Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KEMAL AZIZ HIDAYATULLAH

NIT : 30721012
COURSE : TBL 6 ALPHA

1. Apakah yang dimaksud dengan Masyarakat Madani!


jawab : Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu untuk stabilitas masyarakat. Inisiatif individu dan
masyarakat akan berpikir, seni, pelaksanaan pemerintah oleh hukum dan tidak nafsu atau keinginan
individu.

2. Apa sajakah konsep pendidikan dalam masyarakat madani dan bagaimanakah kaitannya dengan
masjid, jelaskan !
jawab : Dalam era reformasi ini masyarakat Indonesia menginginkan terwujudnya
suatu masyarakat baru yakni "masyarakat madani". Masyarakat baru yang mengharapkan
terwujudnya kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan, keterbukaan, keadilan, saling menghormati dan
menghargai,  menegakkan hukum  dengan adil, menghargai hak asasi manusia, modern dan ingin
meninggalkan pola-pola kehidupan masyarakat yang negatif. Mewujudkan masyarakat seperti itu,
menuntut suatu pendidikan  yang sesuai. Pendidikan yang mampu membangun
kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam membangun masyarakatnya sendiri. Sistem pendidikan
Islam diharapkan dapat membangun suatu masyarakat yang Baldatun Toyyibatun Warobbun Gofur
bagi seluruh penghuninya. Masyarakat yang ingin dibangun yakni masyarakat yang dikenal dengan
istilah masyarakat madani. Konsep masyarakat madani merupakan konsep yang bersifat universal,
sehingga perlu adaptasi dan disosialisasikan apabila konsep ini akan diwujudkan. Hal ini terjadi
karena konsep masyarakat madani memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda. Apabila 
konsep  ini akan  diaktualisasikan maka diperlukan suatu perubahan kehidupan. Langkah yang
kontinyu dan sistematis yang dapat merubah paradigma kebiasaan dan pola hidup masyarakat, untuk
itu diperlukan berbagai terobosan

3. Bagaimanakah cara menerapkan konsep masyarakat madani dalam kehidupan kita sekarang ini !
jawab : Pada kenyataannya, masyarakat Indonesia masih harus memaksimalkan kembali kesadaran
akan sikap demokrasi, sikap transparansi, sikap toleransi, sikap partisipasi, sikap nasionalisme dan
lain sebagainya. Adanya sikap-sikap tersebut akan dapat mewujudkan karakter masyarakat madani
yang memiliki berbagai manfaat positif bagi kedaulatan demokrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Hal yang membedakan konsep masyarakat madani adalah tidak adanya pengaitan prinsip tatanannya
dengan agama tertentu. Pemberdayaan masyarakat madani harus terus ditingkatkan dan mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap penyelenggara negara. Untuk menjamin peradaban
bangsa yang lebih baik di masa depan, diperlukan adanya pengembangan pemberdayaan antara
wilayah (domain) negara (state), masyarakat (civil society) dan pasar (market) secara seimbang dan
teratur. Oleh karena itu, masyarakat madani harus terus dikembangkan sejalan dengan demokratisasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu cara untuk
mewujudkan konsep masyarakat madani adalah dengan demokratisasi pendidikan. Demokratisasi
pendidikan berguna untuk mempersiapkan calon-calon penerus bangsa agar terbiasa untuk bebas
dalam mengeluarkan pendapat, serta terbiasa untuk menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa bergaul dengan masyarakat, serta mau
mempelajari hal-hal terkait kemasyarakatan.
Dengan kata lain, masyarakat harus saling menjaga keseimbangan dalam penegakan hukum yang
sehat dan demokrasi. Semua masyarakat memiliki kedudukan yang sama, menjadi anggota
masyarakat madani maupun perangkat negara hendaknya dapat mewujudkan negara yang
menjunjung tinggi demokrasi di Indonesia.

4. Bagaimanakah relevansi Masyarakat Madani dengan kehidupan modern sekarang ini, dalam
membina bangsa? 
jawab : Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, plural atau majemuk, sedang menjalankan
sistem demokrasi, menghargai Hak-Hak Azasi Manusia, menjunjung tinggi kemerdekaan bagi semua
orang, maka sebenarnya paradigma Madinah adalah sangat tepat dikembangkan dan
diimplementasikan di negeri ini. Menggunakan paradigma Madinah bukan berarti mundur atau
mengembalikan jarum jam sejarah. Sebab pada hakekatnya negara yang dibangun oleh Nabi
Muhammad adalah tatanan kehidupan yang amat modern.

Selain itu, untuk mengimplementasikan paradigma Madinah bagi bangsa Indonesia tidak akan
mengalami kesulitan. Berbagai pilar yang terkait dengan filosofi bangsa yang dibangun, konstitusi
kenegaraan, dan pandangan hidup yang dikembangkan, sebenarnya sudah tersedia. Pancasila,UUD
1945, Konsep NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang selama ini dijadikan sebagai pilar-pilar bangsa
sudah tergambar dalam konsep masyarakat Madinah. Kesamaan lain yang ingin dikembangkan oleh
bangsa Indonesia dengan Masyarakat Madinah adalah menyangkut visi pembangunan bangsa.
Kemajuan bangsa bukan saja diukur dari aspek-aspek fisik, melainkan juga aspek-aspek yang
terdalam dari kehidupan manusia, yaitu aspek spiritual, intelektual, profesional dan akhlak secara
utuh atau holistik.

Kegagalan, kalau boleh dikatakan seperti itu, dari bangsa Indonesia bukan pada tataran teoritik,
konsep, paradigma, atau dasar-dasar yang dijadikan landasan untuk membangun bangsa, melainkan
pada tataran implementatif. Semua orang meyakini dan mengagumi betapa luhur dan mulia cita-cita
bangsa, baik yang bisa dipahami dari falsafah bangsa Indonesia, ialah Pancasila, maupun dari cita-cita
yang lebih operasional yang tertuang dalam UUD 1945. Demikian pula, sistem pemerintahan dan
kelembagaan negara, semua sudah sempurna. Bangsa ini sebenarnya tidak perlu lagi menyusun
konsep atau bahkan falsafah baru yang akan diterapkan. Semboyan yang disuarakan dari semua
kalangan sudah tegas, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika adalah merupakan
harga mati yang tidak boleh diubah-ubah.

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa ini yang masih sangat perlu dibenahi, sekali lagi, adalah pada
tataran implementasi. Sebagai bangsa yang religius, semestinya sangat tepat manakala
masyarakatnya didekatkan kepada kitab suci agama masing-masing, tempat ibadah yang
bersangkutan, dan juga tokoh ideal yang menjadi panutannya. Kelemahan selama ini, sebagai bangsa
yang mengaku religius ternyatamasih menjauh dari agamanya.Padahal pada masing-masing ajaran
agama itu terdapat nilai luhur yang sangat tepat dijadikan pedoman hidup sepenuhnya.

Selanjutnya, sebagai bangsa yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi,
kemanusiaan, persatuan dan keadilan, ternyata dalam praktek masih selalu terabaikan. Sedemikian
mudah ditemui kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya. Pada lautan kemiskinan terdapat
beberapa orang atau kelompok yang memiliki akses ekonomi yang tidak terukur banyaknya. Di
tengah-tengah negara yang masih disebut miskin dan tertinggal, tetapi memiliki beberapa orang
masuk kategori terkaya di dunia. Hal ini sangat ironis.Kenyataan itu menunjukkan bahwa negeri ini
belum berhasil membangun kemanusiaan, keadilan dan kebersamaan yang menjadi cita-cita bangsa
ini.

Demikian pula, keadilan masih menjadi barang langka di negeri ini. Masyarakat kecil, seperti orang
yang sekedar mengambil semangka, setandan pisang, beberapa biji kakau, dan bahkan pengambil
sandal jepit harus dijerat hukum, sementara itu orang-orang kaya dan berkuasa tatkala terkena kasus
hukum, justru diabaikan.Mereka bisa bebas hanya karena memiliki uang. Keadilan di negeri ini belum
berhasil ditegakkan. Belum lagi persoalan nepotisme, kolusi, dan korupsi, semua itu seolah-olah
menjadi sesuatu yang lazim. Moral dan akhlak para pemimpin bangsa di berbagai bagian dan level
terdegradasi hingga batas yang sudah tidak boleh ditoleransi.

Anda mungkin juga menyukai