Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

PERENCANAAN PABRIK

2.1 Alasan Pendirian Pabrik

Adapun faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pendirian pabrik


pembuatan Metil Klorida adalah sebagai berikut :
1. Metil Klorida banyak digunakan sebagai bahan intermediate pembuatan
Silicon, agricultural chemical, Metil Selulose, Butyl Rubber, serta sebagai
methylating agent pada refrigerant.
2. Sampai saat ini, Indonesia masih mengimpor Metil Klorida dari negara lain.
Dengan mendirikan pabrik pembuatan Metil Klorida ini, diharapkan
kebutuhan akan bahan ini, khususnya untuk kebutuhan dalam negeri dapat
dipenuhi, sehingga menghemat devisa negara.
3. Tersedianya bahan baku di Indonesia, yaitu sudah ada industri yang
menghasilkan produk untuk bahan baku pembuatan Metil Klorida.
4. Dari segi sosial ekonomi, diharapkan dengan berdirinya pabrik ini, dapat
menyerap tenaga kerja lokal dan secara tidak langsung dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat.
5. Mendorong terbentuknya industri lain yang menggunakan Metil Klorida
sebagai bahan bakunya.

2.2 Pemilihan Kapasitas

Besarnya kapasitas pabrik pembutan metil klorida ditentukan dari


besarnya kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan dunia. Kebutuhan akan metil
klorida di Indonesia sampai saat ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

9
10

Tabel 2.1
Kebutuhan Metil Klorida di Indonesia

Tahun Kebutuhan (ton/tahun)


2000 31.735
2001 34.821
2002 36.139
2003 38.958
2004 42.555
(Biro Pusat Statistik : Data Impor Indonesia Tahun 2000 - 2004)

Gambar 2.1
Kebutuhan Metil Klorida di Indonesia

70000

65000

60000

55000

50000

45000

40000

35000

30000

25000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Dari hasil ekstrapolasi dengan metode regresi linier data di atas, dapat
dilihat bahwa kebutuhan metil klorida di Indonesia pada tahun 2011 mencapai
60.000 ton/tahun. Berdasarkan besarnya kebutuhan metil klorida tersebut, maka
11

besarnya kapasitas pabrik metil klorida yang direncanakan sebesar 60 % dari


total kebutuhan, yaitu 36.000 ton/tahun.

2.3 Pemilihan Bahan Baku

Berdasarkan pemilihan proses di atas, maka bahan baku yang digunakan


adalah asam klorida (HCl) dan metanol (CH3OH).

2.4 Pemilihan Proses

Proses pembuatan Metil Klorida ada dua jenis proses, yaitu proses
klorinasi metana dari hidroklorinasi metanol. Perbandingan untuk kedua proses
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbandingan Proses
Komponen Klorinasi Metana Hidroklorinasi
Metanol
Bahan baku CH4 dan Cl2 HCl dan CH3OH
Temperatur operasi 240 – 330 oC 120 -125 oC
Tekanan operasi 4 – 5 atm 2 – 3 atm
Konversi 98 % > 98 %
Kemurnian 90 % > 98 %
Katalis ZnO2 ZnCl2

Dari tabel di atas, maka dalam pra rencana pabrik pembuatan metil klorida ini dipilih
proses hidroklorinasi metanol. Pemilihan proses tersebut didasarkan pada :
 Raw material yang digunakan mudah didapat di dalam negeri, sehingga
kelangsungan akan penyediaan bahan baku terjamin.
 Kondisi operasi proses yang relatif lebih rendah sehingga mudah dalam
pengontrolan alat dan hemat energi.
 Konversi reaksi yang tinggi.
12

 Produk yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga dapat


dijual dengan harga yang layak.

2.5 Uraian Proses

Pada pabrik ini digunakan proses Hidroklorinasi Metanol untuk


menghasilkan metil klorida. Reaksi yang terjadi adalah :
CH3OH + HCl CH3Cl + H2O
2CH3OH CH3OCH3 + H2O

Mula-mula, feed berupa HCl dari tanki (T-01) diumpankan ke vaporizer


(V-01), sehingga fase senyawa berubah menjadi uap. Feed lain berupa metanol
(CH3OH) dari tanki (T-02) diumpankan ke vaporizer (V-02) untuk diubah
fasenya menjadi uap. Kedua aliran feed keluar dari masing-masing vaporizer
dan masuk ke Knock Out Drum (KOD-01) dan (KOD-02) yang berfungsi untuk
memisahkan antara uap dan liquid yang masih tercampur. Masing-masing aliran
feed dipanaskan di heater (H-01) dan (H-02). Feed dalam fase uap yang telah
dipanaskan di heater diumpankan ke dalam Multi Tubular Fixed Bed Reactor
(R-01) dengan katalis ZnCl2. Reaksi yang terjadi adalah eksotermis. Produk
keluaran dari reaktor (R-01) berupa produk dan reaktan sisa diumpankan ke
reaktor (R-02) dengan katalis yang sama yaitu ZnCl 2, diproses lebih lanjut agar
produk berupa CH3Cl yang dihasilkan lebih maksimal. Produk keluaran dari
reaktor (R-01) dan (R-02) dengan konversi sebanyak 98 % adalah Metil Klorida
dengan purifikasi tinggi, dimetil eter dihasilkan dari penguraian metanol yang
tak sempurna, metanol yang tak terkonversi. Produk ini didinginkan di Cooler
(C-01), kemudian diumpankan ke absorber (AB-01) untuk menyerap HCl
dengan menggunakan air (H2O) sebagai absorben. Produk keluaran top AB-01
adalah uap metil klorida (CH3Cl) dan sedikit dimetil eter. Top produk AB-01 ini
berupa gas lalu disimpan sebagai produk di tanki (T-03). Dalam handling
13

produk yang berbentuk gas, digunakan tekanan yang tinggi agar produk Metil
Klorida tetap dapat disimpan dalam kondisi temperatur kamar. Bottom produk
AB-01 berupa campuran HCl, air dan Metanol. Campuran ini akan dipanaskan
di Heater (H-03) terlebih dahulu, sebelum diumpankan ke Stripper (ST-01),
untuk melepaskan HCl yang telah diserap di AB-01. Keluaran top ST-01 adalah
HCl dalam bentuk uap yang akan dikondensasikan di Condenser (CD-01).
Larutan HCl keluaran dari CD-01 dicampur dengan H2O yang diumpankan dari
tanki (T-04), pencampuran terjadi mixing point. Kemudian HCl disimpan di
tanki (T-01) sebagai umpan pada proses selanjutnya. Bottom produk ST-01
adalah H2O dan sedikit sedikit yang akan diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).

Anda mungkin juga menyukai