Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toilet training adalah melatih anak dalam menggunakan toilet

untuk memenuhi kebutuhan Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar

(BAB) secara mandiri (Yuniarini dalam Widyaiswara, 2012).

Anak merupakan karunia dan hibah dari Allah Subhanahu wa

Ta’ala sebagai penyejuk pandangan mata, kebanggaan orang tua dan

sekaligus perhiasan dunia, serta belahan jiwa yang berjalan di muka bumi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

ً‫ك ثَ َوابًا َو َخ ْي ٌر َأ َمال‬ ُ َ‫ْال َما ُل َو ْالبَنُونَ ِزينَةُ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َو ْالبَاقِي‬
ُ ‫ات الصَّالِ َح‬
َ ِّ‫ات خَ ْي ٌر ِعن َد َرب‬

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi

amalan-amalan yang kekal lagi shalah adalah lebih baik pahalanya di sisi

Tuhanmu serta lebih baik menjadi harapan. [Al Kahfi:46]

Anak toddler adalah anak yang berusia 12 sampai 36 bulan (Wong,

2009). Pada usia ini anak lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan

disekitarnya, rasa ingin tahu anak semakin besar dan meniru perbuatan

orang lain, anak juga bisa menegnal anggota tubuhnya sendiri, menyusun

dua kata dan mengulang kata-kata baru (Susilaningrum dkk, 2013). Pada

usia ini toddler seorang anak harus dapat menjalankan tugas

perkembangannya. Tugas perkembangan anak usia toddler yang harus

dicapai adalah toilet training (Supartini, 2012).

1
2

Menurut Badan Pusat Statistik (2015), di Indonesia proyeksi

penduduk usia 0-4 tahun sejumlah 23.848.000 pada tahun 2017.

Sedangkan di Jawa Timur, menurut Pusat Data dan Informasi (2017)

estimasi jumlah penduduk anak balita 1-4 tahun yaitu laki-laki berjumlah

1.186.078 dan perempuan berjumlah 1.140.708 dengan total jumlah

keseluruhan 2.326.786.

Mengompol (enuresis) merupakan masalah umum yang

mempengaruhi lebih dari 50 juta anak-anak berusia 5 hingga 15 tahun.

Anak laki-laki lebih cenderung untuk mengalaminya daripada anak

perempuan, dan jarang berlangsung setelah masa pubertas. Frekuensinya

adalah 20,6-23,1% untuk anak laki-laki, dan 8,7-18,2% untuk anak

perempuan (Canbulat & Yildiz, 2009).

Kejadian mengompol dan BAB sembarangan menjadi tidak wajar

ketika anak sudah mencapai usia 5 tahun. Mengompol merupakan

gangguan dalam pengeluaran urin yang tidak bisa dikendalikan pada

waktu siang dan malam hari pada anak yang berumur lebih dari empat

tahun tanpa adanya kelainan fisik ataupun penyakit organik (Kroeger &

Sorensen, 2009). usia puncak anak-anak mengalami enuresis adalah usia

4-5 tahun dengan komposisi 18% laki-laki dan 15% perempuan (Gray &

Moore, 2009). Anak usia prasekolah masih sering mengompol 56 %,

jarang mengompol 36% dan jarang sekali mengompol 8%, oleh karena itu

perlu upaya yang tepat untuk dapat menurunkan angka tersebut sebelum

anak mencapai usia 5 tahun (Kurniawati, Suriana, & Klonarni, 2008).

Sedangkan menurut data BPS Indonesia tahun 2010 jumlah balita di


3

Indonesia adalah 26,7 juta jiwa. Menurut Riset Kesehatan Dasar Anak

(RisKesDas 2010), diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol

BAB dan BAK serta BAB dan BAK disembarang tempat sampai usia

prasekolah mencapai 46% anak dari jumlah balita yang ada di Indonesia.

Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa motivasi

stimulasi toilet training baik 84,4 % memiliki keberhasilan toilet training

baik 75 %, hal ini dapat di asumsikan bahwa motivasi stimulasi ibu yang

baik dapat memberi kontribusi yang baik terhadap keberhasilan toilet

training (Subagiyo, Sulasih dan Widajati, 2010). Dari hasil penelitian

sebelumnya menunjukkan tidak ada perbedaan efektifitas pelaksanaan

toilet training antara teknik lisan dan teknik modeling pada anak usia

toddler (Puji, Wahju, Yuniar, 2015).

Peran orang tua sangat penting untuk mengajarkan kepada anak

tentang toilet training, ketika orang tua salah dalam mengajarkan toilet

training maka anak akan menjadi mudah cemas atau keras kepala dan

sebaliknya jika orang tua terutama ibu benar dalam mengajarkan anaknya

tentang toilet training maka anak akan menjadi mandiri. Ibu merupakan

tokoh yang paling utama pada tahap perkembangan anak karena ibu yang

lebih dekat dengan anak dan memiliki tanggung jawab penuh dalam

mendidik anaknya (Septian, 2014).

Teknik yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan toilet training

adalah teknik lisan maupun teknik modelling (Mota, & Barros, 2008).

Pengaruh modelling terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada

anak toddler dengan hasil bahwa teknik modelling dapat meningkatkan


4

kemampuan anak toddler untuk melakukan toilet training (Ammelda. R,

Novayelinda, R. Erwin, 2013). penelitian mengenai penerapan kedua

teknik ini secara bersamaan sudah pernah dilaksanakan, namun peneliti

tertarik melakukan penelitian Efektifitas Teknik Lisan dan Modeling

Terhadap Motivasi Orang Tua dalam Pelaksanaan Toilet Training pada

Anak Usia Toddler.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan di atas peneliti akan

menganalisis apakah ada pengaruh dari Efektifitas Teknik Lisan dan

Teknik Modeling terhadap Motivasi Orang Tua dalam Pelaksanaan Toilet

Training pada Anak Usia Toddler di Taman Kanak-kanak Probolinggo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Teknik Lisan dan

Teknik Modeling terhadap Motivasi Orang Tua dalam Pelaksanaan

Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Taman Kanak-kanak

Probolinggo

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis

kelamin,) dalam pelaksanaan toilet training

b. Mengetahui efektifitas sebelum dan sesudah dilakukan teknik lisan

dalam toilet training

c. Mengetahui efektifitas sebelum dan sesudah dilakukan teknik

modeling dalam toilet training


5

d. Mengetahui efektivitas teknik lisan terhadap motivasi orang tua

dalam toilet training

e. Mengetahui efektivitas teknik modeling terhadap motivasi orang

tua dalam toilet training

f. Mengetahui tingkat motivasi orang tua dalam pelaksanaan toilet

training

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan ilmu tentang

tingkat efektifitas dalam pelaksanaan toliet training dan dapat

dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan

yang sama atau sejenis.

2. Bagi Institusi pendidikan

Penelitian ini dapat di jadikan sebagai tambahan ilmu dan sebagai

bahan pembelajaran mengenai teknik-teknik dalam pelaksanaan toilet

training pada usia toddler

3. Bagi Keluarga dan Klien

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

pengetahuan bagi keluarga klien terkait masalah toilet training.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pemahaman serta informasi bagi

peneliti tentang teknik modeling dan teknik lisan dalam toilet training.

Anda mungkin juga menyukai