muslim.or.id/24452-cinta-dan-benci-dalam-islam.html
Pembahasan tentang cinta dan benci dalam Islam masuk dalam ranah pembahasan
akidah yang sering diistilahkan dengan al wala’ wal bara’. Al-Wala’ artinya mencintai
kaum muslimin dan membantu mereka serta memuliakan dan menghormati mereka dan
berusaha dekat dengan mereka. Al-Bara’ artinya membenci orang-orang kafir dan
menjauhi serta memusuhi mereka. Akidah al wala’ wal bara’ merupakan sesuatu yang
penting karena:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-
orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka,
‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dari apa yang kamu sembah selain Allah,
kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’ Kecuali
1/4
perkataan Ibrahim kepada bapaknya, ‘Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan
bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah.’
(Ibrahim berkata), ‘Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan
hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali’”
(Al-Mumtahanah: 4).
Jenis-jenis muwalah
Sikap wala’ (cinta dan loyal) terhadap orang kafir ada dua macam :
2. Sikap muwalah sughra. Yaitu sikap mencintai orang-orang kafir dan musyrik
karena alasan dunia dan tidak disertai pembelaan terhadap mereka. Hukum sikap
seperti ini adalah haram dan termasuk dosa besar, namun bukan merupakan
kekufuran. Dalilnya adalah firman Allah:
َ ﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗَﺘﱠ ِﺨ ُﺬوا َﻋ ُﺪوﱢي َو َﻋ ُﺪ ﱠو ُﻛ ْﻢ أَ ْوﻟِﯿَﺎء ﺗُْﻠ ُﻘ
ﻮن إِﻟَْﯿ ِﻬﻢ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ َﻮ ﱠد ِة َ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬ
Ada tiga golongan orang dalam al wala’ wal bara’ yang harus kita perhatikan:
2/4
1. Orang yang harus kita cintai secara total dan tidak disertai kebencian. Mereka
adalah mukmin yang sempurna keimanannya, yaitu para Nabi, shiddiqin, syuhada’,
dan orang-orang shalih. Tentu saja yang paling terdepan di antara mereka adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah yang mendapat kecintaan paling
besar dibandingkan cinta seseorang kepada anaknya, orangtuanya, dan seluruh
manusia. Kemudian setelah itu adalah para istri-istri Nabi dan keluarga beliau,
serta para sahabat Nabi radiyallahu ‘anhum. Kemudian orang-orang yang
mengkuti jalannya para sahabat, seperti imam yang empat. Allah Ta’ala berfirman :
َ ﻼ ﻟﱢﻠﱠ ِﺬ ﺎن َو َﻻ ﺗَ ْﺠ َﻌ ْﻞ ِﻓﻲ ُﻗﻠُﻮﺑِﻨَﺎ ِﻏ
ﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا َرﺑﱠﻨَﺎ إِﻧﱠ َﻚ ْ ُ َ اﻏ ِﻔ ْﺮ ﻟَﻨَﺎ َوﻹ ْﺧ َﻮاﻧِﻨَﺎ اﻟﱠ ِﺬ
ِ ِﯾﻦ َﺳﺒَﻘﻮﻧَﺎ ﺑ
ِ ﺎﻹﯾ َﻤ ِِ َ ُﯾﻦ َﺟﺎ ُؤوا ِﻣﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻫ ْﻢ ﯾَ ُﻘﻮﻟ
ْ ﻮن َرﺑﱠﻨَﺎ َ َواﻟﱠ ِﺬ
وف ﱠر ِﺣﯿ ٌﻢ ٌ َر ُؤ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang
telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami,
Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (Al-Hasyr: 10).
2. Orang yang harus kita benci dan kita musuhi secara mutlak, serta tidak boleh
mencintai dan loyal terhadap mereka. Mereka adalah orang-orang kafir, musyrik,
munafik, dan orang yang murtad, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Mujadilah ayat 22.
3. Orang yang kita cintai dan sekaligus kita benci. Pada diri mereka terkumpul
kecintaan sekaligus kebencian, mereka adalah orang mukmin yang bermaksiat. Kita
mencintai mereka karena mereka adalah orang yang beriman, dan kita membenci
mereka karena maksiat mereka yang tidak termasuk kemusyrikan dan kekafiran.
Kecintaan kepada mereka menuntut seseorang untuk menasehati mereka dan
mengingkarinya. Tidak boleh diam terhadap maksiat mereka, bahkan harus
mengingkarinya dan memerintahkan mereka untuk berbuat baik dan mencegah
kemungkaran. Namun tidak boleh seseorang membenci mereka secara mutlak dan
berlepas diri dari mereka seperti perbuatan khawarij (dalam masalah ini, khawarij
berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir.) terhadap pelaku dosa besar
yang bukan dosa kekafiran. Tidak boleh pula mencintai dan loyal secara mutlak
terhadap mereka seperti perbuatan murji’ah (dalam masalah ini, murji’ah
berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap seorang mukmin yang sempurna
imannya). Kita harus bersikap adil terhadap mereka, mencintai karena keimanan
mereka, dan membenci karena kemaksiatan yang mereka lakukan. Inilah madzhab
ahlussunnah wal jama’ah (Lihat Al-Wala’ wal Bara’ fil Islam 27-30).
3/4
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka,
dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang
beruntung” (Al Mujadilah: 22).
Barangsiapa yang merealisasikan dan mengamalkan akidah al wala’ wal bara’ dengan
benar akan mendapat balasan kebaikan sebagai berikut:
1. Terkumpulnya iman di dalam hatinya dan iman akan teguh di dalam hatinya. Allah
َ ﻮﺑ ِﻬ ُﻢ ْاﻹِﯾﻤ ُ َ )أُ ْوﻟَﺌ
berfirman : (َﺎن ِ ُِﻚ َﻛ َﺘ َﺐ ﻓِﻲ ﻗﻠ
2. Allah akan memberinya cahaya dan petunjuk. Allah berfirman: (وح ﱢﻣ ْﻨ ُﻪ ََ
ٍ )وأ ﱠﯾ َﺪ ُﻫﻢ ِﺑ ُﺮ
3. Mendapat janji akan masuk surga. Allah berfirman: (ِﻬﺎ ْاﻷَ ْﻧ َﻬﺎ ُر َ ﺎت َﺗ ْﺠ ِﺮي ﻣِﻦ َﺗ ْﺤﺘ
ٍ ْﺧﻠُ ُﻬ ْﻢ َﺟ ﱠﻨ
ِ َو ُﯾﺪ
ِﯿﻬﺎ
َ ِﯾﻦ ﻓ َ )ﺧﺎﻟِﺪ َ
4. Allah akan ridha kepadanya. Allah berfirman: (َﺿ َﻲ اﷲﱠُ َﻋ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ِ )ر
5. Keridhaan hamba di akherat dengan masuknya ke dalam surga. Allah berifman:
(َﺿﻮا َﻋ ْﻨ ُﻪ ُ )ور َ
6. Mendapat kemuliaan dari Allah, Allah menjadikannya termauk golongan orang-
orang khusus dan termasuk golongan yang beruntung. Allah berfirman: (ِاﷲ ِﻚ ِﺣ ْﺰ ُب ﱠ َ أُ ْوﻟَﺌ
َ ِﺤ
ﻮن )أََﻻ إِ ﱠن ِﺣ ْﺰ َب ﱠ. (Tasirul Wushul Syarh Tsalatsatil Ushul 37-38)
ُ اﷲِ ُﻫ ُﻢ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔﻠ
Artikel Muslim.or.id
4/4