Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl Raymund


Popper Dalam Melihat Problem Ilmu Pengetahuan

Supriyono Purwosaputro1*

1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Sosial dan Keolahragaan, Universitas PGRI Semarang.
e-mail: prieps99@gmail.com
* Correspondence

Abstract
Keywords: The problem of science in the Western tradition is often determined by
epistemology, the demarcation of truth it constructs. Thus, many figures claim that
Falsification, their method is the final method. This was also called for Popper to
Problem Solving depart from his methodology that doubted the accuracy of the
inductive-verification method and replaced it with a deductive-
falsification method with a trial and error method. Here it appears that
Popper has paid little attention to the prevalence of (normal-research)
scientists who have factually been shown to enable the growth of new
scientific knowledge based on everyday sources of knowledge (as stated
by Thomas S. Kuhn and Imre Lakatos). This research is qualitative
library research using analytical methods. The result of this study was
a critique of Raymund Popper's falsification theory of the correctness
of the propositions of science

Kata kunci: Berbicara masalah problem ilmu pengetahuan dalam tradisi Barat
Epistemologi, sering kali ditentukan oleh demarkasi kebenaran yang dibangunnya.
Falsifikasi, Sehingga, banyak tokoh yang mengklaim metodenya merupakan
Penyelesaian metode yang sudah final. Hal ini juga diserukan oleh Popper
Masalah berangkat dari metodologinya yang meragukan keakuratan metode
induktif-verifikatif dan menggantinya dengan metode deduktif-
falsifikatif dengan metode trial and error. Di sini nampak Popper
kurang memperhatikan kelaziman yang dilakukan para ilmuwan
(riset-normal) yang secara faktual telah terbukti memungkinkan
pertumbuhan baru pengetahuan ilmiah yang diangkat dari sumber
pengetahuan sehari-hari (sebagaimana dinyatakan oleh Thomas S.
Kuhn dan Imre Lakatos). Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif library research dengan menggunakan metode analisis.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah kritis terhadap teori falsifikasi
Raymund Popper atas kebenaran proposisi suatu ilmu pengetahuan

Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl


Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
103
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

A. Pendahuluan Pemikiran Karl R. Popper lebih terfokus


Karl Raymund Popper merupakan salah pada usahanya untuk
satu kritikus yang paling tajam terhadap mensistematisasikan cara pertumbuhan
para pemikir lingkaran Wina di Jerman pengetahuan lewat koreksi atas kesalahan
(Qalam, 2003: 5). Karl Popper dilahirkan yang lebih dikenal sebagai “teori
pada 28 Juli 1902 – 17 September 1994 falsifikasi” (Syamsul, 2007: 77-79).
dikenal sebagai seorang filsuf dan Di samping itu, Popper juga
professor bidang filsafat ilmu asal Wina menyodorkan teori pemecahan masalah
(Dedi, 2014: 74). Popper juga dikenal atau problem solving yang pada intinya
sebagai filsuf terbesar abad 20 dibidang ingin menunjukkan bahwa setiap teori,
filsafat ilmu (Watkins, 1994: 4). gagasan, atau tindakan merupakan suatu
Gagasan Popper terbesar adalah “teori upaya pemecahan problem tertentu.
falsifikasi” sebagai lawan dari Baginya pertumbuhan pengetahuan
verifikasionisme dan induktivisme klasik merupakan suatu proses koreksi atas suatu
dalam metode ilmiah. Falsifikasi secara teori yang satu oleh teori yang lain dalam
harfiah “melihat sesuatu dari sudut upaya memecahkan problem-problem
pandang kesalahan” (Dedi, 2014: 75). Para yang tak ada selesainya. Teori problem
pengikut Falsifikasionime mengatakan solving menggunakan pendekatan
bahwa suatu teori ilmiah tidaklah terbukti objektivis untuk membela objektivitas dan
keilmiahannya hanya dengan rasionalitas pengetahuan manusia dan
pembuktian saja, tapi harus diusahakan pendekatan evolusioner-dinamis untuk
mencari kesalahan dari teori tersebut membela sifat dinamis ilmu pengetahuan.
sampai kemudian teori tersebut bisa Dalam upaya menerangkan evolusi hidup,
difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak transendensi manusia mengatasi dunia
berhasil difalsifikasi maka teori tersebut binatang dan perkembangan peradaban,
tidak teruji keilmiahannya. Popper juga Popper menggunakan gagasan tentang
dikenal sebagai penentang besar aspek dunia benda material (Dunia – 1), dunia
justifikasionisme dalam studi ilmiah yang kesadaran subjektif (Dunia – 2), dan dunia
dilakukan para induktivis. Ia memahami pengetahuan objektif (Dunia – 3). Dunia –
bahwa keseluruhan studi ilmiah tidak 3. Hal tersebut merupakan suatu dunia
semestinya dicapai dengan justifikasi, struktur-struktur objektif yang merupakan
melainkan rasionalisme kritis (William W. produk akal budi.
Bartley, 1964: IX).
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
104
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

B. Metode “rasionalisme” untuk menunjukkan sikap


Penelitian ini adalah library research
yang berupaya memecahkan sebanyak
dengan berjenis kualitatif dalam melihat
mungkin masalah dengan bersandar pada
problem ilmu pengetahuan. Peneliti
akal (pikiran jernih dan pengalaman lebih
menggunakan teori falsifikasi sebagai
daripada perasaan dan nafsu).
dasar epistemologi dimana peneliti
Rasionalisme yang diperjuangkan oleh
memetakan prisip falsifikasi Tokoh
Popper adalah rasionalisme yang
bernama Karl Raymund Popper.
melibatkan sikap terbuka untuk diskusi
Bagi Popper suatu teori atau prosisi ilmu
kritis, sedia belajar dari kesalahan dan
pengetahuan tidak bersifat ilmiah tanpa
terbuka untuk kerja sama mendekati
dibuktikan kebenarannya melalui
kebenaran (rasionalisme kritis).
verifikasi. Selanjutnya, Popper
Empirisme kritis, bagi Popper adalah
menegaskan bahwa setiap teori ilmiah
pengalaman dan percobaan yang tidak
selalu bersifat hipotesis tidak akan
digunakan untuk meneguhkan suatu teori
bersifat final. Dengan demikian, teori
seperti yang diusahakan induktivis dan
baru akan selalu menggantikan teori yang
verifikasionis, melainkan untuk
dianggap usang.
mengadakan penyangkalan (reputasi,
Hasil dan Pembahasan
falsifikasi) terhadap teori. Rumusan Kant :
Dasar Epistemologi Karl Raymund
“akal kita tidak menarik hukum-
Popper
hukumnya dari alam.... melainkan
Popper membedakan penggunaan istilah
mendesakkannya atas alam”, bagi Popper
“akal” dan “rasionalisme” dalam arti luas
sebagai hal yang kelewat radikal, sebab
dan dalam arti sempit. Dalam arti luas,
rumusan tersebut bisa membawa
istilah-istilah tersebut untuk mencakup
implikasi anggapan bahwa akal tak pernah
tidak hanya kegiatan intelektual,
gagal.
melainkan juga meliputi pengamatan dan
Ciri-ciri Pokok Epistemologi Popper
percobaan (observations and experiment).
1. Pendekatan Objektivis
Dalam arti sempit “akal dan
Pendekatan objektivis merupakan
rasionalisme” dipakai untuk
ciri utama epistemologi Popper,
dipertentangkan bukan terhadap
yaitu pendekatan yang
“irasionalisme”, melainkan terhadap
memandang pengetahuan manusia
“empirisme”.
sebagai suatu sistem pernyataan
Popper menggunakan kata
atau teori yang dihadapkan pada
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
105
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

diskusi kritis. Pendekatan selain objektif, juga rasional, kritis,


objektivis mementingkan evolusioner, realistis dan
pengakuan terhadap; pertama, pluralistis (dianggap sebagai ciri-
problem-problem objektif. Kedua, ciri epistemologi Popper). Ciri-ciri
prestasi objektif, yaitu pemecahan problem solving inilah yang
problem. Ketiga, pengetahuan membedakan Popper dan
(objektif), pengetahuan pemikiran para filsuf sebelumnya.
dipandang dalam dirinya sendiri Perbedaan pandangan dimaksud,
terpisah dari sujek antara lain;
pendukungnya. Keempat, kritik Pertama, sementara para filsuf
dengan andaian pengetahuan memusatkan perhatian kepada
objektif dalam bentuk teori-teori pengetahuan dalam arti
yang telah diformulasikan secara keseharian, Popper memfokuskan
linguistis minatnya pada problem
2. Problem Solving pertumbuhan pengetahuan ilmiah.
Popper menganggap bahwa Kedua, para filsuf sebelumnya
problem epistemologi yang paling mengejar pembenaran
menarik adalah problem pengetahuan secara mutlak,
pertumbuhan pengetahuan, Popper meneliti bagaimana teori
terutama pertumbuhan harus diuji demi pertumbuhan
pengetahuan ilmiah. Problem pengetahuan. Ketiga, epistemologi
pertumbuhan pengetahuan ilmiah para filsuf sebelumnya bercirikan
itu menggunakan metode problem pendekatan subjektivis, sedangkan
solving. Karena pengetahuan epistemologi Popper ditandai
ilmiah tumbuh dengan metode dengan pendekatan objektivis.
problem solving. Maka, Pandangan Pokok Popper dalam Periode
epistemologi yang membahasnya Metodologis

merupakan teori/problem solving 1. Problem Induksi dan Metode

atau teori tentang pembentukan Deduktif

teori-teori yang saling bersaing, David Hume 1711-1776, telah

diskusi kritis, evaluasi dan membangkitkan problem

pengujian kritis. mengenai induksi, yaitu

Epistemologi problem solving pernyataan yang berdasarkan


Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
106
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

observasi tunggal (singular) oleh setiap ide baru. Popper secara


betapapun besar jumlahnya, tegas menolak logika induktif,
secara logis tak dapat karena logika induktif tidak
menghasilkan suatu pernyataan memberikan “kriterium
umum yang tak terbatas. Hume demarkasi” yang sesuai.
menyimpulkan bahwa tidak Metode deduktif mengkaji teori
mungkin membuktikan validitas secara kritis, yaitu dari suatu teori
prosedur induktif. baru yang diajukan secara tentatif
Bagi Popper, psikologi dan belum dibenarkan dengan cara
pengetahuan dan logika apapun, suatu hipotesis, suatu
pengetahuan menghadapi sistem teoritis → ditarik
problem induksi di atas, Popper kesimpulannya dengan cara
mengajukan teori pengujian deduksi logis. Konklusi-konklusi
dengan metode deduktif the tersebut selalu dibandingkan
deductive methode of testing. Untuk antara satu dengan lainnya dan
maksud metode deduktif, terlebih dengan pernyataan-pernyataan
dahulu Popper membedakan lain yang relevan. Hal ini
antara psikologi pengetahuan dilakukan dengan maksud untuk
(berurusan dengan fakta empiris) menemukan hubungan logis.
dan logika pengetahuan Melalui perbandingan tersebut,
(memperhatikan hubungan- pertama-tama diuji apakah sistem
hubungan logis). Analisis logis yang diajukan mempunyai
pengetahuan ilmiah tidak konsistensi internal. Kedua,
berurusan dengan fakta, ditemukan penyelidikan bentuk
melainkan hanya dengan masalah logis teori tersebut. Ketiga, ada
pembenaran atau validitas perbandingan dengan teori-teori
sesuatu. Tugas logika lain dengan maksud untuk
pengetahuan, menurut Popper menentukan kemajuan ilmiah dari
mulai melangkah dengan asumsi teori tersebut. Keempat, pengujian
bahwa tugasnya semata-mata teori dengan jalan menerapkan
terdiri dari meneliti metode- secara empiris kesimpulan-
metode yang digunakan dalam tes kesimpulan dari teori tersebut.
sistematis yang harus dihadapi
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
107
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

2. Problem Demarkasi pengetahuan, yaitu pertentangan


Pada tahun 1919, Popper antara konsep dinamis dan konsep
menjumpai problem yang statis tentang ilmu.
disebutnya “problem demarkasi”, Konsep statis mengenai ilmu
yaitu problem menentukan batas- pengetahuan dari kelompok wina,
batas antara ilmu dan non ilmu yaitu pembenaran objektivitas
atau pseudo-ilmu. ilmu dengan membangun inti yang
Popper sangat terkesan dengan teguh dari pengetahuan yang tak
sifat dari Einstein tentang diragukan, dan kemudian
gravitasi yang penuh resiko untuk mereduksikan secara logis
difalsifikasikan. Dengan itu pula, pengetahuan lain pada inti yang
Popper tergugah tak tergoyahkan tersebut.
mempertanyakan status ilmiah Dalam konsep dinamis ilmu
dari teori Marx (Marxisme), teori pengetahuan, Popper menganggap
Frend (psikoanalisa), dan teori tak ada ruang untuk pengetahuan
Adler (psikologi individual) yang yang absolut, dan tak ada juga
bersifat dogmatis (terutama bagi tempat untuk data inderawi
penganutnya) dan selalu sebagai dasar kepastian.
diupayakan verifikasinya. Popper Secara ringkas dapat digambarkan
sampai pada kesimpulan bahwa perbedaan pandangan Popper dan
sifat ilmiah adalah sikap kritis kelompok wina, sebagai berikut;
yang tidak mencari verifikasi atas Pertama, popper mendekati ilmu
teorinya, melainkan tes-tes yang pengetahuan dari aspek
akan mereputasikannya, meski “pertumbuhannya”. Kelompok wina,
tak akan pernah memperhatikan “strukturnya”. Kedua,
mengukuhkannya. Kriterium popper menolak kriterium verifiabilitas
demarkasi antara ilmu dan dan mengajukan kriterium falsifiabilitas
pseudo-ilmu ialah falsifiabilitas. sebagai prinsip demarkasi antara ilmu dan
3. Popper dan kelompok Wina non ilmu. Bagi Popper metafisika bisa
Popper memiliki pandangan yang bermakna (misalnya sebagai sumber
berbeda (bahkan bertentangan) ilmu). Kelompok wina mengajukan
dengan pandangan kelompok kriterium verifiabilitas dan menolak
wina yang berkaitan dengan teori metafisika.
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
108
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

Ketiga, Popper mengajukan pendapat inferensi yang disebut “modus ponens dan
bahwa ilmu berkembang lewat konjektur modus tollens”. Bila “p” (hipotesis)
yang imajinatif dan berani, tetapi menimbulkan “q” (consenquens), maka
dikontrol oleh test yang sistematis. tidak berarti “p’ lebih umum dari “q”.
Kelompok wina menggunakan metode sebaliknya, bila hanya satu sekali saja “q”
induksi yang terkandung dalam usaha tidak muncul (terjadi), maka “p” terbukti
verifikasi suatu teori (suatu metoda yang salah.
ditolak Popper). Kedua, Syarat Pertumbuhan Pengetahuan.
Keempat, Popper beranggapan tak ada Popper beranggapan adanya
fondasi yang tak tergoyahkan bagi kemungkinan menghindari penggunaan
pengetahuan, semua pengetahuan konsep “benar” dan “salah”, dengan
bersifat tentatif. Bagi kelompok wina maksud agar dapat membangkitkan
fondasi kokoh pengetahuan adalah fakta sesuatu problem pokok baru. Dalam
dasar diterima dalam pengalaman kaitan itu, Popper mengajukan ide tentang
langsung dan dapat diungkapkan lewat “penguatan” corboration suatu teori yang
kalimat protokol. tidak dihubungkannya dengan konsep
Pemecahan Popper kebenaran. Tingkat corboration merupakan
Pertama, falsifiabilitas sebagai kriterium ukuran tingkat pengujian hipotesis (h) dan
demarkasi. Teori falsifiabilitas diajukan suatu ukuran tingkat ketahanannya
Popper untuk menghindari kegagalan terhadap tes.
induksi sebgai kriterium demarkasi yang Ketiga, Tuntutan Tumbuhnya
diajukan oleh kaum empiris-positivis, Pengetahuan. Pertumbuhan pengetahuan
dengan maksud agar dapat dipilih suatu menuntut dipenuhinya paling tidak tiga
kriterium yang memperbolehkan orang syarat, yaitu: (a) teori baru harus berangkat
mengakui bahwa di luar daerah ilmu dari suatu ide sederhana, baru, dan secara
empiris ada pernyataan yang tak dapat kuat menyatukan hubungan yang sampai
diverifikasikan. sejauh itu tak dilihat keterkaitannya; (b)
Falsifiabilitas sebagai kriterium teori baru harus bisa diuji secara tersendiri
demarkasi didasarkan pada suatu independently testable; (c) teori baru harus
“asimetri antara verifiabilitas dan lulus menghadapi tes-tes yang baru dank
falsifiabilitas”. eras (tuntutan material atau tuntutan
Teori falsifiabilitas bersendikan hukum sukses secara empiris).
“logika deduktif klasik”, yaitu aturan
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
109
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

Metode Problem Solving 2. Pendekatan Subjektivis


Dalam tahun 1937, saat meneliti Dalam pandangan Popper,
dialektika Hegel, Popper pendekatan subjektivis
mengembangkan gagasan “metode mempunyai ciri-ciri berikut ini:
problem solving”. Metode problem Pertama, Popper hanya
solving, diskemakan sebagai berikut: menggagaskan pengetahuan
Keterangan : sebagai suatu keadaan mental yang
P1 = problem awal khusus, kepercayaan yang
TS = tentatif solution istimewa. Kedua, menganggap
(teori yang dicoba diajukan) pengalaman subjektif kokoh-
EE = error elimination terjamin, sehingga cocok sebagai
(evaluasi dengan tujuan menemukan dan titik tolak (dasar) yang aman.
membuang kesalahan) Ketiga, menganut prinsip subjektif:
P2 = problem baru “alasan cukup”, pendapat personal
akibat evaluasi kritis atas solusi tentative meskipun subjektif itu benar secara
terhadap problem awal pasti dan karenanya dapat berlaku
Epistemologi Problem Solving dalam sebagai pengetahuan. Keempat,
Tinjauan Sistematis penganut subjektivisme
1. Pendekatan Objektivis mengidentifikasikan pencarian
pendekatan yang memandang pengetahuan dengan mengejar
pengetahuan manusia sebagai kepastian.
suatu sistem pernyataan atau teori Epistemologi sebagai Teori Pertumbuhan
yang dihadapkan pada diskusi. Pengetahuan
Dalam pendekatan objektivis Pengetahuan (objektif) dan ilmu
diakui adanya problem dan usaha pengetahuan bertemu dalam metodenya
pemecahannya (objektif), bersifat (metode “problem solving”). Epistemologi
tentatif yang secara sadar lewat yang merupakan teori pengetahuan
bahasa dihadapkan pada kritik ilmiah, memiliki fungsi dan tugas
dengan maksud agar solusi (teori, menganalisis secara kritis prosedur yang
pengetahuan) yang salah ditempuh ilmu pengetahuan dalam
dirontokkan demi keselamatan membentuk dirinya.
dan perkembangan organisme Menurut Popper, problem sentral
pendukungnya. epistemologi adalah problem
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
110
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

pertumbuhan pengetahuan,dalam kaitan penyingkiran kesalahan). Kritik dilakukan


itu pengetahuan bertolak dan berakhir dengan menggunakan logika dan disertai
dengan problem. Bagi Popper, pula dengan evaluasi aposteriori. Terdapat
pengetahuan tidak berangkat dari macam kritik, yaitu kritik imanen
persepsi pengamatan atau pengumpulan (asumsinya termasuk ke dalam teori yang
data / fakta, melainkan dari problem. dikritik), kritik transender (asumsi-asumsi
Pengetahuan selalu berakhir dengan dipakai bersifat sebagai teori tandingan
problem, dikarenakan sifat teori yang terhadap teori yang diserangnya).
selalu konjektural dan tentatif, sehingga Epistemologi evolusioner ialah
menyebabkan penjelasan problem tidak epistemologi yang ide-ide utamanya lebih
pernah lengkap. bersifat logis daripada faktual.
Teori bagi Popper, merupakan produk Pertumbuhan pengetahuan menyerupai
penciptaan mitos dan produk tes. Teori seleksi alamiah (Darwin), yaitu seleksi
ilmiah merupakan penemuan akala alamiah atas hipotesis. Logika
manusia, suatu konjektur yang secara pengetahuan telah menunjukkan bahwa
berani diajukan untuk dicoba, pengetahuan tumbuh dengan metode
disingkirkan bila bertabrakan dengan “problem solving” (P1-TT-EE-P2).
pengamatan. Terhadap pemilihan teori, Lebih lanjut, melalui skema “tetradik”
digunakan kriterium progresivitas (problem – teori – kritik) dapat digunakan
potensial atau kualitas memuaskan secara untuk menggambarkan pemunculan
relatif yang masih potensial, maksudnya problem-problem baru dan sebagai
yang pantas dipilih ialah teori yang akibatnya pemunculan pemecahan-
memberikan informasi lebih banyak, pemecahan baru, teori-teori baru.
mempunyai daya penjelasan dan Karya manusia dipandang sebagai
peramalan lebih besar yang secara logis ungkapan keadaan batiniahnya.
lebih kuat. Transendensi diri merupakan faktor
Kemajuan ilmu pengetahuan paling menonjol dan paling penting dari
memerlukan adanya kritik yang seluruh hidup dan evolusi. Proses belajar
memberikan motivasi bagi dan proses pertumbuhan pengetahuan
perkembangan intelektual. Metode subjektif secara fundamental selalu sama,
pertumbuhan pengetahuan yang yaitu dengan kritik imajinatif.
dikembangkan Popper merupakan Keunggulan Pendekatan Objektivis atas
metode kritis (percobaan dan Pendekatan Subjektivis
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
111
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

1. Analisis Hipotesis – deduktif pemahaman. Sedangkan kegiatan


tentang penjelasan pemahaman terwujud dalam
Penjelasan kausal dari suatu penanganan atas objek-objek
peristiwa berarti mendeduksikan Dunia-3. Tindakan pemahaman
suatu pernyataan yang merupakan suatu kegiatan
memberikan gambaran problem-solving. Suatu
tentangnya. Popper menyarankan pemahaman memuaskan akan
standar penjelasan, sebagai dicapai, bila tafsiran dan teori
berikut; dugaan mendapatkan dukungan
Pertama, dapat dideduksikannya dalam kenyataan yang dapat
“explanandum” dari “explanans”. memberikan penjelasan baru atas
Kedua, daya penjelasan yang tinggi problem baru. Tesis sentral Popper,
atau isi empiris atau testabilitas bahwa setiap analisis intelektual
secara independent yang dimiliki atas kegiatan pemahaman sebagian
explanans. Ketiga, Kebenaran besar harus bertolak dari analisis
explanans. penggunaan unit-unit struktural
Penjelasan objektif sangat penting dan peralatan Dunia-3. Tingkatan
dalam rangka pertumbuhan Pemahaman;
pengetahuan ilmiah. Dalam kaitan Pertama, pemahaman akan suatu
itu, problem dapat dipandang pernyataan, tanpa menyadari
pula sebagai problem objektif dan kesalahan. Kedua, Pemahaman
problem subjektif. Penjelasan pernyataan sebagai pemecahan
objektif lebih kuat dari penjelasan terhadap suatu problem. Ketiga,
subjektfi, karena penjelasan pemahaman mengenai
objektif berdasarkan standar problemnya. Keempat, Pemahaman
impersonal, sedangkan penjelasan bahwa pemecahan tersebut benar.
subjektif berdasarkan pada fakta Kelima, pemahaman pengecekan
personal atau psikologis yang bisa kebenaran dengan suatu metode
saling berlainan. untuk menemukan kesalahan dan
2. Pemahaman sebagai Kegiatan membuangnya.
Problem-Solving.
Secara prinsip pemahaman terdiri
dari rangkaian keadaan
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
112
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

3. Ciri-ciri Epistemologi Problem- solving, biasa disebut juga sebagai


Solving epistemologi evolusioner. Sifat
Pertama, Objektif. Ciri objektif dari evolutif pada cara pertumbuhan
epistemologi problem solving, pengetahuan, menilai tradisi
tampak dari usaha Popper untuk sangat penting sebagai basis
menghindari psikologisme dari perkembangan.
epistemologinya (logika Kelima, realistis. Sifat realistis
pertumbuhan pengetahuan berkaitan dengan pandangan
ilmiah/objektif). realisme Popper yang bersifat
Kedua, Rasional. Rasionalitas ilmu metafisis. Popper mengakui bahwa
menurut Popper, melulu terletak dunia entitas teoritis (problem,
dalam pendekatan kritis. teori, isi pikiran objektif,
Objektivitas ilmiah semata-mata argumentasi kritis) adalah riil. Bagi
didasarkan pada tradisi kritis. Popper problem pengetahuan
Rasionalitas epistemologi problem adalah bagaimana menemukan
solving, ditunjukkan dari skema : dunia yang dianggapnya nyata.
P1-TT-EE-P2 yang beroperasi Keenam. pluralistis. Pluralitas dunia
seluruhnya dalam organon logis berlawanan dengan reduksionisme
kritik rasional dan berdasar pada dan monisme. Kenyataan bahwa
hukum kontradiksi. Sifat rasional teori-teori tertentu saling tidak
paling menonjol nampak dalam bersesuaian (plural) merupakan
hubungan antara problem, teori suatu kenyataan logis.
dan kritik atasnya. Ciri-ciri atau sifat epistemologi
Ketiga, kritis. Kritik termasuk problem solving (objektivis, rasional,
dalam mekanisme pertumbuhan kritis, evolusioner, realistis dan pluralistis)
pengetahuan itu sendiri. Manusia yang dibangun Popper dalam melawan
secara kritis mencari kesalahan epistemologi subjektif.
teori yang ada / dipakai. C. Penutup
Keempat. evolusioner. Prosedur Sebagai penutup. Peneliti menrumuskan

penemuan dan pembuangan beberapa point terkait dengan dasar

kesalahan terhadap teori mirip epistemology Karl Raymund Popper

dengan seleksi alamiah abcde, diantaranya; Pertama, melalui teori Dunia-

maka epistemologi problem 3, Popper telah menunjukkan bahwa


Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
113
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

pendekatan subjektivis yang memfokus positivistik, empiristik, induktivistik,


pada pengetahuan (subjektif) tidak subjektivistik, dan instrumentalistik
relevan untuk studi pengetahuan ilmiah. (mengabaikan pemikiran metafisik yang
Kedua, melalui epistemologi problem bagi Popper merupakan hal yang riil).
solving, Popper telah memperlihatkan Dengan epistemologi problem solving,
kenyataan bahwa kita salah, dan oleh Popper telah menunjukkan bahwa ilmu-
sebab itu perlu ditempuh pendekatan ilmu kemanusiaan dapat dan harus
objektivitis yang mengabaikan didekati dengan pendekatan yang bersifat
otoritarianisme dan relativisme, objektivitis, rasionalistis, kritis, dan
pendekatan demikian mengarah pada terbuka atau dengan pendekatan
diskusi kritis dan / atau rasionalisme “Deduktif – Falsifikatif”.
kritis. Kelima, Popper dengan “teori
Kemudian, dengan epistemologi problem falsifiabilitas” telah mampu memberikan
solving itu pula, Popper menunjukkan kriterium demarkasi (meaningfull dan
penekanan “logika pengetahuan” yang meaningless) yang memberikan
dilawankan dengan “psikologi kesempatan kita untuk mengakui bahwa
pengetahuan”. Penjelasan ilmiah tidak di luar daerah ilmu empiris terdapat
diukur dari kenyataan bahwa penjelasan pernyataan yang tidak dapat diverifikasi.
tersebut telah menghalau kebingungan Kriterium demarkasi yang diajukan
seseorang atau tidak, melainkan diukur Popper, juga dimaksudkan untuk
dari kenyataan bahwa penjelasan itu menghindari kegagalan induksi sebagai
memenuhi standart objektif atau tidak. kriterium demarkasi yang diajukan oleh
Ketiga, melalui epistemologi problem kaum empiris-positivis.
solving, Popper telah memberikan Keenam, Popper mampu menyodorkan
sumbangan membantu orang untuk “alternatif kompromis” untuk
memusatkan perhatian pada problem, mendamaikan pertikaian antara
menentukan kebijakan secara objektif dan rasionalisme dan empirisme. Alternatif
kritis, mengubah “tradisi pertumbuhan kompromis yang diajukan Popper adalah
pengetahuan ilmiah”, dan perlunya “rasionalisme kritis” dan “empirisme
keberanian imajinasi yang tinggi. kritis”.
Keempat, Popper telah memperlihatkan
“sikap kontroversial” di tengah-tengah
*****
maraknya pemikiran yang bercorak
Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl
Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
114
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume XII, No 2, Juli 2023

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ian. Fifty Major Political


Thinker. Routdlege.
Adolf, Huala, 2022, Filsafat Ilmu –
Suatu Pengentar, Keni
Media, Bandung
Bertens, K.2014, Sejarah Filsafat
Kontemporer – Jerman dan
Inggris, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Garvey, James, 2010, 20 Karya
Filsafat Terbesar, Kanisius,
Yogyakarta
Taryadi, Alfous,1991 “Epistemologi
Pemecahan Masalah
menurut Karl R. Popper”,
PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Watkins, John (1994/12/01).
"Obituary Karl Popper".
British Academic Journal. 45
(4). Diakses tanggal
2017/10/04.
William W. Bartley: Rationality
versus the Theory of
Rationality, Dalam Mario
Bunge: The Critical
Approach to Science and
Philosophy (The Free Press
of Glencoe, 1964), section IX.

Falsifikasi Sebagai Dasar Epistemologi Karl


Raymund Popper Dalam Melihat Problem
Ilmu Pengetahuan
115

Anda mungkin juga menyukai