Anda di halaman 1dari 2

Abstrak.

Kebudayaan adalah entitas dinamis yang senantiasa berubah selaras perkembangan sejarah dan
lingkungan. Ruang lingkupnya pun sangat luas, membentang dari apa yang sakral hingga yang profan.
Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks hasil cipta, karsa dan rasa umat manusia sebagai hasil
perjuangannya melalui potensi fisik, rasio serta kreativitas dalam upaya mengatasi tantangan alam dan
zaman. Yang kemudian menjadi pola/kebiasaan/konfigurasi dalam berbagai wujud untuk diwariskan
melalui proses belajar, mengajar dan diajar.

Kebudayaan primordial masyarakat tradisional Indonesia adalah kebudayaan yang paradoksal. Ia


profan sekaligus sakral. Hal ini disebabkan karena wawasan dunia (Worldview) mereka yang
memandang alam (makrokosmos) sebagai pasangan manusia (mikrokosmos). Relasi subjek dengan
subjek. Dalam kerangka pikir filsafat, relasi berpasangan/bersatunya dua entitas (dualitas) yang berbeda
dan saling berkebalikan ini disebut sebagai paradoks. Oleh karenanya mereka sangat menghormati dan
menghargai alam, sebab keberadaan manusia tidak ada artinya tanpa kehadiran yang liyan, dalam hal
ini: alam. Begitu juga sebaliknya. Pandangan hidup paradoksal ini kemudian terefleksikan secara nyata
dalam wujud budaya lainnya, baik itu perilaku maupun artefak budaya.

Hal yang berkebalikan ada pada cara pikir modern. Dimana alam (juga sesama manusia) ditempatkan
sebagai objek yang harus ditaklukkan, demi tercapainya akumulasi kapital melalui komodifikasi
kebutuhan primer hingga tersier barang dan jasa, sebagaimana logika dan spirit corak produksi
kapitalisme mutakhir. Termasuk turunannya baik itu invasi politik, dominasi ekonomi maupun
hegemoni kebudayaan dalam selubung Proyek Aufklarung Modernisasi Dunia, yang nyatanya kian
waktu semakin menggerus berbagai potensi lokal, dimana terkandung didalamnya kearifan terhadap
kesimbangan alam.

Maka pasca Pandemi Covid-19, kita perlu melakukan refleksi ulang seraya menyusun strategi
kebudayaan baru dengan pendekatan akulturasi budaya yang mampu menopang kehidupan
berkelanjutan. Pendekatan akulturasi budaya memungkinkan terjadinya kegotongroyongan sebab
didalamnya terkandung spirit paradoks. Dimana apa yang liyan diterima, diadaptasi serta dikolaborasi
sesuai dengan tantangan alam serta zaman setempat.

Tujuan penelitian adalah mempertimbangkan dan mencari kembali sintesis/saling silang/manunggalnya


kebudayaan Timur dan Barat, lokal dan global, tradisi dan modern dalam kacamata/perspektif
akulturasi kebudayaan. Demi tercapainya suatu strategi kebudayaan normal baru yang berdaya guna
untuk kehidupan berkelanjutan. Metodologi penelitian yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini
adalah metodologi penelitian kualitatif, yang berbasis pada pendekatan perbandingan filsafat maupun
sejarah kebudayaan melalui studi pustaka/literatur. Temuan kunci dalam penelitian ini adalah bahwa
Indonesia memiliki warisan besar dan berharga lewat perjalanan sejarah kebudayaan bangsa yang
kemudian termanifestasikan melalui semboyan, “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.”
Warisan ini mampu menjadi suluh bagi masyarakat dunia dalam membangun relasi kebudayaan yang
setara dan berkeadilan, dimana alam terawat, kehidupan teruwat.

Daftar Referensi:
1. Dewantara, Ki Hadjar. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Penerbit Leutika.
2. Kartika, Dharsono Sony. 2007. Budaya Nusantara. Bandung: Penerbit Rekayasa Sains.
3. Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
4. Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya 2 Jaringan Asia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
5. Postman, Neil. 2021. Teknopoli: Budaya, Saintisme, Monopoli Teknologi. Yogyakarta:
Penerbit BASABASI.
6. Setiadi, Elly M., Hakam, Kama A. dan Effendi, Ridwan. 2017. Ilmu Sosial & Budaya Dasar.
Jakarta: Penerbit Kencana.
7. Sumardjo, Jakob. 2010. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
8. Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: Penerbit ITB.

1
9. Tabrani, Primadi. 2018. Belajar dari Sejarah dan Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB.
10. Yamin, Muhammad. 2017. 6000 Tahun Sang Merah Putih. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai