. . Informasi Geospasial adalah Data Geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan_ kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Sistem Referensi Geospasial adalah suatu sistem referensi koordinat, yang digunakan dalam pendefinisian dan penentuan posisi suatu entitas ital, posist vertikal_ maupun_nilai geospasial mencakup posisi hort gayaberat berikut perubahannya sebagai fungsi waktu. . Sistem Referensi Geospasial Indonesia adalah suatu Sistem Referensi Geospasial yang digunakan secara nasional dan konsisten untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kompatibel dengan sistem referensi geospasial global. . Jaring Kontrol Geodesi adalah sebaran titik kontrol geodesi yang terintegrasi dalam satu kerangka referensi. . Titik Kontrol Geodesi adalah posisi di muka bumi yang ditandai dengan bentuk fisik tertentu yang dijadikan sebagai kerangka acuan posisi untuk Informasi Geospasial. . Jaringan Titik Kontrol Kehutanan adalah rangkaian titik yang diukur secara berkesinambungan antar titik sehingga semua titik dalam jaringan saling berkorelasi dengan ketelitian homogen yang dibuat oleh Kementerian Kehutanan. . CORS adalah jaring Kontrol geodesi aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang beroperasi secara Kontinyu selama dua puluh empat jam. ). Global Navigation Satellite System (GNSS) adalah sistem satelit yang digunakan untuk kepentingan penentuan posisi dan navigasi, diantaranya adalah GPS (Global Positioning System), GLONASS (Globalnaya J Navigatsionnaya... Navigatsionnaya Sputnikovaya Sistema/Global Navigation Satellite System) dan Galilleo. 10.Global Positioning System (GPS) adalah salah satu sistem GNSS yaitusuatu sistem penentuan posisi dengan menggunakan satelit yang dikembangkan oleh Negara Amerika Serikat dengan cara _melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit GPS sebagai sumber transmitter gelombang mikro pembawa pesan navigasi yang dibutuhkan oleh pengamat melalui bantuan receiver. 11.Globalnaya Navigatsionnaya Sputnikovaya Sistema/Global Navigation Satellite System (GLONAS) adalah salah satu sistem GNSS yaitu suatu sistem penentuan posisi dengan menggunakan satelit yang dikembangkan oleh Negara Rusia dengan cara melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit GLONASS sebagai sumber transmitter gelombang mikro pembawa pesan navigasi yang dibutuhkan oleh pengamat melalui bantuan receiver. 12. Receiver Tipe Geodetik adalah tipe receiver yang umumnya digunakan untuk penentuan posisi dengan ketelitian koordinat yang diperoleh lebih kecil dari fraksi desimeter dengan penentuan posisi relatif. Receiver mampu menerima sinyal satelit GNSS pada frekwensi tungga! L1 (C/A-code dan carrier phase) dan atau dapat menerima sinyal satelit GNSS pada frekwensi ganda L1 (C/A-code dan carrier phase) \2 (P-code codecarrier phase) 13. Receiver Tipe Mapping adalah tipe receiver yang umumnya digunakan untuk penentuan posisi dengan tingkat kesalahan koordinat lebih kecil dari dua meter dengan penentuan posisi relatif (differensial). 14. Receiver Tipe Navigasi adalah tipe receiver yang umumnya digunakan untuk penentuan posisi dengan tingkat kesalahan koordinat lebih besar dari receiver tipe navigasi dengan penentuan posisi secara absolute. 15.PDOP (Position Dilution of Precision) adalah angka kuantitatif dari kualitas posisi / geometri satelitdalam ruang 3D. 16.Absolute Positioning adalah penentuan posisi/titik diatas permukaan bumi yang dilakukan menggunakan satu receiver. 117. Base Station... 5 17. Base Station adalah titik pasti yang dijadikan sebagai acuan atau ikatan terhadap titik yang akan diukur. 18. Rover adalah titik yang akan diukur relatif terhadap titik ikatan/base station. 19. Differential Positioning Rapid Static/Radial adalah metode pengukuran (pengamatan) secara statis dengan menggunakan minimal 2(dua) receiver, yang secara simultan melaksanakan pengamatan, dan dengan satelit yang sama. Minimal salah satu dari receiver tersebut berada pada titik ikat (base station), dan lainnya merupakan titik yang akan dihitung koordinatnya(rover). 20. Real Time Kinematik (RTK) merupakan metode penentuan posisi secara relatif dari pengamatan GNSS terhadap titik Kontrol geodesi aktif atau titik referensi tertentu aktif sebagai titik ikatan (base station) dengan koreksi posisi yang diberikan oleh base station secara langsung menggunakan atau tidak menggunakan jaringan internet atau gelombang radio. 21. Baseline (Jarak Basis) adalah jarak antara dua titik (receiver) yang mengamati beberapa satelit yang sama secara simultan. 22. Receiver adalah alat penerima sinyal satelit pada GNSS (GPS, GLONASS atau Galileo). 23.Elevation Mask/Cut Of Elevation angel adalah sudut pandang minimum terhadap horison antena yang tidak boleh terhalang yang dapat menyebabkan penerimaan sinyal satelit terganggcu. 24, Epoch (epok) adalah interval waktu pengambilan/perekaman data. 25.Multipath adalah suatu keadaan dimana sinyal satelit diterima tidak langsung ke antena melainkan sinyal yang dipantulkan (misalnya kabel tegangan tinggi, benda logam, pohon, gedung, dsb.) di sekitar antena sebelum tiba di antena. 26. Akurasi adalah tingkat ketelitian ukuran yang dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis. /DESKRIPSI... II. DESKRIPSI UMUM A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial 2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-11/2012 Jo P.62/Menhut-II/2013tentang Pengukuhan Kawasan Hutan, Pasal 46 ayat (2). 3. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.6/VII-KUH/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan Hutan. B. Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan Penataan batas kawasan hutan menggunaken GNSS adalah : 1. Persiapan administrasi pembuatan peta kerja, 2. Perencanaan pelaksanaan pengukuran penentuan titik yang akan diukur dengan GNSS. 3. Membuat diskripsi lapancan berupa keterangan lengkap mengenat situasi disekitar pal, nama wilayahnya, termasuk aksesibilitas menuju lokasi. Pemasangan tanda batas. Membuat dokumentasi pal berupa foto. Melakukan pengamatansinyal satelit. Pembuatan Berita Acara. Download data pengamatan dan pengolahan data panes Pemetaan. 10.Pembuatan laporan C. Ketenagaan, Peralatan dan Prestasi Kerja 1. Ketenagaan Jumlah tenaga per-regu yang diperlukan seperti pada tabel berikut: /Perihal... a ~~ Datar/Pegunungan/Rawa (orang) sementara © Definitif 5 | + Tenaga Daerah (Dinas) 2 2 Pengelola * 1 1 | Kecamatan 1 1 Desa i 1 Jumlah tenaga teknis 7 7 Buruh 7 8 15 Rintis** 4 4 Angkut** 4 iL Jumiah total 15 22 *apabila kawasan konservasi atau KPH *** Bintis falanytrayek ‘*=*Angkut bahan makanan, angkut camping unit dan angkut pal untuk tata batas defini. 2. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu GNSS yaitu : « Receivertipe Geodetic ditunjuk sebagai kawasan hutan menggunakan + Receiver tipe pemetaan (Mapping) * Receiver tipe navigasi untuk memudahkan pencarian titik-titik trayekdan orientasi lapangan. + Peralatan bantu lainnya seperti Kompas untuk menentukan sudut jurusan (azimuth) * Alat komunikasi Catu daya dan charger 3. Prestasi Kerja Prestasi kerja 1 regu pengukuran menggunakan GNSS perhari dengan jarak antar pal batas 750 meter sampai dengan 1.250 meter adalah: + Datar 22 Kmy/hari + Pegunungan dan Rawa —: 1.5 Km/hari /D. Metode... . Metode Metode pengukuran yang digunakan dalam kegiatan penataan batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan__hutan menggunakan salah satu atau kombinasi dari metode dibawah ini, yait 1. Metode Differential positioning rapid static/radial 2. Metode Real Time Kinematik (RTK) . Ketelitian Akurasi/ketelitian pengukuran adalah 0,3 mm kali skala peta. (Skala peta tata batas adalah 1:25.000 sehingga Akurasi alat yang diperlukan adalah + 7,5 m) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SN1) yang aisusun oien Badan Standarisasi Nasional No SNI 6502.2:2010 tentang spesifikasi penyajian peta rupa bumi-bagian 2, Skala 1 : 25.000. /TIIL, PELAKSANAAN... 9 III. PELAKSANAAN A. Perencanaan Merencanakan tentang: 1 Peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan survey, seperti seperangkat peralatan GNSS (receiver, catu daya, display, kabel konektor,statip, pengukur tinggi antena), battery charger, lembar pencatatan data, alat tulis, alat komunikasi, laptop, peralatan bantu lainnya, . Membuat disain posisi tanda batas berikut koordinatnya yang akan dibuat di lapangan pada peta kerja tata batas kawasan hutan menggunakan GNSS, dengan mengacu pada peta trayek batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan yang sudain disetujui oleh Panitia Tata Batas. . Peta Trayek Batas yang telah disetujui oleh Panitia Tata Batas sudah disusun dan diproses perubahan deliniasi_batas kawasan__hutan menggunakan Citra Resviusi Tinggi atau Sangat Tinggi. . Peta kerja tata bates kawasan hutan menggunakan GNSS ditumpanatindihkan dengan Peta Rupa Bumi, peta tematik yang memuat data sekunder, Citra Resolusi Tinggi atau Sangaf Tinggi dan Informasi Spasial lainnya dalam rangka mengidentifikasikan obyek-obyek di lapangan, seperti markan sungai/jalan, pemukiman, sawah, kebun dan lain-lain. . Hasil identifikasi/penafsiran citra yang nampak jelas seperti markan sungai/jalan dan lainnya untuk dicatat Koordinatnya dalam rangka ground check lapangan. . Koordinat tanda batas dan lainnya dimasukkan ke dalam receiver untuk memudahkan pencarian posisi titik batas kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan. . Melakukan pemetaan Jaringan Titik Kontrol Geodesi milik BIG dan BPN yang aktif (CORS) dan yang tidak aktif (pilar) dan Jaringan Titik Kontrol [Kehutanan... to Kehutanan yang ada disekitar lokasi tata batas untuk memudahkan penentuan dan penempatan Base Station. 8. Menentukan metode pengukuran yang akan digunakan (disesuaikan dengan receiver, waktu pengamatan, lama pengamatan, pengikatan ke titik ikatan referensi. 9. Strategi pengolahan data, mengenai software yang akan digunakan untuk pengolahan data baseline, perataan jaringan, sumber daya manusia yang memahami tata cara pengolahan data dan analisanya, mekanisme pengolahan (awal) data di lapangan, mekanisme pengolahan data di kantor dan mekanisme kontrol kualitas dari pengolahan data. ‘Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian pelaksanaan survei, yaitu antara lain: * Pengorganisasian personil jumiah receiver yang digunakan, serta jumlah baseline yai * Pembagian tugas kerja untuk setiap personil survei. «Briefing untuk seluruh personil surveitentang hal-hal teknis dan non- teknis yang harus diperhatikan. '* Mekanisme pergerakan anggota team survai dan receiver yang terlibat, termasuk sarana transportasinya. * Logistik dan akomodasi untuk seluruk personil survei. « Terjalinnya Komunikasi tim survei untuk tujuan koordinasi. * Pra-sarana dan sarana untuk pengolahan awal dari data GNSS. 9 akan diamati. B, Pelaksanaan 1. Pengenalan Lapangan(Reconnaisance) © Berkoordinasi dengan masyarakat setempat terkait aksesibilitas menuju ke posisi tanda batas yang telah direncanakan. * Sebelum dilakukan penataan batas kawasan hutan, perlu dilakukan ground check \apangan terhadap citra yang digunakan, yaitu mengukur koordinat yang telah direncanakan dalam rangka ground check /lapangan... " lapangan. Apabila posisi di peta kerja berbeda/bergeser dengan posisi hasil ground check lapangan, maka perlu diperhitungkan dan diposisikan Kembali seluruh koordinat tana batas _terhadap perbedaan/pergeseran tersebut, dalam hal ini perbedaan/pergeseran tersebut adalah selisih sumbu X (AX)-dan sumbu Y (AY) atau sudut jurusan dan jarak pergeserannya. + Mencatat secara detail kondisi dan karakteristik dari setiap lokasi titik yang akan ditentukan posisinya, seperti tutupan lahan, aksesibilitas dan sketsa lokasinya. © Memastikan bahwa lokasi titik reiatif jauh dari obyek-obyek yang borsifat reflektif dan meminimalkan muttipath. * Menghubungi pihak-pihak yang dapat membantu masalah akomodasi dan logistik. + Memperhatikan masalah listrik, Karena ini. akan terkait dengan pengisian baterai dan juga penggunaan komputer untuk pemrosesan awai dari data hasi! pengamatan sinyal satelit nantinya. 2. Pemasangan Pal Batas Kawasan Hutan © Mencari koordinat pendekatan pat batas yang telah direncanakan atau yang telah diperhitungkan kembali terhadap hasil ground chek lapangan dan mengidentifikasikan disekitar _lokasi_tersebut. Pemasangan pal batas’ dilakukan berdasarkan penampakan citra resolusi tinggi atau sangat tinggi, hasil identifikasi lokasi_ dan rasionalisasi batas_kawasan hutan (misalnya pinggir sungai, jalan, pemukiman, punggung bukit dan lain-lain). + Apabila berdasarkan peta kerja tata batas kawasan hutan menggunakan GNSS, rencana lokasi pal batas terdapat kanopi yang rapat di lapangan, maka pemasangan tanda batas dapat digeser pada lokasi dengan kanopi yang terbuka disepanjang batas kawasan hutan dengan memperhatikan jarak antar tanda/pal batas 750 m sampai dengan 1.250 m. /Pal batas... * Pal batas dan rintis batas dibuat sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.6/VII-KUH/2011 tanggal 27 Desember 2011, 3. Pemasangan Tugu Batas dan Papan Pengumuman + Spesifikasi tugu batas dan papan pengumuman, jarak antar tugu batas dan jarak antar papan pengumuman sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.6/VII-KUH/2011 tanggal 27 Desember 2011. * Monumen (tugu) untuk setiap titik harus dirancang dan dibuat agar dapat bertahan selama mungkin + Tugu batas harus kuat,stabil dalam semua arah (horisontal maupun vertikal) C. Pengukuran Beberapa ketentuan pengukuran tanda batas adalah sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan 2. Differential positioning rapid static/radial Melakukan pengamatan sinyal satelit pada tugu batas dan pal batas dengan memperhatikan pada lokasi tersebut dapat menerima sinyal dari satelit sekurang-kurangnya 4 (empat) satelit. Pengamatan secara simultan menggunakan satu receiver pada base station dan receiver lainnya pada pal batas atau tugu batas sebagai rover, Base station tmenggunakan titik ikatan referensi, yaitu Titik Kontrol Geodesi aktif (CORS) atau tidak aktif (pllar)yang dibuat oleh BIG atau BPNdan Jaringan Titik Kontrol Kehutanan. Apabila menggunakan Titik Kontrol Geodesi aktif (CORS) sebagai base station, tidak perlu menempatkan receiver pada titik tersebut, karena telah diamati oleh BIG atau BPN sehingga untuk kebutuhan datanya dapat diambil dari BIG atau BPN. Jarak antara base station dengan rover maksimal sepanjang 600 Km. Apabila jarak base station dengan rover melebihi 600 Km, dapat dilakukan dengan menggunakan ase station|titik kontrol bantu yang [diikatkan, | | | diikatkan ke titik ikatan referensi (Titik Kontrol Geodesi aktif (CORS) atau tidak aktif (pilar) dan Jaringan Titik Kontrol Kehutanan). a oP e Gambar pengukuran menggunakan titik kontrol bantu b. Real Time Kinematik (RTK) Sebagai hase station adalah titik kontro! geodesi aktif/CORS atau titik referensi tertentu aktif, sehingga tidak perlu menempatkan receiver pada titik tersebut. Pelaksanaannya menggunakan 1 (satu) atau lebih receiver pada tanda batas kawasan hutan yang akan diukur sebagai rover dan secara langsung diperoleh hasil pengukuran terkoreksi dari base station dengan menggunakan jaringan internet atau gelombang radio atau teknologi lain yang memiliki kemampuan pengukuran terkoreksi tanpa menggunakan jaringan internet atau gelombang radio. Catatan: untuk hasil_pengukuran yang menggunakan titik referensi tertentu aktif sebagai base station perlu dilakukan transformasi ke Sistem Referensi Geospasial Indonesia yaitu dengan cara melakukan pengukuran pada titik kontrol geodesi aktif disekitar lokasi tata batas secara RTK atau lainnya. /2, Lama... 2. Lama pengamatan untuk setiap titik pal batas minimal 15 menit dengan epoch 1 detik. . Apabila tidak memungkinkan melakukan pengamatan pada titik-titik batas karena receiver tidak bisa menangkap sinyal, maka dapat dilakukan dengan pengamatan secara offset (pengamatan dilakukan ditempat lain) untuk mengetahui koordinat titik batas tersebut dengan menghitung jarak dan azimuth terhadap titik pengamatan atau dengan cara lain sesuai dengan ketentuan umum. D. Pengolahan Data Pengolahan data meliputi beberapa tahap yaitu : 1. Download data Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu data yang ada dalam receiver di download ke komputer. 2. Pengoiahan data a. Metode Differential positioning rapid static/radial ukan dengan menggunakan software Pengotahan data metode ini mendukung dengan receiver yang digunakan. Apabila kan Titik Kontrol Geodesi aktif (CORS) pada hase station, data pengukuran di titik base station tersebut untuk berkoordinasi dengan BIG atau BPN terkait pengambilan datanya. b. Metode Real Time Kinematik (RTK) Untuk metode RTK yang hasil pengukurannya sudah terkoreks! oleh base station Titik Kontrol Geodesi aktif (CORS) milik BIG atau BPN, tidak perlu dilakukan pengolahan data. Untuk metode RTK yang hasil pengukurannya sudah terkoreksi oleh base station titik referensi tertentu aktif perlu dilakukan transformasi ke Sistem Referensi Geospasial Indonesia. /&. Pemetaan... 1s E. Pemetaan Hasil dari pengolahan data pengamatan sinyal satelit GNSS dituangkan ke dalam peta hasil tata batas definitif kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan sebagai lampiran Berita Acara Tata Batas. Pembuatan peta hasil tata batas sementara/definitif kawasan bhutan disesuaikan dengan Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Kehutanan yang berlaku. F. Format Berita Acara Tata Batas danLaporan Pengukuran Tata Batas * Format Berita Acar. Vata Batas (BATB) van Laporan Tata Batas dibuat sesuai dengan Perat Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.6/VII-KUH/2011 tanggal 27 Desember 2011. * Data hasil pengukuran disesuaikan dengan format BATB yaitu berupa koordinat, apabila mencantumkan besaran azimuth dan jarak untuk diberi keterangan mengenai besaran azimuth dan jarak yang merupakan has! pengolahan data. «Pada laporan untuk ditambahkan mengenai datum, proyekst, merk dan tipe receiver yang digunakan, metode pengukuran, hasil pengolahan data, hasil download data, statistik hasil pengotahan data berikut akurasi ukuran. * Berita Acara Tata Batas melampirkan/mencantumkan data sebagaimana table berikut: No Pal/ Tugu Koordinat Geografis ‘Akurasi_ | Ket (Kondisi saat Batas, BT ts (meter) pengukuran) /PENUTUP.... Po IV. PENUTUP Penataan Batas Kawasan hutan dan wilayah tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan dengan menggunakan GNSS merupakan kegiatan yang sangat mendasar dan strategis guna mempercepat penyelesaian pekerjaan tata batas yang harus dicapai selama 5 (lima) tahun yaitu mulai tahun 2010 sampai dengan 2014. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan dedikasi yang tinggi disamping kedisplinan dan kompetensi pelaksana, DYREKTUR JENDERAL OR. Ir. BAMBANG SOEPIJANTO, MM, NIP. 19561215 198203 1 002

Anda mungkin juga menyukai