Anda di halaman 1dari 2

Nama: Tomy ariyanto 21901081438

Sejumlah perusahaan rintisan (startup) mulai kompak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
kepada karyawannya. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi makro yang buruk hingga reorganisasi
sumber daya manusia (SDM).

Hal ini terjadi pada perusahaan rintisan global, hingga dalam negeri. Seperti Robinhood yang
memangkas 300 karyawan, Netflix juga melakukan PHK 150 pegawai, Cameo memangkas 87
pegawainya. Sementara dalam negeri dilaporkan tiga perusahaan yang melakukan efisiensi seperti
Zenius, Link Aja, hingga JD.ID.

Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia startup saat ini?

Menurut Managing Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, secara global, terjadi penyesuaian
kembali atau readjustment dari sisi valuasi market terhadap perusahaan teknologi secara umum di
era post-pandemi seperti saat ini. Di perusahaan teknologi publik, ini mengakibatkan banyak
investor menarik investasi mereka. Sementara di dunia startup mengakibatkan appetite investasi
berkurang. tapi keputusan bisnis dalam arti apakah bisnis modelnya belum tepat atau target
marketnya masih salah, atau ada value change yang mereka fokusnya terlalu lebar.

Sementara pengusaha nasional Hary Tanoesoedibjo, kondisi sekarang menandakan akhir dari masa
keemasan startup. "The golden days of startup are already over (hari keemasan startup sudah
berakhir)," kata Hary Tanoe melalui akun Instragram pribadinya.

Menurut dia, gaya bisnis startup yang mengedepankan pertumbuhan dengan arus kas negatif tidak
akan bisa bertahan. Pada akhirnya, bisnis yang sehat harus punya arus kas yang positif. Dia menyorot
model bisnis startup yang sepenuhnya bergantung kepada dana investor. Modal mereka kemudian
dihabiskan untuk segala bentuk promosi dan pemasaran demi menggaet pengguna, yang dikenal
dengan "bakar duit".

Bagi Hary Tanoe, bisnis tidak bisa terus-terusan berharap suntikan modal baru terus datang untuk
mendanai ekspansi mereka. Subsidi ke konsumen, hanya merupakan cara untuk meningkatkan
penguasaan pasar, yang kemudian menjadi fondasi bisnis yang sehat.

Penyebab dari ini adalah Momen Crucible. Pertama dan terpenting kita harus mengenali lingkungan
yang berubah dan mengubah pola pikir untuk merespons dengan niat daripada penyesalan. Momen
Crucible adalah masa-masa sulit yang bisa membawa perubahan. Pada masa ini startup diharapkan
untuk merefleksikan diri dan membuat keputusan besar demi keberlanjutan perusahaan. inflasi
berkelanjutan dan konflik geopolitik membuat kemampuan solusi kebijakan menjadi terbatas seperti
memangkas suku bunga atau pelonggaran kuantitatif. kondisi saat ini juga berbeda dengan kondisi
selama pandemi. Pada periode pandemi, anjloknya perekonomian diikuti oleh pertumbuhan pesat
seiring dengan meredanya wabah Covid-19.

startup juga disebut bakal susah mencari investor baru. kinerja saham perusahaan teknologi yang
buruk di bursa berdampak signifikan terhadap aktivitas investasi venture capital (VC). VC akan lebih
sulit mengumpulkan uang, sedangkan pihak yang menitipkan modal di VC atau limited partner (LP)
akan mengharapkan uang mereka diinvestasikan dengan lebih disiplin.
Cara mengatasi starup menurut saya agar tidak gugur:

1. masalah utama startup adalah dana operasional mereka sepenuhnya bergantung pada
pendanaan pihak luar melalui fundraising, private placement sampai pinjaman. Jadi jangan
pernah betgantung pada dana luar. Startup ini harus bisa menghitung kapan perusahaan
bisa mandiri, break-even point, mengembalikan dana pinjaman dari investor dan mulai
meraup keuntungan.
2. tidak perlu terlalu terburu-buru untuk booming. Lebih baik tumbuh secara organik.Kalau
memang mau ekspansi baru cari investor. Dana dari investor itu hanya alat bantu untuk
berkembang dan bukan tujuan utama mendirikan startup.
3. Menentukan harga pasar yang tepat karena banyak perushaan yang menetapkan harga
produk terlalu tinggi atau terlalu rendah, salah mengkalkulasi pajak dan lainnya.
4. Harus paham kebutuhan pasar, karena banyak perusahaan start-up di Indonesia yang hadir
dengan ide-ide segar dan menarik tapi sebenarnya tidak memberikan manfaat yang
signifikan alias belum dibutuhkan oleh pasar atau konsumen nya.
5. Harus bisa memakai uang dengan bijaksana, karena 29% perusahaan start up gagal karena
pemakaian uang yang tidak bijaksana. uang seringkali menjadi teka-teki, tidak tahu kemana
uang itu telah digunakan dan habis begitu saja

Anda mungkin juga menyukai