Anda di halaman 1dari 70
Menimbang Mengingat BUPATI NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR #8 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI NGAWI, bahwa guna penyesuaian terhadap peraturan perundang- undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9); 2, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 10. ll. ae 13. 14. 15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik —_Indonesia Nomor 5234); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155); Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 _ tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 or Némor 4614); ~~ oe .Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219); Menetapkan : 16.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 17.Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Serta Penyampaiannya; 19. Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah; 20.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 21.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2007 Nomor 07) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2017 Nomor 02); 23.Peraturan Bupati Ngawi Nomor 209 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi (Berita Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2010 Nomor 209); 24.Peraturan Bupati Ngawi Nomor 42 Tahun 2014 tentang Kebjjakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ngawi (Berita Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2014 Nomor 42) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Ngawi Nomor 17 Tahun 2017 (Berita Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2017 Nomor 17); 25.Peraturan Bupati Ngawi Nomor 43 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi (Berita Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2014 Nomor 43). MEMUTUSKAN: PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. BABI KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Ngawi 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngawi. 3. Bupati adalah Bupati Ngawi. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi. 5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. 6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan Daerah. 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah 8. Penatausahaan Keuangan Daerah adalah bagian dari rangkaian kegiatan pengelolaan keuangan daerah yang mempunyai fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan APBD. 9. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku PA/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah selaku PA/Pengguna Barang. 11. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. 12. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah selanjutnya adalah Bupati yang karena jabatannya © mempunyai —_kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. 13. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut dengan Kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah. 14, Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah. 15. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah Pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. ae 28. 29. 30. 31. PA yang selanjutnya disingkat PA adalah Pejabat Pemegang Kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya. Kuasa PA yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan PA dalam melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi SKPD. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank yang ditetapkan. Rekening Bendahara Pengeluaran adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah untuk membayar seluruh pengeluaran di daerah. Rekening Bendahara Penerimaan adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. ‘Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh PA. 32. 33. 34, 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh PA. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya disingkat DPAL adalah dokumen yang memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun berikutnya. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk —mengajukan permintaan pembayaran. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti wang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan. SPP Langsung untuk pengadaan barang dan jasa yang selanjutnya disingkat SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK. SPP Langsung untuk pembayaran gaji dan tunjangan yang selanjutnya disingkat SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran gaji dan tunjangan dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu. SPP Langsung PPKD yang selanjutnya disingkat SPP-LS PPKD adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran PPKD untuk permintaan pembayaran atas transaksi-transaksi yang dilakukan PPKD dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu. SPP Nihil adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran kepada PPK-SKPD atas dasar surat pertanggungjawaban GU yang sudah disahkan oleh PA/Kuasa PA, yang tidak akan diterimakan uangnya. 44, Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA/kuasa PA untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD. 45. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/kuasa PA untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan. 46. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/kuasa PA untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah belanjakan. 47. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/kuasa PA untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan. 48. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/kuasa PA untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga. 49. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM. 50. Surat Perintah Pencairan Dana Nihil yang selanjutnya disingkat SP2D Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh BUD/Kuasa BUD atas dasar SPM Nihil dan tidak digunakan sebagai alat pencairan dana di Kas Umum Daerah. 51. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. 52. Transaksi Non Tunai pengeluaran daerah adalah pemindah bukuan sejumlah nilai uang yang dilakuken oleh Bendahara Umum Daerah/bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu ke pihak lain dengan menggunakan instrumen berupa alat pembayaran menggunakan kartu, cek, bilyet,giro, uang elektronik atau sejenisnya. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 2 Ruang lingkup Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah mencakup: kekuasaan pengelolaan keuangan daerah; tatacara penyusunan APBD/PAPBD; tatacara pelaksanaan APBD/PAPBD; tatacara penatausahaan; tatacara pelaksanaan akuntansi; dan tatacara penyusunan laporan pertanggungjawaban. ropogp Bagian Ketiga Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 3 (1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efektif, efisien, transparan, ekonomis, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. (2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan —bukti-bukti_ administrasi_ yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan antara keluaran dengan hasil. (6) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. (6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah. (7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah. (8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif. (10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan professional. (11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan. BAB II KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Bagian Kesatu Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4 (1) Bupati selaku kepala pemerintahan daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. (2) (3) (4) a (2) 8) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai wewenang sebagai berikut: menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; . menetapkan kebijakan tentang pengelolean barang daerah; menetapkan kuasa PA/pengguna barang; menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran; menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah; f, menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; dan h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran. snoop Bupati selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada: a. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah; b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah; c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat PA/barang; Pelimpahan kekuasaan ditetapkan dengan Keputusan Bupati berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, penguji, dan yang menerima atau yang mengeluarkan uang. Bagian Kedua Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 5 Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu Bupati menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi di bidang: a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD; b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah; c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; d.penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan _pertanggung jawaban pelaksanaan APBD; e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah; dan f. penyusunan laporan keuangan dacrah dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD. Selain tugas koordinasi, Sekretaris Daerah mempunyai tugas: memimpin TAPD; menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD; menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah; memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dan melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati. edd (4) (1) (2) (3) (4) (ql) (2) ate Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada Bupati. Bagian Ketiga Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Pasal 6 Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas: a. menyusun dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah; b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APB c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. melaksanakan fungsi BUD; . menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD; dan melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD, berwenang: menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah; melaksanakan pemungutan pajak daerah; menetapkan SPD; menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah; . melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; menyajikan informasi keuangan daerah; dan melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan barang milik daerah. PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan SKPKD selaku kuasa BUD. PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. BoP Srp ame Pasal 7 Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Kuasa BUD mempunyai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas sebagai berikut: a. menyiapkan anggaran kas; b. menyiapkan SPD; c. menerbitkan SP2D; d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah; e, memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk; f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; etl g. menyimpan uang daerah; h. melaksanakan penempatan ang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi daerah; i, melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat PA atas beban rekening kas umum daerah; j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; k, melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan 1. melakukan penagihan piutang daerah. (3) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD. Pasal 8 PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai berikut: menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; melaksanakan pemungutan pajak daerah; menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama Pemerintah Daerah; melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; menyajikan informasi keuangan daerah; dan g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan barang milik daerah. poop mo Bagian Keempat Pejabat PA/Pengguna Barang Pasal 9 Kepala SKPD selaku pejabat PA/pengguna barang, mempunyai tugas: a, menyusun RKA-SKPD; b. menyusun DPA-SKPD; c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya; e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajal g. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; : hh. menandatangani SPM; i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya; 1. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya; m. melaksanakan tugas-tugas PA/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati; dan n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. eta. Pasal 10 Dalam rangka pengadaan barang/jasa, PA bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Bagian Kelima Pejabat Kuasa PA/Kuasa Pengguna Barang Pasal 11 (1) Pejabat PA/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa PA/kuasa pengguna barang. (2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya. (3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atas usul kepala SKPD. (4) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; . melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; | mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; . menandatangani SPM-LS dan SPM-TU; mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan g. melaksanakan tugas-tugas kuasa PA lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat PA. (6) Kuasa PA/Kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PA/pengguna barang. (6) Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa PA sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. peg moe Bagian Keenam Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD Pasal 12 (1) Pejabat PA/pengguna barang dan kuasa PA/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK. (2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD, berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. -13- (3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat PA/pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PA/pengguna barang. (4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa PA/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kuasa PA/kuasa pengguna barang. (6) PPTK mempunyai tugas mencakup: a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan; d. menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa untuk disampaikan kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran; dan e.menandatangani kwitansi bermeterai, nota/faktur _ pembelian barang/jasa. (6) Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bagian Ketujuh Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD Pasal 13 (1) Kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD. (2) PPK-SKPD mempunyai tugas: a. meneliti_kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh PPTK; b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran; melakukan verifikasi SPP; |. menyiapkan SPM; melakukan verifikasi harian atas penerimaan; melaksanakan akuntansi SKPD; dan , menyiapkan laporan keuangan SKPD. (3) PPK-SKPD dilarang merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah, bendahara dan/atau PPTK. mreno Bagian Kedelapan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran Pasal 14 (1) Bupati atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD. (2) (3) (4) (6) (1) are Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, _serta__membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. Bendahara Penerimaan SKPD mempunyai tugas: a. s y Rmoao menerima Surat Tanda Setoran yang telah di otorisasi Bank dan tanda bukti pembayaran lain yang sah dari Bendahara Penerimaan Pembantu untuk disampaikan kepada BUD; . menerima Laporan Pertanggungjawaban kepada Bendahara Penerimaan Pembantu; . membuat buku pembantu perincian obyek penerimaan; |. membuat buku rekapitulasi penerimaan harian; . membuat buku penerimaan dan penyetoran; membuat buku register Surat Tanda Setoran; .membuat dan menyampaikan laporan _pertanggungjawaban Administratif kepada PA; dan . membuat dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban Fungsional dan PPKD selaku BUD. Bendahara Pengeluaran SKPD mempunyai tugas : a. Pie 9 PRS rr mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU dan SPP-LS ; menerima dan menyimpan uang perseciaan; melaksanakan pembayaran dari vang persediaan yang dikelolanya; meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK; mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap; menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan pengelueran uang dalam —rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD; membuat Buku Kas Umum; membuat Buku Pembantu Kas Tunai; membuat Buku Pembantu Simpanan/Bank; membuat Buku Pembantu Panjar; membuat Buku Pembantu Pajak; membuat Buku Rincian Obyek Belanja; dan m. membuat Buku register SPP/SPM/SP2D. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD. Pasal 15 Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka: a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara penerimaan tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab bendahara penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD; (2) a) (2) (3) eis. b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai sclama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima; c. apabila bendahara penerimaan sesudah 3 (tiga) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya. Dalam hal Bendahara Pengeluaran berhalangan, maka: a. apabila melebihi 3 (tiga) hari atau paling lama 1 (satu) bulan, maka bendahara pengeluaran tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD; b. apabila melebihi 1 (satu) bulan atau paling lama 3 (tiga) bulan, maka harus ditunjuk pejabat bendahara pengeluaran dan diadakan berita acara serah terima; c. apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya. Pasal 16 Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kuasa PA, Bupati menetapkan bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu pada unit kerja terkait, dengan Keputusan Bupati. Bendahara Penerimaan Pembantu SKPD mempunyai tugas: a.menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan, dari Wajib Retribusi; b. memverifikasi kesesuaian antara jumlah uang yang diterima dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterimanya dari Wajib Retribusi; c.membuat Surat. Tanda Setoran dan Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah; d.menyerahkan Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah kepada Wajib Retribusi; e. menyerahkan wang yang diterimanya dan Surat Tanda Setoran pada Bank; f, menerima Surat Tanda Setoran yang telah di otorisasi dari Bank dan menyampaikan ke Bendahara Penerimaan; g.membukukan semua pendapatan ke dalam Buku Penerimaan dan Buku Penyetoran; h.membuat dan menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Bendahara Penerimaan; dan i, membuat buku Register Surat Tanda Setoran. Bendahara Pengeluaran Pembantu SKPD mempunyai tugas sebagai berikut: a. membuat dan mengajukan SPP-TU dan SPP-LS; b.menerima dan menyimpan wang persediaan yang berasal dari Tambahan Uang dan/atau pelimpahan UP dari bendahara pengeluaran; c. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya; (4) (1) (2) qq) (2) (3) -16- d. meneli PPTK; e. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap; f, membuat Buku Kas Umum; g. membuat Buku Pembantu Kas Tunai; h. membuat Buku Pembantu Simpanan/Bank; i. ie k. L i kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh membuat Buku Pembantu Panjar; membuat Buku Pembantu Pajak; membuat Buku Rincian Obyek Belanja; dan membuat buku register SPP/SPM/SP2D. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Pasal 17 Untuk melaksanakan fungsi sebagai kasir etau pembuat dokumen penerimaan, PA menetapkan pembantu bendahara penerimaan. Untuk melaksanakan fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran uang atau pengurusan gaji, PA menetapkan pembantu bendahara pengeluaran. Pasal 18 Bupati atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja pada SKPD. Bendahara Penerimaan PPKD mempunyai tugas dan wewenang: a.membuat Surat Tanda Setoran atas penerimaan pendapatan daerah yang diterima langsung secara tunai; b. menerima Nota Kredit dari Bank atas penerimaan pendapatan daerah yang diterima secara langsung/non tunai di Rekening Kas Umum Daerah; . membukukan semua penerimaan pendapatan Daerah; | menerima dan menyetorkan penerimaan pendapatan daerah ke Rekening Kas Umum Daerah dengan menggunakan Surat Tanda Setoran paling lambat 1 (satu) hari kerja; dan e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Bendahara Pengeluaran PPKD mengelola belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pengeluaran pembiayaan melakukan penatausahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, mempunyai tugas: a9 a. menatausahakan dan mempertanggungjawabkan seluruh pengeluaran PPKD dalam rangka pelaksanaan APBD; b, mengajukan SPP-LS/TU kepada PPKD melalui PPK-SKPKD; c. mempersiapkan dokumen-dokumen sebagai lampiran pengajuan SPP-LS/TU PPKD; d. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS/TU PPKD; a7 e. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS/TU PPKD kepada pejabat yang terkait, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap; membuat register SPP, SPM, dan SP2D yang sudah diterima; dan g. menyusun pembukuan bendahara pengeluaran PPKD. Pasal 19 (1) PPKD atas usul bendahara penerimaan PPKD dan bendahara pengeluaran PPKD dapat menetapkan pembantu bendahara penerimaan PPKD dan pembantu bendahara pengeluaran PPKD dengan keputusan Kepala SKPKD. (2) Pembantu bendahara penerimaan PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan wewenang bendahara penerimaan PPKD. (3) Pembantu bendahara pengeluaran PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan wewenang bendahara pengeluaran PPKD. (4) Pembantu bendahara penerimaan PPKD dan pembantu bendahara pengeluaran PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada bendahara penerimaan PPKD dan bendahara pengeluaran PPKD. BAB III TATACARA PENYUSUNAN APBD DAN PERUBAHAN APBD Bagian Kesatu APBD Pasal 20 (1) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari rencana kerja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada RKPD. (2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. (3) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 21 (1) Bupati menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. (2) Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah. oie: (3) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. (4) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah; b. menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan; dan c.menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan. Pasal 22 (1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 disampaikan Bupati kepada DPRD, untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya, untuk disepakati menjadi KUA dan PPAS. (2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama badan anggaran DPRD. Pasal 23 (1) KUA dan PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 masing-masing dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Bupati dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. (2) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk menyusun APBD, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Bupati tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. (3) Rancangan surat edaran Bupati tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup: a. prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkait; b.alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD; c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD; dan d.dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi KUA, PPAS, analisis standar belanja dan standar satuan harga. Pasal 24 (1) Berdasarkan surat edaran Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3), disusun: a. RKA-SKPD oleh kepala SKPD; dan b. RKA-SKPD dan RKA-PPKD oleh kepala PPKD. (2) RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk masing- masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. -19- (3) RKA-PPKD digunakan untuk menampung: a.pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah; b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. Pasal 25 (1) RKA-SKPD dan RKA-PPKD dibahas lebih lanjut oleh TAPD. (2) RKA-SKPD dan RKA-PPKD hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran APBD. Pasal 26 (1) Bupati menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD untuk dilakukan pembahasan bersama. (2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan nota keuangan. (3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Bupati dan DPRD. (4) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh bupati paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi. (6) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi, ditetapkan oleh Bupati menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan Bupati tentang penjabaran APBD. Bagian Kedua Perubahan APBD Pasal 27 (1) Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi: a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA; b.keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja; c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan; d. keadaan darurat; dan e. keadaan luar biasa. (2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. qa (2) (3) () (2) -20- Pasal 28 Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA. Bupati memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a ke dalam rancangan KUPA serta PPAS-P. Dalam rancangan KUPA serta PPAS-P sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disajikan secara lengkap penjelasan mengenai: a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya; b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan; c.capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan d.capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA. Pasal 29 Rancangan KUPA dan rancangan PPAS-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 disampaikan Bupati kepada DPRD, untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RPAPBD tahun anggaran berikutnya, untuk disepakati menjadi KUPA dan PPAS-P. Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama badan anggaran DPRD. Pasal 30 KUPA dan PPAS-P yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, masing-masing dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. a (2) Pasal 31 Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Bupati perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai acuan bagi kepala SKPD. Rancangan surat edaran Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. PPAS-P yang dialokasikan untuk program baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah pada setiap SKPD; b, batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPPA-SKPD yang telah diubah kepada PPKD; dan c. dokumen sebagai lampiran meliputi KUPA, PPAS-P, standar analisa belanja dan standar harga. -21- Pasal 32 (1) Berdasarkan surat edaran Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3), disusun RKA-SKPD dan DPPA-SKPD. (2) RKA-SKPD dan DPPA-SKPD dibahas lebih lanjut oleh TAPD. (3) RKA-SKPD dan DPPA-SKPD hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang PAPBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran PAPBD. Pasal 33 (1) Bupati menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang PAPBD beserta lampirannya kepada DPRD untuk dilakukan pembahasan bersama. (2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan nota keuangan. (3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Bupati dan DPRD. (4) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh bupati paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi. (5) Rancangan peraturan daerah tentang PAPBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran PAPBD yang telah dievaluasi, ditetapkan oleh Bupati menjadi peraturan daerah tentang PAPBD dan peraturan Bupati tentang penjabaran PAPBD. BABIV TATACARA PELAKSANAAN APBD/PAPBD Bagian Kesatu Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan Pasal 34 (1) Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah DPA-SKPD/DPPA-SKPD ditetapkan oleh PPKD dengan persetujuan Sekretaris Daerah. (2) Proses penetapan DPA-SKPD/DPPA-SKPD adalah sebagai berikut: a. setelah peraturan daerah tentang APBD/PAPBD ditetapkan, Kepala SKPD menyusun rancangan DPA-SKPD/DPPA-SKPD dan rancangan anggaran kas, berisi rincian sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan; b. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD/DPPA-SKPD dan rancangan anggaran kas kepada PPKD untuk selanjutnya diserahkan kepada TAPD guna verifikasi; c. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD/DPPA-SKPD dan rancangan anggaran kas bersama-sama dengan Kepala SKPD; (1) (2) (ql) (2) -22- d.berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD/DPPA-SKPD dan rancangan anggaran kas dengan persetujuan sekretaris daerah; e. DPA-SKPD/DPPA-SKPD dan anggaran kas yang telah disahkan, disampaikan kepada Kepala SKPD, Inspektorat dan Badan Pemeriksa Keuangan. Pasal 35 Dalam hal terdapat pelaksanaan APBD yang tidak dapat diselesaikan dalam tahun anggaran berkenaan, maka SKPD menyusun rancangan DPAL-SKPD. Proses penetapan DPAL-SKPD adalah sebagai berikut: a.Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan kepada PPKD, yang terdiri dari: 1)Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan yang bersangkutan; 2) Sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D; 3) SP2D yang belum diuangkan. b.PPKD melakukan proses verifikasi dan otorisasi terhadap rancangan DPAL; c. PPKD mengesahkan rancangan DPAL-SKPD menjadi DPAL-SKPD dan menyerahkannya Kepala SKPD, Inspektorat dan Badan Pemeriksa Keuangan. Bagian Kedua Tatacara Penatausahaan Paragraf 1 Penatausahaan Penerimaan Pasal 36 Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan cara: a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga; atau b. disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga. Pasal 37 Penerimaan daerah yang disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara penerimaan menerima slip setoran/bukti lain yang sah dari wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas umum daerah; -23- b. bendahara penerimaan melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan tersebut; bendahara penerimaan membuat Surat Tanda Setoran; dan berdasarkan Surat Tanda Setoran yang telah divalidasi bank, bendahara penerimaan mencatat penerimaan dalam aplikasi. ae Pasal 38 Penerimaan daerah yang disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf b, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. penerimaan daerah yang secara langsung disetor melalui bendahara penerimaan SKPD: 1) bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Retribusi Daerah/Surat Ketetapan Pajak Daerah dan/atau dokumen lain yang dipersamakan, dari wajib retribusi/wajib pajak dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya; 2) bendahara penerimaan SKPD melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan; 3) bendahara penerimaan SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib retribusi/wajib pajak dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya; 4) berdasarkan Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah, bendahara penerimaan mencatat penerimaan dalam aplikasi; 5) bendahara penerimaan membuat Surat Tanda Setoran dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah, paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya; dan 6) bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah dalam aplikasi. b. _ penerimaan daerah yang disetor melalui bendahara penerimaan pembantu SKPD: 1) bendahara penerimaan pembantu SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Retribusi Daerah/Surat Ketetapan Pajak Daerah dan/atau dokumen lain yang dipersamakan, dari wajib retribusi/wajib pajax, dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya; 2) bendahara penerimaan pembantu SKPD melakukan _verifikasi kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan; 3) bendahara penerimaan pembantu SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib retribusi/wajib pajak dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya; 4) bendahara penerimaan pembantu SKPD membuat Surat Tanda Setoran dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah, paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya; dan 5) bendahara penerimaan pembantu SKPD mengirimkan salinan Surat Tanda Setoran ke bendahara penerimaan untuk dilakukan pembukuan oleh bendahara penerimaan c. penerimaan daerah yang disetor melalui petugas pungut: 1) petugas pungut menerima pembayaran sejumlah wang yang tertera (y (2) () (2) ore pada Surat Ketetapan Retribusi Daerah/Surat Ketetapan Pajak Daerah dan/atau dokumen lain yang dipersamakan, dari wajib retribusi/wajib pajak dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya; 2)petugas pungut kemudian menyerahkan Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib retribusi/wajib pajak; 3) petugas pungut membuat rekap penerimaan retribusi/pajak; 4) petugas pungut menyerahkan rekap penerimaan disertai uang dan bukti pembayaran (lembar 2/bonggol retribusi) kepada bendahara penerimaan pembantu SKPD, paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya; 5) bendahara penerimaan pembantu SKPD membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada petugas pungut; 6) bendahara penerimaan pembantu SKPD membuat Surat Tanda Setoran dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah, paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya; dan 7)bendahara penerimaan pembantu SKPD mengirimkan salinan Surat Tanda Setoran ke bendahara penerimaan untuk dilakukan pembukuan oleh bendahara penerimaan. penerimaan daerah yang secara langsung disetor melalui bendahara penerimaan PPKD: 1) bendahara penerimaan PPKD menerima nota kredit dari bank atau bukti lain yang sah; 2) bendahara penerimaan PPKD melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan nota kredit dari bank atau bukti lain yang sah; 3) bendahara penerimaan PPKD membuat Surat Tanda Setoran; dan 4) berdasarkan Surat Tanda Setoran yang divalidasi bank, bendahara penerimaan PPKD mencatat penerimaan dalam aplikasi. Paragraf 2 Penatausahaan Pengeluaran Pasal 39 Kuasa BUD menerbitkan SPD per bulan berdasarkan anggaran kas yang telah disahkan. SPD sebagaimana dimakeud pada ayat (1), ditandatangani oleh PPKD. Pasal 40 Berdasarkan SPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, bendahara pengeluaran SKPD mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD. SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. SPP-UP; b. SPP-GU; c. SPP-TU; d. SPP-LS gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya; dan ¢. SPP Nihil. e () (2) 25 Pasal 41 Penatausahaan SPP-UP oleh bendahara pengeluaran SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran SKPD membuat dokumen SPP-UP setiap awal tahun anggaran setelah dikeluarkannya Peraturan Bupati tentang besaran UP; b. PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap SPP-UP dan menyiapkan dokumen SPM UP; . pengguna anggaran menerbitkan SPM UP; 4.SPM UP yang telah diterbitkan diajukan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D UP; dan e. bendahara pengeluaran SKPD menerima dan mendokumentasikan SP2D UP. Dokumen SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. surat pengantar SPP-UP; b. ringkasan SPP-U! c. rincian SPP-UP; a. e . salinan SPD; draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD; dan {. lampiran lain yang diperlukan. Pasal 42 Pembukuan UP dilakukan oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme sebagai berikut: a. b. bendahara pengeluaran SKPD menyiapkan Nota Pencairan Dana atau bukti pembayaran/bukti lainnya yang sah; bendahara pengeluaran SKPD kemudian melakukan penginputan Nota Pencairan Dana atau bukti pembayaran/bukti lainnya yang sah ke dalam aplikasi; hasil akhir dari proses ini adalah BKU dan Buku Pembantu BKU yang sudah ter-update; dan bendahara pengeluaran SKPD menerima bukti belanja/bukti pengeluaran uang/bukti lainnya yang sah dari PPTK sebagai bentuk pertanggungjawaban UP. setelah pertanggungjawaban tersebut diterima, bendahara pengeluaran SKPD menginput transaksi dalam aplikasi sebagai berikut: 1) bendahara pengeluaran SKPD mencatat pengembalian panjar dan belanja yang sebenarnya terjadi berdasarkan pertanggungjawaban yang diberikan PPTK; 2) apabila UP yang diberikan lebih besar daripada belanja yang dilakukan, PPTK mengembalikan kelebihan tersebut; 3) apabila UP yang diberikan lebih kecil daripada belanja yang dilakukan, bendahara pengeluaran SKPD membayar kekurangannya kepada PPTK. q) (2) ql) (2) -26- Pasal 43 Penatausahaan SPP-GU oleh bendahara pengeluaran SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf b, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran SKPD membuat dokumen SPP-GU dengan besaran sejumlah SPJ penggunaan UP yang telah disahkan pada periode waktu tertentu; b. PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap SPP-GU dan menyiapkan dokumen SPM GU; c. pengguna anggaran menerbitkan SPM GU; d. SPM GU yang telah diterbitkan disampaikan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D GU; dan e. bendahara pengeluaran SKPD menerima dan mendokumentasikan SP2D GU. Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: . surat pengantar SPP-GU; . ringkasan SPP-GU; . rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu; |. bukti transaksi yang sah dan lengkap; . salinan SPD; draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD; dan g. lampiran lain yang diperlukan. pepegp Pasal 44 Penatausahaan SPP-TU oleh bendahara pengeluaran SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf c, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. PPKD membuat surat persetujuan TU berdasarkan surat permohonan pengajuan TU dari SKPD; b. berdasarkan surat persetujuan TU dari PPKD, bendahara pengeluaran SKPD membuat dokumen SPP-TU atas kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain. c. PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap SPP-TU dan menyiapkan dokumen SPM TU; d. pengguna anggaran menerbitkan SPM-TU; e. SPM-TU yang telah diterbitkan diajukan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D TU; dan f, bendahara pengeluaran SKPD menerima dan mendokumentasikan SP2D TU. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU dipertanggungjawabkan tersendiri dan apabila tidak habis, maka dana disetorkan kembali ke RKUD, kecuali untuk: 1) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; 2) kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali pengguna anggaran. oT (3) Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. surat pengantar SPP-TI b. ringkasan SPP-TU; c. rincian rencana penggunaan TU; a e . salinan SPD; draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh _pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD; f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang persediaan; dan g. lampiran lain yang diperlukan. Pasal 45 (1) Penatausahaan SPP-LS gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya oleh bendahara pengeluaran SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a.bendahara pengeluaran SKPD membuat dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya; b.PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap SPP-LS dan menyiapkan dokumen SPM LS; c. pengguna anggaran menerbitkan SPM LS; d.SPM LS yang telah diterbitkan diajukan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D LS; dan e. bendahara pengeluaran SKPD menerima dan mendokmentasikan SP2D. (2) Dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. surat pengantar SPP-LS gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya; b. ringkasan SPP-LS gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya; ¢. rincian SPP-LS gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya; dan d. lampiran SPP-LS gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya. Pasal 46 (1) Penatausahaan SPP-Nihil oleh bendahara pengeluaran SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf e, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran SKPD dapat mengajukan SPP-Nihil sejumlah SPJ penggunaan GU pada akhir periode; b.PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap SPP-Nihil dan menyiapkan dokumen SPM Nihil; c. pengguna anggaran menerbitkan SPM Nihil, 4. SPM Nihil yang telah diterbitkan diajukan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D Nihil; dan . bendahara pengeluaran SKPD menerima dan mendokumentasikan SP2D Nihil. (2) Dokumen SPP-Nihil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a, surat pengantar SPP-Nihil; b. ringkasan SPP-Nihil; c. rincian penggunaan SP2D/GU yang lalu; d. bukti transaksi yang sah dan lengkap; e. salinan SPD; dan a (2) (1) (2) -28- f. lampiran lain yang diperlukan. Pasal 47 Penatausahaan SPP-LS pengadaan barang dan jasa oleh PPTK, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a.PPTK membuat dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa berdasarkan Surat Perintah Kerja atau dokumen yang dipersamakan dan disampaikan kepada bendahara pengeluaran SKPD/bendahara pengeluaran pembantu SKPD dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran; b. PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap SPP-LS pengadaan barang dan jasa dan menyiapkan dokumen SPM LS pengadaan barang dan jasa; c. pengguna anggaran menerbitkan SPM LS; d.SPM LS yang telah diterbitkan diajukan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D LS; dan e. bendahara pengeluaran SKPD/bendahara pengeluaran pembantu SKPD menerima dan mendokmentasikan SP2D LS. Dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. surat pengantar SPP-LS pengadaan barang dan jasa b. ringkasan SPP-LS pengadaan barang dan jasa; c. rincian SPP-LS pengadaan barang dan jasa; dan d.lampiran SPP-LS pengadaan barang dan jasa. Pasal 48 Penatausahaan SPP-LS PPKD, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. Bendahara pengeluaran PPKD membuat dokumen SPP-LS PPKD; b.PPK melakukan verifikasi terhadap SPP-LS PPKD dan menyiapkan dokumen SPM LS PPKD; c. pengguna anggaran menerbitkan SPM LS; d. SPM LS yang telah diterbitkan diajukan kepada BUD/Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D LS; dan ¢. bendahara pengeluaran PPKD/bendahara pengeluaran pembantu PPKD menerima dan mendokmentasikan SP2D LS. Dokumen SPP-LS PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dau a. surat pengantar SPP-LS PPKD; b. salinan SPD; dan c. lampiran lain yang diperlukan -29- Pasal 49 Pergeseran dana dari rekening bendahara pengeluaran ke kas tunai bendahara pengeluaran SKPD, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran SKPD menyiapkan bukti pergeseran dana misalnya slip penarikan/bukti lain yang sah; b. berdasarkan bukti tersebut, bendahara pengeluaran SKPD melakukan input pergeseran dana; dan c. hasil dari proses ini adalah BKU dan Buku Pembantu BKU yang ter-update. Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Penerimaan dan Penggunaan Dana Paragraf 1 Bendahara Penerimaan PPKD Pasal 50 (1) Bendahara penerimaan PPKD mempertanggungjawabkan penerimaan daerah yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berilcut: a. bendahara penerimaan PPKD melakukan penutupan Buku Penerimaan PPKD dan melakukan rekapitulasi perhitungan; b. bendahara penerimaan PPKD melampirkan bukti-bukti penerimaan yang sah dan lengkap, meliputi Surat Tanda Setoran dan/atau Nota Kredit dari Bank; c.atasan langsung bendahara penerimaan PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis untuk mendapatkan informasi pendapatan PPKD yang sinkron dan kredibel; dan d.atasan langsung bendahara penerimaan PPKD menyampaikan Buku Penerimaan PPKD yang telah dilakukan penutupan dilampiri dengan bukti penerimaan yang sah dan lengkap kepada PPKD, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya Paragraf 2 Bendahara Penerimaan SKPD Pasal 51 (1) Bendahara penerimaan SKPD mempertanggungjawabkan penerimaan daerah yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif dan fungsional kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD. (2) Pertanggungjawaban adminsitratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. (3) Pertanggungjawaban fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan berkenaan. q@) (2) () (2) (3) -30- Pasal 52 Pertanggungjawaban adminsitratif bendahara penerimaan SKPD dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a.bendahara —penerimaan = SKPD — memberikan —_Laporan pertanggungjawaban kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD; b.atas pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan SKPD, maka PPK SKPD melakukan verifikasi kebenaran terhadap laporan pertanggungjawaban tersebut; dan c. apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran akan menandatangani laporan pertanggungjawaban sebagai bentuk pengesahan. Pertanggungjawaban fungsional bendahara penerimaan SKPD dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara penerimaan SKPD menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan dari PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban administratif, b. bendahara penerimaan SKPD menyerahkan berkas laporan pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; dan c. PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis dalam rangka rekonsiliasi pendapatan. Paragraf 3 Bendahara Pengeluaran PPKD Pasal 53 Bendahara pengeluaran PPKD mempertanggungjawabkan_pelaksanaan fungsi kebendaharaan yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. berdasarkan BKU dan buku pembantu BKU, bendahara pengeluaran PPKD membuat SPJ atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya; b.dokumen SPJ bendahara pengeluaran PPKD dan kelengkapannya disampaikan kepada atasan langsung bendahara pengeluaran PPKD untuk dilakukan verifikasi; c.dokumen SPJ terverifikasi diberikan ke PPKD untuk mendapatkan pengesahan; dan d.apabila disetujui, PPKD mengesahkan SPJ bendahara pengeluaran PPKD dan memberikan dokumen SPJ yang sudah ditandatangani tersebut kepada bendahara pengeluaran PPKD. Dokumen _pertanggungjawaban bendahara pengeluaran | PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. BKU; b. Buku pembantu BKU; c. SPJ; d. Register SPP; -31- e. Register SPM; dan f. Register SP2D. Paragraf 4 Bendahara Pengeluaran SKPD Pasal 54 (1) Bendahara pengeluaran SKPD menyampaikan pertanggungjawaban atas pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya kepada kepala SKPD melalui PPK SKPD, secara administratif dan fungsional. (2) Dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam menatausahakan pengeluaran mencakup: a. buku kas umum; b. buku simpanan/bank; c. buku pajak; d. buku panjar; e. buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek; dan f. register SPP-UP/GU/TU/LS (3) Pertanggungjawaban bendahara pengeluaran SKPD secara administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pertanggungjawaban penggunaan UP; b. pertanggungjawaban penggunaan GU; dan c. pertanggungjawaban penggunaan TU (4) Pertanggungjwaban bendahara pengeluaran SKPD secara_fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pasal 55 (1) Pertanggungjawaban penggunaan UP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran SKPD mengumpulkan bukti-bukti yang sah atas belanja penggunaan UP; b. berdasarkan bukti-bukti yang sah tersebut bendahara pengeluaran SKPD merekapitulasi belanja kedalam Laporan Pertanggungjawaban UP sesuai dengan program dan kegiatannya masing-masing. (2) Pertanggungjawaban penggunaan GU dan __pertanggungjawaban penggunaan TU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dan huruf c, dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran SKPD mengumpulkan bukti-bukti belanja yang sah atas penggunaan GU dan TU; b. apabila terdapat GU/TU yang tidak digunakan, bendahara pengeluaran SKPD melakukan setoran ke Kas Umum Daerah. Surat Tanda Setoran atas penyetoran itu dilampirkan sebagai lampiran laporan pertanggungjawaban GU/TU; G (3) -32- c. berdasarkan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap tersebut dan bukti penyetoran TU (apabila tambahan uang persediaan melebihi belanja yang dilakukan) bendahara pengeluaran merekapitulasi belanja kedalam Laporan Pertanggung-jawaban Tambahan Uang Persediaan sesuai dengan program dan kegiatannya yang dicantumkan pada awal pengajuan TU; d.laporan pertanggungjawaban tersebut kemudian diberikan kepada pengguna anggaran melalui PPK SKPD; e. PPK SKPD melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran SKPD; f. pengguna anggaran menandatangani laporan pertanggungjawaban GU dan laporan pertanggungjawaban TU sebagai bentuk pengesahan. g. pengguna anggaran menyampaikan laporan pertanggungjawaban GU dan laporan pertanggungjawaban TU kepada BUD; dan h.BUD melakukan verifikasi dan mengembalikan —_laporan pertanggungjawaban GU dan laporan pertanggungjawaban TU ke bendahara pengeluaran SKPD. Dokumen laporan pertanggungjawaban administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), terdiri dari: a. BKU; b.ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercantum dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud; . bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara; dan . register/laporan penutupan kas. ao Pasal 56 Pertanggungjwaban bendahara pengeluaran SKPD secara__fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. b. bendahara pengeluaran SKPD menyiapkan register/laporan penutupan kas; bendahara pengeluaran SKPD melakukan rekapitulasi jumlah belanja dan item terkait lainnya berdasarkan BKU dan Buku Pembantu Rincian Obyek untuk mendapatkan nilai belanja per rincian obyek; bendahara pengcluaran SKPD menggabungkan hasil rekapitulasi tersebut dengan hasil yang ada di SPJ Bendahara pengeluaran pembantu SKPD; berdasarkan hasil rekapitulasi dan penggabungan, bendahara pengeluaran SKPD membuat SPJ atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya; dokumen SPJ beserta BKU, register/laporan penutupan kas dan SPJ bendahara pengeluaran pembantu SKPD diberikan ke PPK SKPD untuk dilakukan verifikasi; setelah mendapatkan verifikasi, PPKD selaku BUD menandatangani laporan pertanggungjwaban sebagai bentuk pengesahan. q) (2) (3) (1) (2) (3) (4) Q) (2) -33- Paragraf 5 Bendahara Pengeluaran Pembantu SKPD Pasal 57 Bendahara pengeluaran pembantu SKPD menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada bendahara pengeluaran SKPD paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Penyampaian laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui mekanisme sebagai berikut: a. bendahara pengeluaran pembantu SKPD menyiapkan register/laporan penutupan kas; b. bendahara pengeluaran pembantu SKPD membuat BKU dan Buku Pembantu BKU; dan c. bendahara pengeluaran pembantu SKPD menyerahkan laporan pertanggungjawaban pengeluaran ke bendahara pengeluaran SKPD untuk dilakukan verifikasi dan penggabungan. Dokumen laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. BKU; b. Buku Pembantu BKU; c. bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara; d. register/laporan penutupan kas; dan e. buku panjar. Paragraf 6 Bendahara Umum Daerah Pasal 58 BUD membuat laporan atas kas umum daerah yang berada dalam pengelolaannya dan menyampaikannya kepada Bupati. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat setiap hari dan diserahkan kepada Bupati setiap hari kerja pertama setiap minggunya. Selain laporan atas kas kas umum daerah, BUD membuat register SPP, SPM dan SP2D yang telah diterbitkan. BUD menyusun pertanggungjawabannya setiap hari dalam bentuk Rekonsiliasi Bank dan Laporan Posisi Kas Harian. BAB V PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD Bagian Kesatu Laporan Realisasi Bulanan APBD Pasal 59 Kepala SKPD menyusun laporan realisasi bulanan anggaran pendapatan dan belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disiapkan oleh PPK-SKPD dan disampaikan kepada pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai (3) (4) q) (2) (3) (4) 6) 6) (7) (8) -34- laporan realisasi bulanan anggaran pendapatan dan belanja SKPD paling lama 5 (tujuh) hari kerja bulan berikutnya. Pengguna anggaran menyampaikan laporan realisasi bulanan anggaran pendapatan dan belanja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan realisasi bulanan paling lama 7 (tujuh) hari kerja bulan berikutnya. PPKD menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran bulanan ke Kementerian Keuangan. Bagian Kedua Laporan Realisasi Semester Pertama APBD Pasal 60 Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disiapkan oleh PPK-SKPD dan disampaikan kepada pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir. Pengguna anggaran menyampaikan laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir. PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah. Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada kepala daerah paling lambat minggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan. Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada Gubernur, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan paling lambat akhir bulan Agustus tahun anggaran berkenaan. (1) (2) (3) (4) (5) (6) () (2) (3) (4) -35- Bagian Ketiga Laporan Tahunan APBD Pasal 61 PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai laporanpertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud disampaikan kepada Bupati melalui PPKD paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pengguna anggaran sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Operasional; c. Neraca d. Laporan Perubahan Ekuitas; dan e. Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilampiri dengan surat pernyataan kepala SKPD bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian internal yang memadai dan standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 62 PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (5), paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan. Laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada Bupati melalui sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; Laporan Operasional; Neraca; Laporan Arus Kas; Laporan Perubahan Ekuitas; Catatan atas Laporan Keuangan. erepoge Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan. 8) (6) A) (8) 9) (10) a (2) (3) (4) 6) -36- Laporan keuangan pemerintahan daerah dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaan daerah. Laporan ikhtisar realisasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun dari ringkasan laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dan laporan kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah. Penyusunan laporan kinerja interim sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai laporan kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampiri dengan surat pernyataan Bupati yang menyatakan pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian internal yang memadai, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan oleh Bupati kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk dilakukan pemeriksaan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Bupati memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK. Bagian Keempat Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Pasal 63 Bupati menyampaikan rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan operasional, neraca, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan, serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah. Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan, BPK belum menyampaikan hasil pemeriksaan, Bupati menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD. Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan operasional, neraca, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, catatan atas laporan keuangan dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK. Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dirinci dalam rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. 6 a) -37- Rancangan peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilengkapi dengan lampiran terdiri dari: a, ringkasan laporan realisasi anggaran; dan b. penjabaran laporan realisasi anggaran. Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD, paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima. Bagian Kelima Evaluasi Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD q) (2) (3) (4) (5) ©) Pasal 64 Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati, paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Gubernur Jawa Timur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur kepada Bupati paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Apabila Gubernur Jawa Timur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan peraturan Bupati. Dalam hal Gubernur Jawa Timur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Bupati dan DPRD menindaklanjuti hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti olen Bupati dan DPRD, dan Bupati tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan Bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan Bupati, Gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturan Bupati dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan. -38- BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 65 Bagan alur sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 66 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Ngawi Nomor 40 Tahun 2014 tentang Sistem dan Prosedur Penatausahaan Keuangan Daerah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 67 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar sctiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Ngawi. Ditetapkan di Ngawi pada tanggal 3 Owenbs soe BUPATI NGAWL, td BUDI SULISTYONO, Diundangkan di Ngawi pada tanggal 3 Oceunbs S013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI, td MOKH. SODIQ TRIWIDIYANTO BERITA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2018 NOMOR *& LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, BAGAN ALUR SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH A. PENYUSUNAN RANCANGAN APBD/P-APBD PENYUSUNAN RANCANGAN APBD/P-APED kkepala Daerah PRD SKPDIPPKD TAPD | ain eo B.PENETAPAN APBD/P-APBD. PENETAPAN APBD/P-APBD Kepala Daerah DPRD TAPD roe resanen | ‘mae / = IG0 eet [See on er Guberur 5 Se |e tec \\ eenereran re) can fii ara sara : } fe i C.PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DPA SKPD/PPKD. Penyusunan dan Pengesahan DPA SKPD/PPKD ‘SKPD PPKD TAPD re D.PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DPPA. SkPD ‘| PPKD TAPD Ge E, PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DPA-L SKPD. Penyusunan dan Pengesahan DPA-L SKPD SKPD PPKD F.PENERIMAAN DAN PENYETORAN (TUNAI) BENDAHARA PENERIMAAN SKPD [Penerimaan dan Penyetoran (Tunai) BendahanaiPenerimaan SKPD. G.PENERIMAAN MELALUI RKUD Penerimaan melalui RKUD |Penerimaan melalui RKUD Bendshara Penerimaan SKPD ‘endahora Penetimaon PPKD “seer i [==] H.PENERIMAAN DAN PENYETORAN (TUNAI) BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU SKPD [Penerimaan dan Penyetoran (Tuna), Bendahara Penerimaan Pembantu SKPD I. PENERIMAAN TUNAI JURU PUNGUT i (Juru Pungut) Bendahara Bendahara Penerimaan SKPD penuh enee sorbate: J. PENERIMAAN MELALUI UNIT KERJA Penerimaan melalui unit kerja =) peas | \ Sentaat / \agarantuianan 2 10 K,PEMBUATAN SURAT PENYEDIAAN DANA. Pembuatan Surat Penyediaan Dana Kuasa BUD BUD a RRaneangen kas | SPDIFPKD »\ Parsanjuan / uu L. PENATAUSAHAAN SPP UP ;Penatausahaan SPP UP PD reegguna | euorKuasa: PKs! meee evo | LoS ae eerste owe P| | | i 2 M. PENATAUSAHAAN SPP GU [Penatausahaan SPP GU Bias a senttee | orcswro | See | even aun a me oN B N. PENATAUSAHAAN SPP TU [Penatausahaan SPP TU Bendahara Pengguna fou aie. peace, | momen | aaa saree Sa | i 14 O, PENATAUSAHAAN SPP LS Penatausahaan SPP LS. endahara Pengguna Pengeluaran Pemskeo Anggaran ae ea SS | = —_— ns | | Fecal saan | [ees S- ee 15 P, PENATAUSAHAAN SPP NIHIL (Penatausahaan SPP Nihil Bendahara Pengguna pe PPK SKPD Pengguna | ubiKuasa BUD im # i b< ij i 16 Q. PENATAUSAHAAN SPP LS PPKD. (Penatausahaan SPP LS Bendatara Penoaina aaa Pek SkPD Beragune | guDKuase BUD | “es v R. PERGESERAN DANA DARI RKUD KE KAS TUNAI jeseran dana dari rekening ke kas tunai Bendahara Pengeluaran | Welakukan input | dalam aplikas) | a KU dan Buku Pombanta 18 8. PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN PPKD Pertanggungiawaban Bendahara Penerimaan PPKD ‘Aiasan Lengsuing/Fungsi endans Lengsung Penesimaan PED PKB. 19 T. PERTANGGUNGJAWABAN ADMINISTRATIF BENDAHARA PENERIMAAN SKPD [Petanggungjawaban Administratit Bendatara Penerimaan SKPD PPK SKeD Pengguna Anggaran, 20 U. PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL BENDAHARA PENERIMAAN SKPD PPK SkpD PPKD 2a V. PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PPKD [Peranagungiawaban Bendahara Pengeliaran PPKD, “iasan ianasina (runosl Santen 2 PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN UP BENDAHARA PENGELUARAN SKPD 23 X, PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN TU BENDAHARA PENGELUARAN SKPD [Fertanagungiawaban Penagunaan TU GenseraBenoauarn | rex snr canta 2.0, 24 Y. PERTANGGUNGJAWABAN ADMINISTRATIF BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD 25 Z. PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD [Petengaungjawaben Fungsionel Gensonergpepeeiaeen | rx axa) i] rrxo-sainu RUB! | 26 AA. PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD Pertanggungjawaban Fungsional BengaheraPengeluaran | Bendahara Penaeleuaran Pambantu SKPD. ‘SKPD 27 BB, PEMBUKUAN UP Pembukuan uang panjar Bendahara Pengeluaran Pemberan / ont 7 | stanggungjanaban Ic 28 CC. PENYAMPAIAN LAPORAN BUD DD. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD/SKPKD Penyusunan Laporan Keuangan SKPD/SKPKD. ewer eemsreo | Prk 30 EE.PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH [Ponyasunan Laporan Keuangan Pemdal om 31 FF, RANPERDA LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD. [om ie oi = x a ee / ef i C Penetapan ion peangginsiovaban BUPATI NGAWI, ud BUDI SULISTYONO, 32

Anda mungkin juga menyukai