Anda di halaman 1dari 3

Marhaban ya ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan. Begitu bunyi sekian banyak spanduk di jalan raya menyambut bulan Ramadan. Ia
dipahami oleh banyak orang kebanyakan dalam arti “Selamat datang”. Itu tidak salah, tetapi amat sederhana.
Kata marhaban terambil dari kata raheb yang berarti luas/lebar. Ia diucapkan kepada tamu untuk menggambarkan
bahwa ia disambut dengan hati lapang penuh kegembiraan. Dari akar kata raheb lahir juga kata yang berarti tempat
perhentian musafir untuk memperbaiki kendaraan dan mengambil bekal perjalanan.

Pada hakikatnya, kedua makna di atas inilah yang dimaksud oleh ungkapan di atas. Yakni pengucapnya menilai
bahwa bulan Ramadhan adalah tamu agung yang disambut dengan kegembiraan dan lapang dada didasarkan oleh
kesadaran bahwa melalui bulan ini kita dapat memperbaiki apa yang salah dari sikap dan kelakuan kita serta
mengambil bekal perjalanan menuju ke akhirat.

Memang betapa ia tidak disambut gembira oleh mereka yang sadar bahwa dosanya banyak, sedang bulan ini adalah
bulan pengampunan, umurnya hari ke hari berlalu tanpa diisi dengan baik, sedang di bulan ini ada malam yang lebih
baik dari seribu bulan, harapannya pun banyak yang belum terpenuhi, sedang di bulan ini Allah menjanjikan
pengabulan bagi yang tulus berdoa.

Rasul berpesan agar melakukan empat hal pokok dalam bulan ini. Dua di antaranya menjadikan Allah rida, yaitu
mengakui keesaan-Nya dan memohon ampunan-Nya, sedang dua lainnya—menurut Rasul—jangan tidak
diusahakan meraihnya, yaitu memohon surga dan berlindung dari neraka.

Mengesakan Allah bukan sekadar mengakui wujud-Nya yang tidak berbilang, tidak berunsur, tidak beranak dan
diperanakkan, tetapi juga tidak mempersekutukan-Nya dalam beribadah, yakni tidak pamrih. Bahkan tidak
berkelompok-kelompok yang saling berseberangan sehingga berakibat terpecahnya kesatuan masyarakat (baca QS.
ar-Rûm[30]: 32).

Memohon ampunan-Nya menuntut pengakuan dosa disertai dengan penyesalan yang mendalam yang mengantar
kepada permohonan maaf dan ampun, baik terhadap Allah maupun sesama manusia.

Memohon surga dan menghindar dari neraka adalah dengan beramal saleh, yakni mengerjakan yang wajib lalu
memilih prioritas sunah yang paling sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi. Shalat sunah di waktu malam
baik, tapi jangan itu menjadi penyebab terabaikannya kewajiban di kantor. Mengkhatam al-Qur’an baik, tetapi lebih
daripada itu adalah mempelajarinya dan memahami maknanya lalu mengamalkannya walau hanya sekian ayat.

Dalam konteks meraih surga dan menghindari neraka, Nabi saw. berpesan, “Hindarilah neraka walau dengan
separuh kurma.” Maksud beliau, jangan segan melalukan kebaikan walau terasa kecil atau sedikit karena yang kecil
lebih baik daripada tiada dan yang sedikit bila berulang menjadi banyak. Beliau juga menyampaikan bahwa,
“Seorang yang bergelimang dosa diampuni Allah karena memberi minum seekor anjing.”

Di kali lain beliau bersabda, “Seorang wanita dimasukkan ke neraka karena mengurung seekor kucing tanpa
memberinya makan atau melepaskannya mencari sendiri makanannya.” Kedua contoh di atas adalah amal-amal
sederhana, tapi Allah menilainya besar karena keikhlasan dan kasih sayang sosok yang memberi minum anjing dan
karena keangkuhan dan ketidakpedulian yang mengurung kucing itu.

Demikian, wa Allâh A’lam.

Taqwa
Taqwa itu bertingkat-tingkat. Rasulullah saw. dinamai Imam al-Muttaqin, yakni penghulu para orang bertaqwa.
Tetapi, orang-orang yang dalam peringkat rendah yang boleh jadi masih melakukan dosa; yang masih dalam proses
menuju kesempurnaan taqwa,  maka dia sudah bisa dinamai orang yang bertaqwa apabila memiliki ciri-cirinya.

Orang yang bertakwa itu selalu merasa kehadiran Allah sehingga kalaupun sendirian, dia merasa tenang, kalaupun
dia sendirian, dia merasa ramai, kalaupun dia hampa tangan, dia merasa kaya. Hasil yang dijanjikan al-Qur’an bagi
orang yang bertakwa antara lain adalah mendapatkan ketenangan sehingga bisa berpikir jernih menemukan jalan
keluar atas problemnya.

Arti lailahaillallah

La ilaha illallah artinya tidak ada yang disembah dan ditaati selain Allah SWT. Kalimat ini menurut Quraish Shihab
memilki kandungan nilai tertinggi yang diajarkan oleh agama Islam.

"Sedemikian tinggi, sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda,"Siapa yang akhir kalimatnya "La ilaha illallah, dia
akan akan masuk surga," ucap Quraish Shihab.

Lalu, bagaiman jika dia bergelimang dosa? Maka dia terlebih dahulu dicuci di api neraka.

Quraish Shihab juga mengungkap, bahwa Allah SWT bisa mengampuni siapa pun yang membawa dosa setelah
kematiannya. Selama dosa itu bukan dosa yang tidak mempercayai "La ilaha illallah" atau dosa kemusyrikan kepada
Allah SWT.

"Yang percaya dengan La ilaha illallah, maka orang tersebut harus konsekuen dengan kepercayaannya itu. Sehingga
tidak taat kepada siapapun dan tidak menyembah kepada siapapun selain Allah," kata Quraish Shihab di akhir
renungannya.

Istigfar

da dua hal dalam khotbah rasul yang hendaknya dilakukan di bulan Ramadan. Pertama, menjadikan Allah ridho,
berkenan dan menerima kita dengan baik. Kedua, memohon makfirahnya.

Apa itu makfirah? Makfirah memiliki dua makna. Pertama, menutupi dan yang kedua mengobati luka, memperbaiki
atau menyembuhkan penyakit.

Banyak yang Allah tutupi. Dia menutupi isi perut kita. Dia menutupi isi hati kita yang berupa kebencian dan iri hati.
Sehingga orang yang tertuju kepadanya, sifat buruk ini tidak mengetahuinya.

Allah juga menutupi keburukan-keburukan kita. Dan yang populer mengenai kata istigfar ini adalah menutupi dosa-
dosa kita. Lakukanlah introspeksi, lalu mohon segala hal yang buruk ditutupi oleh Allah SWT.

Selain itu, carilah apa kekurangan dan penyakit yang Anda derita, lalu memohon kepada Allah agar diobati. Itu yang
disenangi oleh Allah dari seorang muslim yang sedang berpuasa.

Istigfar adalah sesuatu yang mutlak kita lakukan. Nabi Muhammad SAW pun menyatakan, nabi agung itu dan telah
terbebaskan oleh Allah dari segala noda dan dosa, masih menyatakan, aku beristigfar tiap hari, tidak kurang dari 70
kali. Maka, apa yang kita lakukan sebagai umatnya yang bergelimang dosa ini?

Anda mungkin juga menyukai