Anda di halaman 1dari 1

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1) Konsetrasi biopestisida yang semakin tinggi mengakibatkan jangkrik lebih
cepat mati, konsetrasi 25% mempunyai efektifitas paling rendah pada uji
mortalitas jangkring dibandingkan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%.
2) Metanol sebagai pelarut dipilih karena senyawa metabolit sekunder dari
daun sirih hampir sama dengan metabolit sekunder metanol sehingga akan
menghasilkan ektrak biopestisida daun sirih lebih banyak.
3) Daun sirih yang semakin kecil bertujuan untuk memperluas waktu kontak
dan luas kontak dengan pelarut metanol pada proses maserasi.
4) Perbandingan daun sirih dan pelarut metanol yaitu sebesar 1:10 pada
proses maserasi dan dilakukan pada suhu ruang karena memiliki kelebihan
yaitu tidak akan merusak senyawa organik yang terkandung pada daun
sirih.
5) Tetesan pertama metanol yang terevaporasi dan dikondensasi didapatkan
pada 20 menit di temperatur waterbath 68ºC, temperatur dijaga 70-71ºC
untuk menghindari terjadinya degradasinya senyawa organik daun sirih.

5.2. Saran
1) Proses pemisahan campuran daun sirih dan metanol sebaiknya dilakukan
dengan baik sehingga didapatkan volume ektrak yang lebih banyak.
2) Kecepatan putaran rotary evaporator dijaga agar tidak terlalu cepat atau
terlalu lambat sehingga menghasilkan ekstrak biopestisida lebih banyak.
3) Penyemprotan biopestisida seharusnya menggunakan alat tertentu
sehingga jumlah biopestisida yang disemprotkan kepada jangkrik
kemungkinan sama setiap variasi biopestisida sehingga pengujian lebih
akurat.

Anda mungkin juga menyukai