Berkembangnya Positivisme
Ilmu pengetahuan berkembang secara pesat untuk menjawab kebutuhan manusia di
dalam hidupnya. Dalam konteks sosial inggris pada abad ke-18 , aliran positivisme lahir
sebagai evolusi lebih lanjut dari pendekatan empirisme inggris. Henry Saint Simon (1760-
1825) serta muridnya August Comte (1798-1857) adalah tokoh pencetus lahirnya semangat
positivisme. Slogan khas yang muncul dari semangat positivisme sendiri adalah Savoir pour
pre voir, prevoie pour pouvoir” (dari ilmu muncul prediksi , dari prediksi muncul aksi).
Positivisme adalah satu dari paradigma yang ada. Positivisme berasumsi ontologis
semesta mekanis newtonian, asumsi metodologis pengamatan berjarak, dan struktur nilai
berupa pengagungan objektivisime. Paradigma postivisme memperoleh legistimasinya secara
intersubjektif. (Adian, 2002)
Pandangan dunia positivisme adalah pandangan dunia objektivistik bahwa objek-
objek fisik hadir independen dari subjek dan hadir secara langsung melalui data-data
inderawi. Positivisme mengembangkan klaim empiris tentang pengetahuan secara ekstrim
dengan menyatakan bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu yang didasarkan pada
“fakta-fakta keras” yaitu fakta yang terukur dan teramati.
Ilmu-ilmu yang didasarkan pada “fakta-fakta keras” seperti ini disebut dengan ilmu
yang positif. Metodologi yang dikembangkanpun merupakan eksperimental-laboraturium
(situasi yang terkendali/terkontrol). Konsekuensinya “ilmu pengetahuan menggambarkan
semesta apa adanya” (atau yang bisa disebut dengan realisme epistemologi) dan kepercayaan
bahwa “ada satu metode yang dapat menjamin pencapaian kebenaran ilmiah yang objektif”
(atau yang bisa disebut dengan fondasionalisme epistemologi) (Suprapto, 2001)
Contoh konkrit yang terkenal dari pandangan positivisme adalah peneliti mencari
angsa berwarna putih untuk bisa membuktikan premis dari semua angsa berwarna putih.
(entah angsa berwarna putih bercorak hitam, dan sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
Adian, D.G. (2002). Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai
Thomas Kuhn. Jakarta: Teraju.
Haryono, Tri Joko Sri. (2012). Buku Ajar Pengantar Antropologi. Surabaya : Revka Petra
Media
Lipton, Peter. (2005). Does the Truth Matter in Science?. Sage Publications. 4(2), 173–183
Notturno, M.A. (2015). Falsifiability Revisited: Popper, Daubert, and Kuhn. The Journal of
Philosophy, Science & Law: Daubert Special Issue, 15, 5-25
Suprapto, B. (2001). Aturan Permainan Dalam Ilmu-Ilmu Alam. dalam J. Suriasumantri (Ed).
Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.