Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KONSEP DAN ISU PEMBANGUNAN

PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DARI KORUPSI


KOLUSI DAN NEPOTISME

Di susun Oleh Kelompok 6 :

1.HENDRA PERDANA
2.DANY FAHRIZA
3.ADRHIE
4.REIFAN MIRDHANI

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK KONSENTRASI

KEBIJAKAN PUBLIK PASCASARJANA

FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

2022
A. Latar Belakang Masalah

Cita-cita didirikannya Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945 adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Salah satu
komponen untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah penyelenggaraan Negara yang
efisien, efektif, dan bersih dari praktek-praktek yang merugikan kepentingan Negara dan
bangsa. Penyelenggara Negara seperti diatas dapat terlaksana apabila aparatur Negara
termasuk aparatur pemerintah di dalamnya dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik, professional, transparan, akuntabel, taat pada aturan hukum, responsive dan proaktif,
serta mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara, dan bukan mengutamakan
kepentingan pribadi,dan bukan mengutamakan kepentingan pribadi,kelompok atau partai
yang berkuasa dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kondisi yang dijumpai selama ini,
ternyata berbeda dengan harapan di atas, selama orde baru, telah terjadi pemusatan
kekusaan, wewenang dan tanggung jawab pada presiden / mandataris Majelis
Pemusyawaratan Rakyat ( MPR ) dalam penyelenggaraan negara. Akibatnya, lembaga
tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya tidak dapat berfungsi dengan baik, dan
partisipasi masyarakat dalam memberikan kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara tidak dapat berkembang. Akibat lainnya,kegiatan penyelenggaraan
cenderung mengarah pada praktek-praktek yang lebih menguntungkan kelompok tertentu
yang pada akhirnya menyuburkan praktek korupsi, kolusi,dan nepotisme yang melibatkan
para pejabat negara dengan para pengusaha sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan
negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional.

1 Pemerintah berupaya mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Salah satu langkah yang dilakukan para penyelenggara
negara berkewajiban mengumumkan dan melaporkan harta kekayaan sebelum dan sesudah
memangku jabatan2 Mengenai persoalan ini telah diatur Undang-Undang No.28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Dalam undang undang
tersebut dijelaskan asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsional, asas profesionalitas dan asas
akuntabilitas. Penyelenggara negara mempunyai peranan yang sangat penting dan
menentukan dalam penyelenggaraan negara, penyelamatan dan normalisasi kehidupan
nasional sesuai tuntutan reformasi. Untuk itu diperlukan kesamaan persepsi visi dan misi dari
seluruh penyelenggara negara dan masyarakat. Kesamaan persepsi visi dan misi tersebut
harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki terwujudnya
penyelenggara negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif, efesien,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam suatu negara hukum, supremasi hukum dan
pemerintahan yang bersih adalah merupakan salah satu kunci berhasil tidaknya suatu negara
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan di berbagai bidang. Supremasi
hukum adalah keberadaan hukum yang dibentuk melalui proses yang demokratis dan
merupakan landasan berpijak bagi seluruh penyelenggara negara dan masyarakat luas,
sehingga pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dapat berjalan sesuai aturan yang
telah ditetapkan. Sedangkan pemerintahan yang bersih adalah pemerintahan yang bebas dari
praktek KKN dan perbuatan tercela lainnya. Dengan demikian, supremasi hukum dan
pemerintahan yang bersih yang didukung oleh partisipasi masyarakat dan atau lembaga
kemasyarakatan untuk melakukan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan pemerintahan umum
dan pembangunan merupakan salah satu upaya reformasi birokrasi dalam rangka
mewujudkan good governance. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia
Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera dan
tertib berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera tersebut, perlu secara terusmenerus
ditingkatkan usaha–usaha pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pada umumnya
serta tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme pada khususnya

Secara teoritis kedudukan korupsi merupakan tindakan kriminal. Asas legalitas hukum
tentang korupsi sangat jelas dan tegas. Sebagaimana delik pencurian, pelaku korupsi harus
dihukum. Lebih jauh yang menjatuhkan sanksi bagi pencuri lebih menunjukkan esensi
perbuatan korupsi itu sendiri. Melalui korupsi pelakunya memotong kesempatan orang lain
dengan cara yang tidak sah dan melawan hukum.

Berdasarkan uraian di atas, tentang :“ PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DARI


KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME ( Tinjauan Yuridis – Normatif dan Hukum ).

b. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Masalah Pembatasan masalah yang menjadi objek penelitian dan pembahasan ini
diperlukan agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu meluas akan tetapi terfokus pada
satu masalah yang menjadi akar permasalahan sehingga pembahasan dan analisa
permasalahan dapat dilakukan secara lebih mendalam. Dalam penulisan skripsi ini,
permasalahan dibatasi penyelenggaraan Negara yang bersih dari korupsi, kolusi dan
nepotisme berdasarkan Undang-undang No.28 Tahun 1999 dan Hukum. Untuk lebih
jelasnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Penyelenggaraan negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ?

2. Bagaimana Penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN menurut Undang Undang
No.28 Tahun 1999 ?

3. Apa Hukuman bagi pelaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme baik menurut hukum Positif ?

c. Rumusan Masalah
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui aturan tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
b. Untuk mengetahui penyelenggaraan Negara menurut Undang –Undang No.28
Tahun 1999.
c. Untuk mengetahui hukuman bagi pelaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menurut
Hukum Islam dan Hukum Positif.
d. Hak dan Kewajiban setiap penyelenggara Negara
Pengaturan tentang peran serta masyarakat dalam undang-undang ini dimaksud untuk
memberdayakan masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggraan negara yang
bersih dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. Dengan hak dan kewajiban yang dimiliki,
masyarakat diharapkan dapat lebih bergairah melaksanakan negara,dengan tetap
mentaati rambu-rambu hukum yang berlaku. Hak, kewajiban setiap penyelenggara
negara adalah :
menerima gaji, tunjangan dan fasilitas, menggunakan hak jawab atas teguran serta
kritik, menyampaikan pendapat di muka umum sesuai wewenang, dan hak lain sesuai
50 peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan kewajiban penyelenggara negara
adalah : mengucapkan sumpah / janji sebelum menjabat, bersedia diperiksa
kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat, melaporkan dan mengumumkan
kekayaan sebelum dan setelah menjabat, tidak korupsi, kolusi dan nepotisme.2

e. Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dari Korupsi Kolusi Dan Nepotisme Menurut
Undang-Undang No.28 Tahun 1999

Penyelanggara Negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan cita-cita


perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam penjelasan UndangUndang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa yang sangat penting dalam pemerintahan dan
dalam hal hidupnya Negara ialah semangat para penyelenggara Negara dan pemimpin
pemerintahan. Dalam waktu lebih dari 30 ( tiga puluh ) tahun, penyelennggara Negara
tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal, sehingga
penyelenggaraan Negara tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena
adanya pemusatan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab pada Presiden /
mandataris majelis permusyawaratan rakyat Republik Indonesia. Di samping itu,
masyarakat pun belum sepenuhnya berperan serta dalam menjalankan fungsi control
sosial yang efektif terhadap penyelenggara Negara. Pemusatan kekuasaan, wewenang
dan tanggung jawab tersebut tidak hanya berdampak negative di bidang politik,
namun juga di bidang ekonomi dan moneter.

f. Kesimpulan
1. Penjelasan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menurut hukum
adalah suatu keharusan, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai transparansi, keadilan
dan kejujuran. Sehingga di tegaskan mengenai bagaimana menjaga amanat.
menjelaskan tentang hukuman bagi penerima suap dan member suap.
2. Penyelenggaraan negara pada Undang-Undang No.28 Tahun 1999, mempunyai
peranan penting dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini secara
tegas dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa yang sangat pentinng dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara
dan pemimpin pemerintahan. Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari koupsi, kolusi dan nepotisme, dalam Undang-Undang ini
ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian
hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan.
g. Saran – saran
1. Untuk Para Penyelenggara negara seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai etika
dalam memimpin sebuah negara, khususnya negara Indonesia. Karena Indonesia
merupakan negara terkorup didunia. Oleh sebab itu Penyelenggara negara harus
memiliki sifat-sifat yang luhur dan dapat dipercaya dalam mengemban suatu
amanah agar tidak menyimpang.
2. Kasus KKN tidak saja terjadi pada pola pemerintahan akan tetapi terjadi pula pada
beberapa lapis masyarakat, karena budaya KKN telah menjamur di mana saja,
hingga sulit untuk di basmi. Oleh karena itu pemerintah seharusnya peka terhadap
kasus KKN.
3. Kepada para tokoh pendidik, Ulama Cendikiawan agar menjadi contoh dalam
melakukan tugasnya, sehingga masyarakat dapat menjadikan pegangan

Anda mungkin juga menyukai