Anda di halaman 1dari 17

FALSIFIABILITAS

&
REPEATABILITAS KONKLUSI SAINS
MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

OLEH : KAIRAN NISA

PRODI S2 KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS

FALSIFIABILITAS
pengantar

Dalam kaitannya dengan problem filsafat ilmu,


pemikiran Popper, oleh beberapa penulis sering
dikelompokkan dalam tiga tema, yaitu persoalan
induksi, persoalan demarkasi, dan persoalan dunia
ketiga.

falsifikasi atau juga disebut falsifiabilitas adalah


batas pemisah (demarkasi) yang tepat, antara ilmu
dengan yang bukan ilmu.

para pendukung teori falsifikasi menyatakan bahwa setiap


penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang
mendahuluinya.
Karena itu, semua keyakinan bahwa kebenaran teori-teori
ilmiah dicapai melalui kepastian hasil observasi, sungguhsungguh ditolak.
Teori merupakan hasil rekayasa intelek manusia yang kreatif
dan bebas untuk mengatasi problem-problem yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Teori-teori itu kemudian diuji dengan eksperimeneksperimen atau observasi-observasi. Terori yang tidak
dapat bertahan terhadap suatu eksperimen harus
dinyatakan gagal dan digantikan oleh teori spekulatif lain.
Itu berarti, ilmu pengetahuan berkembang melalui kesalahan
dan kekeliruan, melalui hipotesis dan refutasi.

Menurut teori falsifikasi, ada teori yang dapat


dibuktikan salah berdasarkan hasil observasi dan
eksperimen.
Ilmu pengetahuan tidak lain dari rangkaian hipotesishipotesis yang dikemukakan secara tentatif untuk
menjelaskan tingkah laku manusia atau kenyataan dalam
alam semesta.
Tetapi tidak setiap hipotesis dapat begitu saja
diklasifikasikan di bawah ilmu pengetahuan.
Hipotesis yang layak disebut sebagai teori atau hokum
ilmiah harus memenuhi syarat fundamental berikut:
hipotesis itu harus terbuka terhadap kemungkinan
falsifikasi.

Contoh:
1.Tidak pernah turun hujan pada hari-hari Rabu
2.Semua substansi akan memuai jika dipanaskan
Pernyataan (1) dapat difalsifikasikan karena dengan
suatu observasi kita dapat menunjukkan bahwa pada
hari Rabu terntentu ada hujan.
Pernyataan (2) pun dapat difalsifikasi karena
melalui observasi kita dapat memperlihatkan bahwa
ada substansi tertentu tidak memuai jika dipanaskan.

Karl Popper adalah Seorang Pemikir yang


menguasai banyak bidang; sejarah, sastra,
psikologi, politik dan filsafat.
The Logic of Scientific Discovery menjadikannya
terkenal sebagai seorang filusuf. Ia banyak
berhubungan
dengan
anggota-anggota
lingkaran wina dan melontarkan banyak kritikan
soal metode induktif yang berdasarkan fakta. Ia
mempertanyakan, berapa pun jumlah fakta
yang dikumpulkan tidak dapat menjamin
sebagai sebuah kebenaran umum.

Falsifikasi merupakan metode yang digunakan oleh


Popper untuk menolak gagasan dari lingkaran Wina
tentang metode verifikasi induktif.

Alasan penolakan Popper ini, karena dalam rangkah


membedakan ilmu yang bermakna dan tidak
bermakna masih menjunjung tinggi induksi.

Beberapa kritik yang dikemukakan Popper terhadap


prinsip verifikasi: Pertama, prinsip verifikasi tidak
pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran hukumhukum umum. Menurut Popper, hukum-hukum umum
dan ilmu pengetahuan tidak pernah dapat diverifikasi.

seluruh ilmu pengetahuan alam (yang sebagian


besar terdiri dari hukum-hukum umum tidak
bermakna, sama seperti metafisika); kedua,
sejarah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan
juga lahir dari pandangan-pandangan metafisis.
Karena itu Popper menegaskan bahwa suatu
ucapan metafisis bukan saja dapat bermakna
tetapi dapat benar juga, walaupun baru menjadi
ilmiah setelah diuji; ketiga, untuk menyelidiki
bermakna atau tidaknya suatu ucapan atau teori,
lebih dulu harus kita mengerti ucapan atau teori
itu.

Pandangan Popper tentang 3 Dunia


Popper membedakan tiga dunia:
a. Dunia 1 (world I), yaitu kenyataan fisis dunia.
b. Dunia 2 (world II), yaitu segala kejadian dan
kenyataan psikis dalam diri manusia
c. Dunia 3 (World III), yaitu segala hipotesa,
hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil
kerja sama antara dunia 1 dan dunia 2 serta
seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik,
agama, dan lain sebagainya.

Kritik Popper terhadap Positivisme


Logis

Pertama-tama ia menentang pembedaan antara ungkapan yang


disebut bermakna (meaningfull) dari yang tidak bermakna
berdasarkan kriterium dapat tidaknya dibenarkan secara empiris.

Pembedaan ini digantinya dengan garis batas (demarkasi)


antara ungkapan ilmiah dan tidak ilmiah. Pokok demarkasi
terletak pada ada tidaknya dasar empiris bagi ungkapan
bersangkutan. Ungkapan yang tidak bersifat ilmiah mungkin
sekali amat bermakna (meaningful).

Apakah suatu ungkapan bersifat empiris atau tidak, atau


dimanakah letak ungkapan itu dari garis batas menurut Popper
tidak dapat ditentukan berdasarkan asas pembenaran yang
dianut positivisme logis yakni melalui proses induksi. Dalam hal
ini Popper setuju dengan Hume, bahwa peralihan dari yang
partikular ke yang universal tidak sah.

Kemudian Popper mengajukan prinsip falsifiabilitas,


bahwa ciri khas pengetahuan ilmiah adalah
sesuatu yang dapat dibuktikan salah (it can
falsified). Untuk mencapai pandangan ini Popper
menggunakan kebenaran logis yang sederhana.

Dia memberikan contoh: dengan observasi


terhadap angsa-angsa putih, betapun besar
jumlahnya, orang tidak dapat sampai pada
kesimpulan bahwa semua angsa bewarna putih,
tetapi sementara itu cukup satu kali observasi
terhadap seekor angsa hitam untuk menyangkal
pendapat tadi.

Asumsi pokok teorinya adalah satu teori harus diji


dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang
dapat menunjukkan ketidakbenarannya, dan Popper
menyajikan teori ilmu pengetahuan baru ini sebagai
penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan
bahwa pengetahuan ilmiah pada dasarnya tidak lain
hanya berupa generalisasi pengalaman atau fakta
nyata dengan menggunakan ilmu pasti dan logika.

Dan menurut positivisme logis tugas filsafat ilmu


pengetahuan adalah menanamkan dasar untuk ilmu
pengetahuan.

Menurut
Popper,
suatu
teori
dikategorikan ilmiah tidak cukup dengan
adanya pembuktian, tetapi ia harus
dapat diuji (testable). Jika teori tersebut
tidak lolos dari ujian maka teori tersebut
tidak benar dan harus diganti dengan
teori yang lebih tepat. Sebaliknya, jika
teori tersebut bertahan dalam ujian
maka kebenarannya ilmiahnya akan
semakin kokoh dan terpercaya

Menurut Popper, metode empirik ini sangat


berkaitan erat dengan kriteria demarkasi. Dimana
Popper juga mengajukannya untuk menggunakan
sebagai aturan-aturan untuk menentukan
ketahanan daya uji pernyataan ilmiah, yang disebut
juga sebagai falsifiability.

Jika teori tersebut tidak lolos dari ujian maka teori


tersebut tidak benar dan harus diganti dengan teori
yang lebih tepat. Sebaliknya, jika teori tersebut
bertahan dalam ujian maka kebenarannya
ilmiahnya akan semakin kokoh dan terpecaya

REPEATABILITAS

Yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu, bila


pengetahuan tersebut dapat di cek dengan
mengulang eksperimen dan penelitian yang
dilakukan orang lain ditempat dan waktu yang
berbeda
Sifat ini akan menghasilkan pengetahuan yang
bebas dari subyektivitas, emosi dan kepentingan.
Dasar bahwa ilmu pengetahuan milik umum,
sehingga setiap orang yang memiliki
kepentingan dapat melakukan cek ulang suatu
eksperimen

Repeatabilitas merupakan suatu metode


ilmiah sebagai wujud untuk pendekatan
ilmiah.
Metode ilmiah merupakan langkah yang
harus ditempuh dalam penemuan ilmiah
dengan menggunakan metode ilmiah,
maka disebut ilmu
Jadi metode ilmiah merupakan wujud
dari pendekatan ilmiah yang merupakan
pendekatan disipliner dan pendekatan
ilmu ilmu pengetahuan yang fungsional

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai