Anda di halaman 1dari 1

Kehadiran Sains Modern di Eropa.

Masih ingat dengan Copernicus (1473-1543 M) yang menentang teori Ptolemy tentang
geosintris (bumi adalah pusat tata surya)? Atau tentang Galileo Galilei (1564-1642 M) yang
menentang teori Aristoteles (384 SM-322 SM) yang menganggap bahwa "benda yang lebih berat
akan sampai ke permukaan lebih dulu dibanding dengan benda yang lebih ringan jika dijatuhkan
pada ketinggian yang sama?. Kemudian teori ini dikritik Galileo; bahwa sebenarnya berat tidak
berpengaruh terhadap kecepatan jatuh suatu benda. Lalu kemudian oleh Newton (1642-1727 M)
merumuskan gaya gravitasi, penyebab benda-benda jatuh akibat tarikan gaya gravitasi. Belakangan
Einstein (1879-1955 M) hadir merumuskan teori relativitas umum.

Kejadian-kejadian di atas adalah bagian jalan terjal yang ditempuh oleh kehadiran sains
modern. Kondisi politik waktu itu begitu mencekam. Beberapa ilmuwan bahkan dihukum karena
menentang doktrin kekuasaan waktu itu.

Sains modern ditandai dengan metode ilmiah, dengan penyelidikan fakta secara empiris
(tidak mengandalkan logika deduksi semata). Tak seperti teori Aristoteles dan Ptolemy sebelumnya,
yang lebih mengandalkan logika tanpa lebih aktiv secara terus menerus melakukan penyelidikan
secara empiris. Baik teori Ptolemy maupun Aristoteles yang disebutkan, masing-masing teori
tersebut bertahan pada masanya dan dipercayai oleh masyarakat pengikutnya.

Lalu bagaimana dengan sains modern, apa yang membuatnya berbeda dengan jenis
pengetahuan sebelumnya?. Jawaban sederhana yang umum diberikan adalah: terletak pada
metodenya. Sains modern tidak terkungkung pada logika deduksi semata, melainkan aktiv
melakukan penyelidikan ilmiah dengan turut mengandalkan logika induksi juga dan didukung alat-
alat penyelidikan terhadap objek. Kemudian keseluruhan model pencarian fakta ini, dirangkum
dalam sebuah metode ilmiah (scientific method). Penyelidikan empiris ini pulalah yang menjadi ciri
khas dari sains modern ini. Lewat metode ilmiah inilah, para pemikir sains membuat batasan antara
sains dan non-sains.

Bagi pendukung sains, sains layak dipercaya karena beberapa alasan. Dalam buku yang
ditulis Taufiqurrahman dengan judul: Mengapa Sains Layak Dipercaya. Ia mengutip pandangan Lee
McIntyre (penulis dan peneliti di Centre for Philosophy and History of Science di Universitas Boston).
Lee McIntyre berpandangan bahwa yang membuat sains layak dipercaya, sebenarnya bukan pada
metodenya, melainkan “sikap ilmiah”. Sikap ilmiah ini adalah sikap berkomitmen pada dua prinsip
dasar, yaitu 1) peduli pada bukti empiris 2) mau mengubah teori jika ada bukti empiris baru yang
membuktikan kesalahan teori sebelumnya. Sikap ilmiah inilah yang membuat sains menjadi dinamis.

Dalam pandangan pemikir lain, sains modern ini kerap dikritik karena wataknya yang begitu
instrumentalistik serta objek kajiannya bersandar pada materil semata. Menurut saya, sains modern
ini dapat diambil pembelajarannya pada konteks tertentu, namun di sisi lain, dapat menjadi
ancaman. Ancamannya dimana? Ketika sains modern tidak memilik misi kemanusiaan dalam
pengembangannya. Sains modern dapat menciptakan alat yang bermanfaat bagi umat manusia.
Namun jika misi kemanusian tidak ada, maka sesungguhnya sains modern ini adalah petaka bagi
umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai