H18 Afa
H18 Afa
ALFI FADLILANISSA
Alfi Fadlilanissa
H44130074
3
ABSTRAK
ABSTRACT
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbenyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
6
ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT ABRASI
(Studi Kasus: Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten)
ALFI FADLILANISSA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan banyak pihak.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ibu Diah Ratriani dan Bapak Heri Pribadi atas
do’a, kasih sayang, motivasi, dan dukungan yang diberikan.
2. Bapak Prof. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS, Ph.D dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas arahan, bimbingan, dan
waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku Dosen Pembimbing
Akademik atas arahan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan selama
penulis menjadi mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan.
4. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu
Osmaleli, S.E, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas kritik dan
saran untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama
menyelesaikan masa studi di ESL.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data, yaitu
seluruh perangkat Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tangerang, Bappeda
Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten
Tangerang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten, dan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
7. Rekan-rekan bimbingan skripsi, yaitu Farha, Sobirin, Tara dan khususnya
Nisa atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat Galih, Vigil, Ulayya, Uli, Nurin, dan Vera atas dukungan,
doa, dan motivasi.
9. Teman-teman di Departemen ESL Devita, Puji, Maisa, Ravina, dan teman-
teman ESL 50 lainnya atas berbagi kebersamaan, semangat, dan
bantuannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak dalam
mengatasi abrasi di wilayah pesisir.
Alfi Fadlilanissa
12
13
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
1 Panjang dan laju abrasi di Kabupaten Tangerang .................................................4
2 Matriks penelitian terdahulu ...............................................................................15
3 Matriks jenis dan sumber data.............................................................................22
4 Matriks responden stakeholders ..........................................................................23
5 Matriks metode analisis data ...............................................................................24
6 Kelas interval LVI ...............................................................................................26
7 Mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Anom tahun 2016 ..........................38
8 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ............................................39
9 Karakteristik responden berdasarkan usia ...........................................................39
10 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ....................40
11 Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian KK ....................40
12 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumahtangga .......................41
13 Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan ..............................41
14 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan .......................42
15 Karakteristik responden berdasarkan jenis rumah ............................................43
16 Karakteristik responden berdasarkan jarak rumah ke laut ................................43
17 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ...........................................44
18 Persepsi responden mengenai penyebab abrasi.................................................45
19 Karakteristik banjir rob periode bulan Januari sampai Juli 2017......................46
20 Nilai standarisasi komponen LVI Desa Tanjung Anom ...................................47
21 Biaya perbaikan bangunan rumah responden ...................................................50
22 Biaya kehilangan responden .............................................................................51
23 Pendapatan yang hilang karena memilih tidak pergi bekerja............................51
24 Total kerugian ekonomi ....................................................................................52
25 Total biaya pencegahan responden ...................................................................53
26 Faktor-faktor yang memengaruhi biaya pencegahan yang dikeluarkan
masyarakat ........................................................................................................55
27 Nilai total alternatif kebijakan ...........................................................................60
28 Urutan pemberian ranking alternatif kebijakan .................................................61
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal
1 Perubahan garis pantai Kecamatan Mauk .............................................................4
2 Kerangka Pemikiran Penelitian ...........................................................................19
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Hal
I. PENDAHULUAN
berasal dari laut, misalnya hempasan gelombang, perubahan pola arus dan
fenomena pasang surut yang keseluruhan dapat menyebabkan abrasi pantai.
Sedangkan yang berasal dari darat seperti erosi, sedimentasi akibat arus pasang,
banjir, dan perubahan arus aliran sungai. Proses non alami yang berpotensi
menimbulkan perubahan garis pantai adalah penambangan pasir, pengambilan
pelindung pantai alami, pembuatan bangunan yang menjorok ke laut, dan
pembukaan tambak (Shuhendry 2004).
Indonesia umumnya mengalami perubahan morfologi pantai karena erosi
pantai yang disebabkan oleh sirkulasi arus, dinamika gelombang, serta faktor
manusia. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat
aktivitas gelombang, arus dan pasang surut (Damaywanti 2013).
Abrasi yang terjadi di beberapa bagian pantai dunia telah menimbulkan
kerugian yang besar berupa rusaknya daerah pemukiman, pertambakan, dan jalan
raya. Abrasi merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai yang
disebabkan oleh angin, hujan, arus, gelombang, dan akibat aktivitas manusia.
Aktivitas manusia seperti pembukaan hutan mangrove, penambangan pasir laut
dan penambangan terumbu karang di beberapa lokasi telah memberikan kontribusi
terhadap terjadinya abrasi, karena hilangnya perlindungan pantai dari hantaman
gelombang dan badai (Tarigan 2007). Menurut data Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2016), sekitar 33 kabupaten di 5 provinsi yang berada di Pantai Utara
Jawa mengalami abrasi parah yaitu mencapai 745 km dengan luas yang terabrasi
sebesar 12.878,53 Ha.
Provinsi Banten merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai 200
m di atas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa, Samudera
Hindia dan Selat Sunda (Pemerintah Provinsi Banten 2013). Hal ini membuat
Provinsi Banten rentan akan terkena abrasi pantai, khususnya Kabupaten
Tangerang. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu kabupaten yang memiliki
daerah pantai yang cukup luas juga tidak luput dari kerusakan lingkungan yang
terjadi karena abrasi pantai. Pada tahun 2010 abrasi melanda pesisir Kabupaten
Tangerang sekitar 30 km (Purwadinata 2013).
Dampak dari abrasi menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi penduduk
di wilayah pesisir. Kerugian dapat dilihat dari rusaknya bangunan rumah,
3
Salah satu daerah yang mengalami abrasi parah adalah Desa Tanjung Anom,
Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Menurut Pemerintah
Provinsi Banten (2013), Desa Tanjung Anom sudah terabrasi sejauh 600 m.
Sumber penyebab terabrasinya wilayah Desa Tanjung Anom adalah karena proses
alam, kegiatan pembukaan tambak, penambangan pasir pantai, dan kegiatan
reklamasi. Peta wilayah Desa Tanjung Anom terdapat di Lampiran 1.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan tersebut, dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap abrasi pantai?
2. Berapa indeks kerentanan Desa Tanjung Anom terhadap abrasi?
3. Berapa nilai kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat abrasi di
Desa Tanjung Anom?
4. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat mengeluarkan biaya
untuk pencegahan abrasi?
5. Bagaimana kebijakan untuk mengatasi abrasi Desa Tanjung Anom?
2.1 Abrasi
Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat
aktivitas gelombang, arus, dan pasang surut (Damaywanti 2013). Abrasi pantai
terjadi apabila di suatu pantai mengalami kehilangan atau pengurangan sedimen
yang berarti sedimen yang terangkut dari pantai lebih besar dari sedimen yang
terangkut ke pantai (Shuhendry 2004).
Menurut Malik dan Suprapta (2009), abrasi disebabkan oleh faktor alam dan
faktor manusia. Faktor alam yang menyebabkan abrasi adalah keadaan dinamika
laut yang bergantung musim, material pembentuk pantai, dan keberadaan
ekosistem. Faktor manusia yang menyebabkan abrasi adalah aktivitas
pembangunan di wilayah sepanjang pantai, penambangan pasir sehingga
mengurangi volume pasir pantai, dan pengambilan batu karang sehingga
pelindung alami pantai menjadi berkurang.
Abrasi mengakibatkan banyak permasalahan seperti banjir rob, semakin
sempitnya lahan pantai, pengikisan lahan pertanian, perkebunan, tambak, badan
jalan, dan hilangnya lahan pemukiman (Malik dan Suprapta 2009). Kondisi
lingkungan dan sumberdaya alam pesisir yang rentan tersebut berdampak pada
aspek sosial ekonomi penduduk. Hilangnya lahan pertanian, perkebunan dan
tambak berdampak pada hilangnya mata pencaharian dan berkurangnya
pendapatan. Sebagian besar masyarakat pesisir yang terkena abrasi memilih untuk
bertahan karena alasan ekonomi, yaitu tidak memiliki tempat dan biaya untuk
pindah. Alasan lainnya adalah mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar
adalah nelayan. Beberapa masyarakat pesisir melakukan tindakan pencegahan
seperti meninggikan dan menguruk rumah (Damaywanti 2013).
pencemaran atau pengambilan berlebih dan atau perusakan sumberdaya alam dan
lingkungan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langung terhadap
sifat fisiknya (Dhewanti et al. 2007). Penilaian kerusakan diperlukan sebagai
poses sistematis untuk menentukan dan menilai sejauh mana kerugian masyarakat
sebagai akibat dari kerusakan ekosistem (Wulandari 2013).
Penilaian kerusakan adalah proses pemberian penilaian sejauh mana tingkat
kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari bencana alam atau bencana yang
disebabkan oleh manusia. Konsep pendugaan damage assessment yaitu pemberian
nilai moneter terhadap injury atau kerusakan yang ditimbulkan pada sumberdaya
alam dan lingkungan. Besaran kerugian ekonomi menjadi indikator moneter bagi
damage assessment. Besaran tergantung dari bagaimana masyarakat merespon dan
menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan (Putri et al. 2007).
Penilaian kerusakan lingkungan dan valuasi ekonomi dapat membantu
kebijakan publik dalam beberapa aspek. Menurut Hufscmidt et al dalam Maryadi
(2011), penilaian suatu sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat
dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Orientasi Pasar
Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa, yaitu
perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity) dan metode
kehilangan penghasilan (loss of earning methods).
Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap
masukan berupa perlindungan lingkungan, seperti pengeluaran
pencegahan (averted defensif expenditure methods), biaya pengganti
(replacement cost methods), proyek bayangan (shadow project methods),
dan analisis keefektifan biaya.
Penggunaan metode pasar pengganti, seperti barang yang dapat
dipasarkan sebagai pengganti lingkungan, pendekatan nilai pemilikan,
pendekatan lain terhadap nilai tanah, biaya perjalanan (travel cost),
pendekatan perbedaan upah (wage differential methods), dan penerimaan
kompensasi.
9
pantai, alat pemecah ombak, penanaman mangrove, struktur hybrid, dan sabuk
pantai.
1. Dinding Pantai (Seawall)
Dinding pantai adalah bangunan yang memisahkan daratan dan perairan
yang berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap abrasi dan hempasan gelombang
(Triatmodjo 1999 dalam Alimuddin 2015). Dinding pantai dibangun pada
sepanjang garis pantai yang diprediksikan mengalami abrasi untuk melindungi
pantai. Menurut Alimuddin (2015), dinding pantai ada dua macam, yaitu dinding
pantai masif dan tidak masif. Dinding pantai masif dibuat dari kontruksi beton
atau pasangan batu, sedangkan dinding pantai tidak masif dibuat dari tumpukan
batu.
2. Alat Pemecah Ombak
Menurut Triatmodjo dalam Alimuddin (2015), alat pemecah ombak adalah
alat untuk memecah ombak yang disusun secara sejajar dan terpisah-pisah pada
jarak tertentu dari garis pantai. Alat pemecah gelombang berfungsi untuk
melindungi pantai dari hantaman gelombang yang datang dari arah lepas pantai.
Selain itu, alat pemecah gelombang juga berfungsi untuk menahan laju sedimen
ke arah laut.
3. Penanaman Mangrove
Penanaman mangrove merupakan bentuk penanganan abrasi pantai secara
ekologis yang efektif meskipun membutuhkan perawatan yang cukup lama (Malik
dan Suprapta 2009). Pencegahan abrasi dengan penanaman mangrove
memberikan perlindungan alami terhadap pantai dalam jangka panjang.
Penanaman mangrove seperti bakau (Rhizopora stylosa) dapat mempercepat
pertumbuhan pantai karena akar pohon akan menahan sedimen yang terbawa arus
sehingga terjadi pengendapan di sekitar pohon bakau (Alimuddin 2015). Pada
awal penanaman diperlukan banyak bibit tanaman mangrove dan dibutuhkan
perawatan yang serius.
4. Struktur Hybrid
Struktur hybrid merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kerusakan
pesisir seperti abrasi (Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman 2016).
Struktur hybrid dirancang permeabel dengan kayu atau bambu untuk
12
mengembalikan tanah yang terabrasi. Setelah proses abrasi terhenti dan pantai
mulai pulih, dilanjutkan dengan restorasi mangrove. Pada tahap ini, bibit
mangrove tidak hanyut terbawa arus dan dapat berfungsi sebagai pemecah
gelombang untuk melindungi pantai dalam jangka waktu yang panjang.
5. Sabuk Pantai
Sabuk pantai merupakan salah satu alternatif penanganan abrasi yang
termasuk ke dalam hard structure atau struktur keras. Sabuk pantai dibuat dari
beton atau karung geotekstil memanjang dengan sistem uruk. Sabuk pantai
berfungsi untuk menahan kekuatan gelombang dan menangkap sedimen sehingga
kedepannya bisa ditanami vegetasi pantai.
Perbedaan dengan
No Nama Tahun Judul Penelitian
Penelitian Terdahulu
4. Ricky 2004 Abrasi Pantai di Wilayah Peneliti melakukan
Shuhendry Pesisir Kota Bengkulu: penelitian di Desa
Analisis Faktor Tanjung Anom.
Penyebab dan Konsep Peneliti membahas
Penanggulangannya kerugian ekonomi yang
ditanggung masyarakat
akibat dampak dari
abrasi pantai.
Peneliti menggunakan
metode analisis
deskriptif, LVI, metode
penilaian kerusakan,
regresi berganda, dan
MPE.
5. Adrian 2015 Analisis Kerusakan Peneliti tidak
Irwansyah dan Strategi membahas tentang
Pencegahan Banjir kerugian akibat
Rob Akibat Perubahan pengaruh kenaikan
Iklim di Jakarta Utara muka air laut seperti
banjir rob dan instrusi
air laut.
Peneliti membahas
mengenai kerugian
ekonomi dan
dampaknya pada
masyarakat akibat
abrasi pantai.
17
Analisis
Deskriptif Preventive
Biaya Loss of Metode
Expenditure Perbandingan
Perbaikan Income
dan Biaya Eksponensial
Kehilangan
Livelihood
Estimasi
Vulnerability
Nilai
Index
Kerugian
Analisis
Regresi
Berganda
Keterangan :
Index sd = Index sub komponen
Sd = Nilai sub komponen
Smin = Nilai minimum
Smax = Nilai maksimum
Setelah menentukan nilai sub komponen, tahap selanjutnya adalah
menentukan nilai komponen utama yaitu dengan menggunakan rumus :
9
∑ 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑠𝑑
Md = 𝑖=1 ..........................................................................................(3)
9
Keterangan :
Md = Rasio standarisasi dari komponen utama (profil sosio demografi,
strategi mata pencaharian, jaringan sosial, kesehatan, makanan,
air, perumahan dan kepemilikan lahan, dan banjir)
Index sd = Index sub komponen
i = Sub komponen (1, 2, 3, ....., 9)
Langkah terakhir adalah menentukan nilai LVI setiap Desa dengan
menggunakan rumus :
26
∑ 𝑤𝑚𝑖 . 𝑀𝑑𝑖
𝑖=1
LVId = ......................................................................................(4)
9
∑ 𝑤𝑚𝑖
𝑖=1
Keterangan :
LVId = LVI untuk Desa Tanjung Anom
wmi = Komponen utama
Mdi = Nilai komponen utama
i = Sub komponen (1, 2, 3, ....., 9)
Menurut Hahn (2009), skala LVI dimulai dari skala 0 (paling tidak rentan)
sampai 0,5 (paling rentan). Kelas interval untuk skala LVI sebagai berikut:
Keterangan :
RBPb = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/Tahun/KK)
BPbi = Biaya perbaikan (Rp/Tahun)
i = Responden ke-i (1, 2)
Keterangan :
RBK = Rata-rata biaya kehilangan (Rp/Tahun/KK)
BKi = Biaya kehilangan (Rp/Tahun)
i = Responden ke-i (1, 2, 3, ....., 21)
28
Keterangan:
P = Hilangnya pendapatan responden (Rp/Tahun/KK)
JHTKi = Jumlah hari tidak melakukan aktivitas ekonomi (hari)
PRi = Pendapatan responden ke-i per hari (Rp/hari)
i = Responden ke-i (1, 2, 3, 4, 5)
Keterangan:
BP = Rata-rata biaya pencegahan (Rp/KK)
BPi = Biaya pencegahan (Rp)
i = Responden ke-i (1, 2, 3, ....., 11)
29
f. Uji Statistitik F
Uji statistik-F digunakan untuk melihat apakah semua variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependennya. Tahapan uji statistik-F adalah sebagai
berikut:
a. Perumusan hipotesis
H0 : β = 0 (Model tidak signifikan)
H1 : β ≠ 0 (Model signifikan)
b. Perhitungan nilai Fhitung
JKR/dbr
Fhitung = JKS/dbe ..........................................................................................(10)
Keterangan :
JKR = Jumlah kuadrat regresi
JKS = Jumlah kuadrat sisa
dbr = Derajat bebas regresi (k-1)
dbe = Derajat bebas sisa (n-k)
k = Jumlah parameter regresi (β1, β2, β3, β4, β5)
n = Jumlah pengamatan (1, 2, ..., n)
c. Penentuan penerimaan atau penolakan H0:
Jika Fhit < Ftabel maka terima H0 yang artinya secara bersama-sama variabel
Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Jika Fhit > Ftabel, maka tolak H0 yang
berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Y.
g. Uji Statistika t
Uji statistik-t digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel bebas
berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat pada taraf α = 5%. Tahapan uji
statistik-t adalah sebagai berikut:
a. Pengujian hipotesis
H0 : β = 0 (X tidak berpengaruh nyata terhadap Y)
H1 : β ≠ 0 (X berpengaruh nyata terhadap Y)
b. Perhitungan nilai thitung
β1− β0
thitung = .............................................................................................(11)
Sβ
33
Keterangan :
βi = Estimasi nilai koefisien regresi atau parameter βi ̂
Sβ = Standar residual dugaan parameter βi
c. Penentuan penerimaan atau penolakan H0:
Jika thit < tα/2, maka H0 diterima yang artinya variabel bebas (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap Y. Jika thit > tα/2, maka tolak H0 yang artinya
variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap Y.
Keterangan:
TNi = Total nilai alternatif ke-i
RK ij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKK j = Derajat kepentingan dari kriteria keputusan ke-j; TKK > 0; bulat
i = Alternatif keputusan (1, 2, 3, 4, 5)
j = Kriteria (1=manfaat, 2=biaya, 3=jangka waktu, 4=efektivitas
teknis)
4.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini memiliki batasan sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk,
Kabupaten Tangerang, Banten karena merupakan salah satu wilayah yang
terkena abrasi parah di Kabupaten Tangerang. Responden adalah
masyarakat Desa Tanjung Anom yang mengalami abrasi dan dampak abrasi.
2. Persepsi masyarakat mengenai abrasi dan dampak abrasi menggunakan
metode analisis deskriptif.
3. Identifikasi indeks kerentanan adalah dengan mengkaji kerentanan untuk
menilai sejauh mana masyarakat rentan terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Komponen yang diteliti adalah profil sosio-demografi, strategi
mata pencaharian, jaringan sosial, kesehatan, makanan, air, perumahan dan
kepemilikan lahan, dan bencana alam.
4. Nilai kerugian adalah nilai rugi yang ditanggung karena adanya dampak
abrasi di Pesisir Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
5. Nilai kerugian dalam penelitian ini mencakup biaya perbaikan, biaya
kehilangan, loss of income, dan biaya pencegahan (preventive expenditure).
35
petani sawah. Daftar mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Anom dapat
dilihat pada Tabel 7.
Daerah yang menjadi fokus penelitian adalah wilayah RT 01, RT 05, dan
RT 07. Ketiga RT merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan laut dan
mengalami dampak langsung dari abrasi. Pada RT 01, status kepemilikan lahan
adalah milik penduduk Desa Tanjung Anom sedangkan pada RT 05 dan RT 07,
status kepemilikan lahan adalah milik yayasan Klenteng Tjoe Soe Kong. Wilayah
yang berbatasan dengan laut membuat mayoritas penduduk RT 01, RT 05, dan RT
07 bermata pencaharian sebagai nelayan. Fasilitas umum yang terdapat di RT 01,
RT 05, dan RT 07 hanya terdapat mesjid, klenteng, dan beberapa warung-warung
kecil di sekitar pemukiman penduduk.
pengambil keputusan dan lebih berperan dalam suatu rumah tangga sehingga
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut membantu peneliti dalam
memperoleh informasi kerugian yang dialami oleh responden akibat terkena abrasi
maupun dampak dari abrasi. Perbandingan persentase jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 8.
5.2.2 Usia
Tingkat usia menjadi faktor yang berpengaruh terhadap persepsi dan
pemahaman responden dalam melakukan pengambilan suatu keputusan atau
tindakan. Karakteristik usia responden dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
rentang usia 0-15 tahun, rentang usia 16-65 tahun, dan rentang usia lebih dari 65
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden berada pada
kelompok usia 16 sampai 65 tahun, yaitu sebesar 83,33%. Nilai ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Distribusi tingkat
usia responden dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
pendatang mendiami wilayah Desa Tanjung Anom karena ingin mencari alternatif
pekerjaan sebagai nelayan maupun karena ikut suami/istri yang berstatus
penduduk asli.
Berdasarkan data pada Tabel 15, persentase responden yang memiliki jenis
rumah permanen adalah sebesar 12,50%, sedangkan persentase rumah yang
memiliki jenis rumah semi permanen adalah sebesar 87,50%. Rumah semi
permanen yang terdapat dilokasi penelitian merupakan jenis rumah dengan lantai
dari semen, setengah bagian dari tembok, dan sisanya dari kayu atau bambu.
Berdasarkan data pada Tabel 16, jarak rumah ke laut pada rentang 1-10 m
dan rentang lebih dari 50 m memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 37,50%.
Pada penelitian ini, beberapa responden yang mengalami abrasi telah berpindah
rumah ke tempat yang berjarak lebih jauh dari bibir pantai.
tinggal juga berpengaruh pada sejauh mana responden melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Perbandingan distribusi lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 19 Karakteristik banjir rob periode bulan Januari sampai Juli 2017
Jumlah Responden
No. Karakteristik Banjir Rob
Frekuensi Persentase (%)
1. Lama banjir rob (jam/hari)
a. 1 < x ≤ 4 7 43,75
b. 4 < x ≤ 8 5 31,25
c. ≥ 8 4 25,00
2. Frekuensi banjir rob (hari/bulan)
a. 1 < x ≤ 3 15 93,75
b. > 3 1 6,25
3. Tinggi banjir rob (cm)
a. 5 < x ≤ 30 12 75,00
b. 30 < x ≤ 55 2 12,50
c. ≥ 55 2 12,50
Sumber: Hasil Analisis Data (2017)
Persepsi masyarakat mengenai karakteristik banjir rob periode bulan Januari
sampai Juli tahun 2017 adalah sebanyak 15 responden (43,75%) menyatakan
bahwa lama genangan banjir rob mencapai 1-4 jam/hari. Sebanyak 15 responden
(93,75%) menyatakan bahwa rekuensi banjir rob yang dialami mencapai 1-3 hari
47
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 22, total biaya kehilangan yang dialami
masyarakat adalah sebesar Rp 205.809.371,00 kurun waktu tahun 2000 hingga
Juli 2017. Rata-rata biaya kehilangan lahan, bangunan rumah, dan peralatan
rumahtangga sebesar Rp 11.433.854,00/tahun. Rata-rata biaya kehilangan dibagi
dengan 21 responden yang mengalami kehilangan lahan, bangunan rumah, dan
peralatan rumahtangga sehingga diperoleh rata-rata biaya kehilangan per KK
sebesar Rp 544.469,00/tahun/KK. Hasil perhitungan biaya kehilangan disajikan
dalam Lampiran 10.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 24, total kerugian ekonomi yang
dialami masyarakat yang terkena dampak abrasi sebesar Rp 729.325,00/tahun/KK.
Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat diperoleh dari penjumlahan
penjumlahan biaya perbaikan, biaya kehilangan, dan kehilangan pendapatan
karena memilih tidak pergi bekerja.
tumpukan batu, menyimpan karung pasir di sekitar rumah, menyebar kulit kerang
di sekitar rumah, meninggikan rumah, dan memasang pasak bambu di sekitar
rumah yang langsung menghadap ke laut.
Nilai biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh masyarakat berbeda pada
setiap tahunnya, maka dilakukan perhitungan untuk mencari nilai riil dari biaya
pencegahan pada setiap tahun. Biaya pencegahan yang dihitung adalah biaya yang
dikeluarkan responden untuk melakukan tindakan pencegahan.
Berdasarkan data pada Tabel 25, jumlah biaya pencegahan yang dikeluarkan
responden kurun waktu tahun 2000 sampai Juli 2017 sebesar Rp 15.392.254,00.
Rata-rata biaya pencegahan adalah sebesar Rp 855.125,00/tahun. Rata-rata biaya
pencegahan dibagi 11 responden yang mengeluarkan biaya pencegahan sehingga
diperoleh rata-rata biaya pencegahan sebesar Rp 77.739,00/tahun/KK. Hasil
perhitungan biaya pencegahan responden terdapat pada Lampiran 12.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan software
SPSS 17. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Berdasarkan hasil uji nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,091 atau lebih
besar dari taraf nyata 1% dan 5% (Lampiran 13) maka terdistribusi normal. Hal ini
menunjukkan bahwa data dalam model regresi memenuhi uji normalitas atau data
terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF)
pada masing-masing variabel independen. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah
data memiliki hubungan linier sempurna antara peubah bebas dalam model atau
tidak. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas nilai VIF berada di antara 1-10
(Lampiran 14). Hal ini menunjukkan bahwa data dalam model regresi memenuhi
uji multikolinearitas atau tidak ada multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin-Watson (DW).
Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,652. Nilai ini di
antara 1,55 sampai 2,46 (Lampiran 15) sehingga menunjukkan model regresi
memenuhi uji autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat scatter plot. Berdasarkan
hasil grafik scatter plot bahwa titik-titik menyebar bebas secara acak dari garis 0
(Lampiran 16). Hal ini menunjukkan bahwa data model regresi memenuhi uji
heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini terdapat tujuh variabel bebas yang diduga
memengaruhi variabel terikat, yaitu pendapatan, tingkat pendidikan, total kerugian
ekonomi, jarak tempat tinggal ke laut, status lahan, frekuensi banjir rob, dan lama
tinggal responden. Hasil uji keandalan nilai adj R-Square adalah sebesar 91,60%
yang artinya 91,60% keragaman biaya pencegahan responden dapat dijelaskan
peubah bebas dalam model, sedangkan sisanya 8,40% dapat dijelaskan variabel
lain di luar model. Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel
26.
55
Model regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
BYPCGHNi = -963142,665 + 0,223PNDPTN + 41093,343 PNDDKN -
1578,932JRK + 332648,995 FREKBJR+ 15594,108 LMTGL +
594234,623 STSLHN - 389294,615 STSKPDKN
Keterangan:
BYPCGHNi = Biaya pencegahan (Rp)
PNDPTN = Pendapatan responden (Rp/bulan)
PNDDKN = Pendidikan responden (0=tidak sekolah, 6=SD, 9=SMP,
12=SMA)
JRK = Jarak tempat tinggal ke laut (m)
FREKBJR = Frekuensi banjir rob (per tahun)
LMTGL = Lama tinggal (tahun)
STSLHN = Dummy status lahan (0=bukan milik pribadi, 1=milik pribadi)
STSKPDKN = Dummy status kependudukan (0=asli, 1=pendatang)
Hasil uji F (Lampiran 17) menunjukkan bahwa sig 0,000 < 0,001 yang
berarti variabel bebas yang digunakan dalam model berpengaruh signifikan
56
terhadap pengeluaran masyarakat untuk pencegahan abrasi pada taraf nyata 1%,
5%, dan 10%.
Hasil uji t digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang secara
signifikan berpengaruh pada pengeluaran masyarakat untuk pencegahan abrasi.
Variabel bebas yang berpengaruh nyata pada taraf α = 0.01 (1%) yakni
pendapatan (PNDPTN), jarak tempat tinggal ke laut (JRK), dan frekuensi banjir
(FREKBJR), dan lama tinggal (LMTGL). Variabel bebas yang berpengaruh nyata
pada taraf α = 0.05 (5%) yakni status kepemilikan lahan (STSLHN) dan status
kependudukan (STSKPDKN). Hasil dari uji t (Lampiran 18) yakni:
1. Pendapatan (PNDPTN)
Variabel pendapatan memiliki P-value sebesar 0,000 sehingga variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap model pada taraf nyata 1%. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif (+)
terhadap biaya pencegahan dengan nilai koefisien sebesar 0,223. Tanda positif (+)
menunjukkan bahwa semakin tingginya pendapatan responden sebanyak 1 satuan
maka biaya pencegahan yang dikeluarkan akan naik sebesar Rp 0,223/tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan responden maka responden
akan lebih mudah mengeluarkan biaya untuk pencegahan terhadap dampak abrasi.
2. Pendidikan (PNDDKN)
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel pendidikan bertanda
positif (+) terhadap biaya pencegahan abrasi. Variabel pendidikan tidak
berpengaruh signifikan terhadap biaya pencegahan abrasi pada taraf nyata α = 5%
dikarenakan memiliki nilai P-value sebesar 0,061. Variabel pendidikan tidak
berpengaruh secara signifikan diduga karena responden yang mengalami dampak
dari abrasi melakukan tindakan pencegahan sesuai kemampuannya secara
finansial dan tidak berpengaruh dari tingkat pendidikan responden.
3. Jarak tempat tinggal ke laut (JRK)
Variabel jarak memiliki P-value sebesar 0,000 sehingga variabel tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap model pada taraf nyata 1%. Variabel jarak
berpengaruh negatif (-) terhadap biaya pencegahan dengan nilai koefisien sebesar
-1.578,932. Tanda negatif (-) menunjukkan bahwa semakin dekatnya jarak tempat
tinggal responden ke laut sebanyak 1 meter maka biaya pencegahan yang
57
responden yang berstatus lahan milik pribadi akan merawat dan mempertahankan
lahannya agar tidak mengalami abrasi. Lahan yang berstatus kepemilikan pribadi
akan meningkatkan permintaan terhadap lahan yang menyebabkan lahan tersebut
memiliki nilai yang tinggi.
7. Dummy status kependudukan (STSKPDKN)
Variabel dummy status kependudukan memiliki P-value sebesar 0,043
sehingga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap model pada
taraf nyata 5%. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel jarak
berpengaruh negatif (-) terhadap biaya pencegahan dengan nilai koefisien sebesar
389.294,615. Tanda negatif (-) menunjukkan apabila responden merupakan
penduduk asli Desa Tanjung Anom maka responden akan mengeluarkan biaya
pencegahan lebih besar daripada responden yang bukan penduduk asli Desa
Tanjung Anom sebesar Rp 389.294,615/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang merupakan penduduk asli Desa Tanjung Anom akan
mempertahankan wilayahnya dibandingkan responden yang pendatang.
dengan pakar terkait. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan MPE menurut
Marimin (2004) yaitu:
1. Menyusun alternatif keputusan yang akan dipilih
Alternatif kebijakan yang disusun berdasarkan studi literatur tentang
penanganan abrasi dan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak abrasi yaitu pembuatan dinding
pantai, alat pemecah ombak, penanaman mangrove, pembuatan struktur hybrid,
dan pembuatan sabuk pantai.
2. Menentukan kriteria keputusan
Menurut Rosemarry (2014), semakin baik kriteria yang dapat ditentukan
maka keputusan yang dihasilkan akan lebih baik sehingga alternatif kebijakan
yang dihasilkan akan tepat sasaran. Pada analisis MPE ini, sebanyak empat
kriteria keputusan akan menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam mengurangi
dampak abrasi di Desa Tanjung Anom. Masing-masing kriteria keputusan yaitu:
a) Manfaat, kriteria ini sangat penting untuk mengetahui seberapa besar manfaat
yang diterima dan apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
b) Biaya, biaya merupakan salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan dalam
memutuskan suatu kebijakan karena segala tindakan yang dilakukan
memerlukan biaya.
c) Efektivitas teknis, kriteria keputusan ini penting untuk menilai apakah alternatif
efektif dalam mengurangi dampak abrasi di Desa Tanjung Anom atau tidak.
d) Jangka waktu, kriteria keputusan ini penting untuk menilai seberapa lama daya
tahan alternatif kebijakan yang disusun.
3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan
Tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan ditentukan melalui
pembobotan. Penentuan besarnya bobot dilakukan sesuai dengan persepsi pakar
melalui wawancara. Angka pembobotan ditentukan berdasarkan skala ordinal
dengan skala 1 sampai 3 (Ruswandi et al. 2008 dalam Rosemarry 2014). Bobot 1
berarti kriteria tersebut tidak penting, bobot 2 berarti penting, dan bobot 3 berarti
sangat penting. Perhitungan pembobotan kriteria keputusan terdapat pada
Lampiran 19.
60
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Persepsi responden mengenai penyebab abrasi adalah karena faktor alam dan
faktor manusia. Faktor alam yaitu ombak yang sangat kencang dan faktor
manusia yaitu pengerukan pasir. Dampak dari abrasi yang dirasakan responden
adalah kehilangan lahan, kehilangan bangunan, kerusakan peralatan rumah
tangga, dan kehilangan pendapatan karena tidak melakukan aktivitas ekonomi.
2. Nilai LVI Desa Tanjung Anom adalah 0,47 yang menunjukkan bahwa Desa
Tanjung Anom merupakan daerah yang sangat rentan terhadap abrasi.
Perhitungan LVI dalam penelitian ini menggunakan komponen utama yaitu
profil sosio demografi, strategi mata pencaharian, jaringan sosial, kesehatan,
makanan, air, perumahan dan kepemilikan lahan, dan banjir. Rasio standarisasi
tertinggi adalah komponen perumahan dan kepemilikan lahan dengan nilai
sebesar 0,75.
3. Total kerugian ekonomi masyarakat dihitung berdasarkan kerugian yang
dialami, yaitu sebesar Rp 729.325,00 per tahun per KK. Total biaya
pencegahan yang dilakukan responden adalah sebesar Rp 77.739,00 per tahun
per KK. Biaya pencegahan yang dikeluarkan adalah untuk membuat dam dari
tumpukan batu, menyimpan pasir dalam karung, menyebar kulit kerang di
sekitar rumah, meninggikan rumah, dan memasang pasak bambu di sekitar
rumah yang langsung menghadap ke laut.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan pada responden untuk
mengeluarkan biaya pencegahan abrasi adalah variabel pendapatan, jarak
rumah ke laut, frekuensi banjir setiap tahun, lama tinggal, dummy status lahan,
dan dummy status kependudukan. Variabel pendapatan, jarak rumah ke laut,
frekuensi banjir, dan lama tinggal signifikan pada α < 1%, sedangkan variabel
dummy status lahan dan dummy status kependudukan signifikan pada α < 5%.
5. Analisis dari Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) menghasilkan
prioritas alternatif kebijakan untuk menangani abrasi dan dampak abrasi.
64
7.2 Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti kepada pihak terkait sebagai
rekomendasi yaitu:
1. Perlunya pengawasan dan tindakan hukum yang tegas terhadap penambang
pasir illegal yang masih terdapat di sekitar pantai Desa Tanjung Anom.
2. Berdasarkan hasil indeks kerentanan dan nilai kerugian ekonomi yang dialami
oleh masyarakat Desa Tanjung Anom, pemerintah diharapkan dapat
memfasilitator penanganan abrasi dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam
tindakan penanganan abrasi.
3. Penanganan risiko abrasi dapat ditangani dengan beberapa alternatif kebijakan,
seperti menanam mangrove jenis Rhizophora stylosa dan Avicennia germinans
namun harus diiringi dengan perawatan yang serius agar dapat menahan
kekuatan ombak dalam jangka waktu yang lama.
65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
68
69
Sumber: google.co.id
Lokasi Desa Tanjung Anom
70
Lampiran 2 Lanjutan 1
Lampiran 2 Lanjutan 2
Nama : No :
Alamat :
Nomor Telepon :
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir yang berjudul
“Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Abrasi di Desa Tanjung Anom,
Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” yang dilakukan
oleh Alfi Fadlilanissa mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner ini
dengan lengkap dan teliti sehingga dapat memberikan data yang objektif.
Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak
untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i,
Saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin : L/P
2. Usia : ............................. Tahun
3. Status Pernikahan : Belum Menikah / Sudah Menikah
4. Jumlah Tanggungan : ............................. orang
5. Ada/tidak ada anggota keluarga yang berusia lanjut?
a. Ada, sebutkan
b. Tidak ada
6. Ada/tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit kronis?
a. Ada, sebutkan
b. Tidak ada
7. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah e. D1/Sederajat
b. SD/Sederajat f. D2/Sederajat
c. SLTP/Sederajat g. D3/Sederajat
d. SLTA/Sederajat h. S1/Sederajat
8. Pekerjaan : a. PNS d. Petani
b. Pedagang e. Buruh
c. Nelayan f. Lainnya..............
9. Total Pendapatan per : Rp........................................................
bulan
10. Status Kependudukan : a. Penduduk Asli b. Pendatang
11. Lama Tinggal : .............................. Tahun
12. Status Tempat Tinggal : a. Milik Sendiri
b. Sewa/Kontrak
c. Lainnya..............
13. Luas Tanah : .............................. m2
74
- TERIMA KASIH –
76
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir yang berjudul
“Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Abrasi di Desa Tanjung Anom,
Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” yang dilakukan
oleh Alfi Fadlilanissa mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner ini
dengan lengkap dan teliti sehingga dapat memberikan data yang objektif.
Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak
untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i,
Saya ucapkan terima kasih.
Nama :
Instansi :
Jabatan :
Kriteria
No. Program Bobot
Manfaat Biaya Jangka Waktu
Pembuatan
1. dinding
pantai
Bangunan
2. pemecah
ombak
3. Groin
Alat peredam
4.
ombak
Penanaman
5.
mangrove
- TERIMA KASIH -
Lampiran 5 Data responden
77
78
,
Rasio Standarisasi = = = 0,36
Jumlah sub komponen 2
80
Lampiran 7 Lanjutan 1
,
Rasio Standarisasi = = = 0,5
Jumlah sub komponen 1
81
Lampiran 7 Lanjutan 2
,
Rasio Standarisasi = = = 0,29
Jumlah sub komponen 1
82
Lampiran 7 Lanjutan 3
,
Rasio Standarisasi = = = 0,38
Jumlah sub komponen 1
83
Lampiran 7 Lanjutan 4
,
Rasio Standarisasi = = = 0,50
Jumlah sub komponen 1
84
Lampiran 7 Lanjutan 5
,
Rasio Standarisasi = = = 0,42
Jumlah sub komponen 1
85
Lampiran 7 Lanjutan 6
,
Rasio Standarisasi = = = 0,75
Jumlah sub komponen 1
86
Lampiran 7 Lanjutan 7
,
Rasio Standarisasi = = = 0,71
Jumlah sub komponen 1
87
Nilai nominal
Tahun Nilai riil biaya
Upaya biaya
Responden melakukan pencegahan
pencegahan pencegahan
pencegahan (Rp)
(Rp)
1 - - 0 0
Memasang pasak
2017 2.000.000 2.000.000
bambu
2
Menyimpan
2016 50.000 52.375
karung Pasir
Menyimpan 2016 dan
3 90.000 92.850
karung Pasir 2017
4 Membuat tembok 2016 1.000.000 1.047.500
Menyimpan
5 2000 15.000 33.015
karung Pasir
6 - - 0 0
7 - - 0 0
8 - - 0 0
9 - - 0 0
Memasang pasak
10 2016 1.000.000 1.047.500
bambu dan kijing
Memasang pasak
11 2016 2.000.000 2.095.000
bambu dan kijing
12 - - 0 0
13 Membuat DAM 2000 200.000 440.198
Memasang pasak
14 2010 1.000.000 1.383.816
bambu dan pasir
15 - - 0 0
16 - - 0 0
17 - - 0 0
18 - - 0 0
19 - - 0 0
20 - - 0 0
21 Membuat DAM 2017 5.000.000 5.000.000
22 - - 0 0
Memasang pasak
23 2017 500.000 500.000
bambu
Meninggikan
24 2017 1.700.000 1.700.000
rumah
Total biaya pencegahan (2000-2017) (Rp) 15.392.254
Rata-rata biaya pencegahan (Rp/Tahun) 855.125
Responden (KK) 11
Total biaya pencegahan (Rp/Tahun/KK) 77.739
92
Unstandardized Residual
N 24
Negative -.188
Kolmogorov-Smirnov Z 1.242
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,091 > taraf nyata 0,5, artinya data residual
menyebar normal pada taraf nyata 5%.
Nilai Varian Inflation Factor (VIF) tiap variabel bebas di antara 1-10 sehingga
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
93
Berdasarkan grafik scatter plot (Y=ZRESID dan X=ZPRED) terlihat bahwa titik-
titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak adanya pelanggaran heteroskedastisitas
pada model regresi.
94
Lampiran 17 Uji F
Hipotesis:
H0 = Model tidak signifikan
H1 = Model signifikan
Keputusan:
Tolak H0 jika Fhit > Ftabel atau Sig. < α 1%
Hasil:
Nilai p (0.000) < 1% berati tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
signifikan.
Lampiran 18 Uji t
Hipotesis:
H0 : β = 0 (X tidak berpengaruh terhadap Y)
H1 : β ≠ 0 (X berpengaruh terhadap Y)
95
a. Nilai sig (0,000) < α = 1% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pendapatan berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan pada taraf nyata 1%.
b. Nilai sig (0,061) > α = 5% artinya terima H0, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan.
c. Nilai sig (0,000) < α = 1% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
jarak tempat tinggal ke laut berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan pada
taraf nyata 1%.
d. Nilai sig (0,043) < α = 5% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dummy status kependudukan berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan
pada taraf nyata 5%.
e. Nilai sig (0,011) < α = 5% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dummy status lahan berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan pada taraf
nyata 5%.
f. Nilai sig (0,005) < α = 1% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
frekuensi banjir rob berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan pada taraf
nyata 1%.
g. Nilai sig (0,002) < α = 1% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lama tinggal berpengaruh nyata terhadap biaya pencegahan pada taraf nyata
1%.
96
Stakeholders
Kriteria Jumlah Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Manfaat 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0,252
Biaya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29 0,244
Jangka waktu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0,252
Efektivitas teknis 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0,252
Total nilai 119 1,000
Sumber: Hasil Analisis Data (2017)
Kriteria
No Alternatif Jangka Efektivitas Skor MPE Ranking
Manfaat Biaya
waktu teknis
1 Pembuatan
3,800 1,800 4,200 3,900 5,400 2
dinding pantai
2 Pembuatan alat
pemecah 4,200 1,500 4,000 4,100 5,380 3
ombak
3 Penanaman
mangrove di 4,400 4,000 3,500 3,800 5,630 1
sekitar pantai
4 Pembuatan
3,300 3,300 2,400 2,900 5,240 5
struktur hybrid
5 Pembuatan
3,500 2,600 3,300 3,200 5,330 4
sabuk pantai
Bobot kriteria 0,252 0,252 0,252 0,252
Sumber: Hasil Analisis Data (2017)
97
RIWAYAT HIDUP