Perihal :
Raha, 17 Juni 2022
Tanggapan_dan Penjelasan Kepada
Yth. 1. Kepala Perwakilan OMBUDSMAN
Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari
2. Bapak Bupati Muna di Raha
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Muna di
Raha
Dengan hormat, :
Dengan ini kami pelapor menanggapi surat Bapak Ombudsman Perwakilan
Sulawesi Tenggara tertanggal 23 Mei 2022 yang berperihal Pemberitahuan
Perkembangan Laporan. Sebelumnya kami pelapor + menyampaikan banyak
terima kasih kepada Bapak Ombudsman atas perhatiannya kepada kami
(pelapor) dengan mengupayakan tegaknya aturan hukum yang berlaku dalam
lingkungan pemerintahan terutama kepada Pejabat Instansi yang berhubungan
dengan public demi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pada
umumnya,
Berdasarkan surat pengaduan kami tertanggal 04 Agustus 2021 yang ditujukan
kepada Bapak Ombudsman Perwakllan Sulawesi Tenggara terkait dengan
dugaan mal administrasi berupa pengabaian ewajlban fukum yang dilakukan
leh Kepala Lurah Laiwory (terlapor) yang tidak bersedia menanda tangani
dokumen surat keterangan ahli waris yang dimohonkan pelapor.
Berkenaan dengan itu, maka tim Ombudsman berulang kali mendatangi Lurah
Lalworu di kantomya, namun lurah tidak pernah diketemukan / hadir karena lurah
jarang sekali masuk Kantor sehingga Tim Ombudsman meminta Klaifkasi
kepada Camat Batalaiworu (Sdr ASWIN,S.STP.,M.Si) sebagaimana tertuang
dalam BAP ( Berita Acara Pemeriksaan) Nomor 01/BA/00812021/X/2021
tertanggal 7 Okober 2021.
Bahwa Klarifikasi Camat Batalaiworu yang disampaikan kepada Tim Ombudsman
bahwa permohonan pelapor belum ditindak lanjuti oleh terlapor di kartinakan
objek tanah masih bersengketa sehingga terlapor khawatir akan adanya
keberatan oleh pihak yang bersengketa jika menandatangani dokumen surat
keterangan ahli waris yang dimohonkan pelapior.
Bahwa Klarifikasi Camat tersebut diatas adalah tidak benar dan hanya
merupakan SUBTERFUSE atau dain yang bertujuan untuk membela lurahnya,
jelas = jelas Lurah (lerlapor) telah terdugadimana lurah sebagai
Penyelenggara Negara yang tidak mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat sehingga berdampak pada tidak adanya kepastian hukum Karena
untuk menjadi seorang ura syarat utamanya adalah Pegawai Negeri Sipil,
bukanlah hal yang gampang untuk dijalankannya, perlu memiliki kecerdasan
serta kerja eras, tidak boleh melanggar setiap tugas yang harus dijalankan
Page 1terutama dibidang pelayanan masyarakat dan mampu — menyelesalkan
perselisiharvpertengkaran di dalam masyarakat di wilayahnya.
Oleh Karena itu tindakan Lurah Laiworu (MUHAMMAD REZKI RIYANTO,S,STP)
bertentangan dengan ketentuan pasal 4 dan pasal 15 huruf (@) dan Undang -
undang Nomor 25 Tahun 2009 serta ketentuan pasal 25 ayat (3) huruf ¢,
Peraturan Pemerintan Nomor 17 Tahun 2018 .
Berdasarkan penjelasan Camat Batalaiworu dalam BAP nya —_bahwa
permohonan pelapor belum —ditindak lanjuti oleh terlapor ( lurah laiworu)
dikarenakan objek tanah masih bersengketa sehingga terlapor (lurah) khawatir
akan adanya keberatan oleh pihak yang bersengketa jika menanda tangani
dokumen surat keterangan ali waris yang dimohonkan pelapor.
Bahwa jikalau objek tanah masih bersengketa maka
1. Mengapa lurah — berani sekali membagikan tanah tersebut serta
membuatkan sertifikat tanah itu sebanyak 4 (empat) orang ahli waris
lainnya dan kami pelapor dikesampingkan yang tentunya segala
pengurusan untuk mendapatkan sertifikainya memerlukan persyaratan yang
harus dipenuhi terutama alas hak tanah atau surat keterangan kepemilikan
tanah yang harus ditanda tangani Desa /Lurah , tana surat tersebut,
maka sertifikat tanah tidak akan bisa keluar atau diterbitkan , sehingga hal
ini lurah diduga telah melakukan pelanggaran hukum yang dapat diancam
hukuman sebagaimana tercantum dalam pasal Kifab Undang - undang
Hukum Pidana (KUHP) yaitu memberikan keterangan palsu dalam bentuk
surat (dokumen);
2. Bahwa camat mengatakan bahwa obyek tanah itu masih bersengketa.
Padahal tanah itu adalah tanah peninggalan orang tua kami. Sepengetahuan
kami tidak ada yang mempersengketakan tanah tersebut selama hidupnya
orang tua kami, kalau para ahliwaris yang mau bersengketa , itu adalah
wajar dan itulah sebabnya, maka kami (pelapor) meminta tanda tangannya
lurah untuk menerangkan bahwa tanah-tanah tersebut adalah milk orang
tua kami Almh, WA ODE GURE dan Alm. LA ODE KAMBAEDE berdasarkan
pajak yang setiap tahunnya kami bayar, mengapa camat mengatakan obyek
tanah masih sengketa ? Dimana letak sengketanya? Kami meminta tanda
tangan keterangan itu bukan atas nama kami (pelapor) tetapi atas nama W
AODE GURE (orang tua kami) kalaupun itu sengketa, justru itulah kami
pelapor meminta surat keterangan ahli waris di lurah yang bertujuan untuk
mendapatkan penyelesalan yang adil lewat Pengadilan Agama, kami yakin
Lurah dan camat tidak mampu menyelesaikannya apalagi ditumpangi
dengan unsur berpihak sebelah dan mengapa justru lurah tidak mau tanda
tangan (menolak) permintaan kami dan sengaja menunda - nundanya? Dan
camat memberikan alasan dan dalih yang kami tidak dapat_menerimanya,
seharusnya camat memberikan teguran kepada lurah tentang pelanggarannya
yang bertentangan dengan Undang - undang Nomor 25 Tahun 2009 dan
Poge 2Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018 agar urah melakukan
perbaikan dan peningkatan dibidang pelayanan serta menyuruh melayani
kami pelapor untuk mendapatkan pelayanan yang balk dan agar lurah
tidak membawa kesan yang buruk, tapi nyatanya sekarang kami sudah
hamper 1 (satu) tahun belum juga mendapat pelayanan dan penyelesaiannya,
Bahwa adapun terlapor khawatir akan adanya keberatan oleh pihak yang
bersengketa bila menanda tangani dokumen surat keterangan ahli waris yang
dimohonkan pelapor, hal ini walaupun lurah (terlapor) tidak menanda tangani
dokumen tersebut tetap juga kami keberatan dan menuntut lurah karena Pak
Lurah telah merampas hak kami (pelapor) melalui proses pembuatan /
Penerbitan sertifikat tanah tersebut.
Bahwa berdasarkan surat kami (pelapor) tanggal 09 Mei 2022 yang ditujukan
kepada Kepala Ombudsman Provinsi Sulawesi Tenggara perihal keberatan
atas pelaksanaan mediasi yang diselenggarakan oleh Lurah Lalworu yang
berpihak sebelah, kami pelapor berpendapat bahwa mediasi tersebut {urah
(terlapor) bukan bertujuan untuk menindak lanjuti permohonan pelapor Karena
hanya tanyakan siapa yang di wasiatkan itu rumah (peninggalan orang tua kami)
dan lurah_mempertunjukkan keberaniannya dan sifat egoisnya sampai - sampai
lurah mengatakan siapa yang mau paksa saya kalau saya tidak mau menanda
tangani surat keterangan abli waris tersebut, kalau mau lapor, alpor saja, saya
tidak takut, dan lurah tiba - tiba meninggalkan pertemuan tanpa ditutup karena
mediasi dimulai jam 11.30 Wita hari jumat adalah waktu —menjelang
pelaksanaan shalat Jumat sementara undangannya jam 10.30 Wita.
Bahwa mediasi tersebut kami menganggap bukan merupakan tindak lanjut yang
mengarah kepenyelesaian , tapi hanya suatu tindakan mengulur - ulur waktu
saja, hanya sekedar melaksanakan perintah camat saja.
Bahwa sebagai kenyataan , kami duga lurah menyelenggarakan mediasi pada
hari Jumat menjetang shalat Jumat mulai jam 11.30 Wita sehingga mediasi
sangat singkat waktunya hanya berapa menit saja, terpaksa lurah meninggalkan
Pertemuan tanpa pamit karena waktu shalat telah tiba mengakibatkan mediasi
bubar dan tidak berlanjut lagi dan hanya merupakan mediasi asal - asalan
yang dapat mengulur - ulur waktu saja agar maksud dan tujuan kami (pelapor)
tidak terlaksana atau terpenuhi.
Bahwa Pihak Camat Batalaiworu telah berjanji akan menindak lanjuti
permohonan pelapor bukan dengan jalan mediasi tetapi kami akan dipanggil
dengan surat penyampalan untuk mengajukan Kembali surat keterangan ahi
waris sesuai dengan format sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang -
undangan yang beriaku, namun nyatanya tidak sesuat janji camat, mengapa
harus dimediasi lagi sementara kami bukan itu yang kami minta. / mau, tapi kami
butuh surat keterangan ahli waris.
Page 3Bahwa sesungguhnya surat Kami (pelapor) tertanggal 04 Agustus 2021 perinal
pengaduan surat tersebut mengajukan dan mohon tanda tangan tentang hal
sebagai berikut :
1. Silsilah Keturunan / Keterangan ahli waris;
2. Surat Keterangan kepemilixan tanah atas nama Almh. WA ODE GURE orang
tua kami atau sket Gambar lokasi kebun yang berlokasi di Kelurahan
Laiworu;
3. Daftar perincian pajak dari tahun ke tahun milk orang tua kami an. WA ODE
GURE dan LA ODE KAMBAEDE yang sudah_meninggal dunia.
Ketiga surat dokumen tersebu datas tidak ada safupun yang diterima, semua
ditotak. i
Bahwa mediasi yang diselenggarakan lurah kami tidak pernah memohon
mediasi, hanya 3 (tiga) hal tersebut diatas, dalam hal ini kami menyatakan
Penolakan dan kami tidak bersedia untuk menghadiri mediasi berirkutnya
arena bagaimana bisa dimediasi oleh lurah sedang lurah sendiri teribat di
dalamnya yang melakukan pelanggaran hukum berbuat dengan sewenang -
wenang dan berpinak sebelah yakni lurah membagi ~ baglkan tanah yang
mereka anggap sengketa, namun diuruskan sertiikatnya secara diam - diam
kepada 4 (empat) orang ahli waris lainnya tanpa sepengetahuan kami (pelapor)
sedang kami juga ahli waris.
Apakah mungkin ada penyelesaian ka _demikian ? tentu tidak mungkint
Tentang alasan yang dikemukakan camat bahwa dikhawatirkan akan terjadi
komplen atau keberatan bila lurah menanda tangani surat dokumen yang
pelapor mohonkan, hal ini bagaimana tidak terjadikomplen karena turah sendiri
yang bikin komplen sebab lurah langsung bertindak semaunya dan dibuatkan
sertifikat tanah, para ahli war's lainnya, justru itulah kami katakan —lurah
berpihak sebelah dan sebagai bukti dan kenyataan dokumen yang kami
mohonkan, lurah tidak mau menanda tangani sementara dokumen yang
dimohonkan pinak lawan kami/ahii waris lainnya dipenuhi semuanya, sehingga
terbit sertfikat_ mereka, begitukah tindakan lurah sehingga dikatakan tanah itu
mmasin senegketa dan jangan sampal kmplen?. _
Bahwa bila ada yang bertanya mengapa perkara inl tidak bisa dimediasi dan
tidak bisa diselesaikan di kelurahan dan harus diselesaikan di Kantor
Pengadilan Agama? Jawabannya adalah sebagai berikut :
4. Diantara 5 (lima) orang ahli waris dari Almh. WA ODE GURE dan Alm. LA
ODE KAMBAEDE, ada yang serakah_menguasai harta dan tanah warisan
dengan 6 (enam) bagian;
2. Diantara 5 (lima) orang ahli waris lainnya mereka hanya ali waris
pengganti atau cucu, ambisi mereka telah menguasai 3 (tiga) bagian yang
seharusnya hanya mendapat 1 (satu) bagian dari ibu kandungnya sebagai
ahli waris;
3. Yang /lainnya hanya mendapat 1 (satu) bagian saja;
Page 44. Kami petapor (ahli waris) juga belum mendapat warisan sama sekali,
‘sementara kami anak pertamanya;
5. Lurah terlibat di dalamnya dan berpihak sebelah.
Berdasarkan hal tersebut pada nomor 1 sampai nomor 5 diatas, maka justru itulah yang
mendorong kami sehingga perkara ini harus diselesaikan di Pengadilan Agama dan
menolak dimediasi di keluranan demi untuk mendapatkan penyelesaian dan pembagian
yang adi.
Demikian tanggapan dan penjelasan kami sampaikan kepada Bapak untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan dan tindakan sebelumnya kami menghaturkan
banyak terima kasih.
Hormat kami
Pelapor,
="
WA ODE SAHARIA
Tembusan : Dikirim dengan hormat kepada :
1, Kelua OMBUDSMAN Republik Indonesia di Jakarta;
2. Ketua DPRD Kabupaten Muna di Raha;
3. Bapak Kapolres Muna di Raha;
Dandim 1416 Muna di Raha;
Kepala Badan’ Pertanahan Kabupaten Muna di Raha;
Panitera Pengaditan Agama Rabta di Raha; ’
Kapolsek Katobu di Raha;
Camat Batalaiworu di Laiworu;
Arsip.
Page 5