Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Kata Yunani eucharistia ini bersama kata Yunani eulogia yang berarti juga puji syukur digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani berakhah yang berarti doa berkat dalam Perjamuan Yahudi (Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya, 2011: 57). “Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” (Lumen Gentium- LG: 11). Enam sakramen-sakramen lainnya dan semua pelayanan gerejawi beserta karya-karya kerasulan sangat berhubungan erat dengan Ekaristi dan sangat terarah kepadanya, sebab dalam Ekaristi tercakup seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus, Paskah kita (Presbyterorum Ordinis-PO: 5) adalah dua kutipan hakiki 12 dari Konsili Vatikan II mengenai Ekaristi. ( R. Hardawiryana, 2004, No.11 hlm.84). Dari segi isi peristiwa yang dirayakan, Liturgi mengungkapkan komunikasi dua arah, yakni Allah yang menguduskan dan menyelamatkan manusia (kata baptis artinya gerakan dari Allah kepada manusia) dan sekaligus manusia yang menanggapi tindakan Allah yang menguduskan dengan memuliakan Dia (Anabaptis artinya gerak dari manusia ke Allah). Oleh karena itu Liturgi dilihat sebagai Allah yang bertindak (God acts) dan seretak manusia yang menyambut tindakan Allah itu (we react) (Panomban, 2008: 5). Ekaristi sebagai santapan umat Kristiani yang tak bisa dipisahkan dengan peristiwa perjamuan malam terakhir. Meski sebenarnya Perjamuan Malam Terakhir bukan Perayaan Ekaristi yang pertama, karena pada waktu Perjamuan Malam Terakhir yang diperingati sebagai wafat dan kebangkitan Tuhan. Pada waktu peristiwa itu Yesus belum wafat dan bangkit kembali. Namun yang terpenting adalah peristiwa Perjamuan Malam Terakhir mengingatkan akan perintah Tuhan yaitu “lakukanlah sebagai kenangan akan Daku” (Luk 22: 19, 1Kor 11: 24). Dari kutipan ayat Kitab Suci tersebut manusia mendapat tugas yang sangat sederhana namun kebanyakan susah untuk melaksanakan perintah Yesus tersebut, mengapa demikian? Karena masih banyak orang yang belum tersadarkan akan betapa pentingnya Perayaan Ekaristi setiap hari Minggu dan pada hari yang telah ditentukan. Yesus hadir di tengah Gereja-Nya lewat Perayaan Ekaristi adalah suatu misteri. Para murid baru menyadari hal lewat perjalanan yang panjang bersama 13 Yesus tanpa mereka ketahui bahwa Dialah Yesus yang telah bangkit. Ketika mata kedua murid itu terbuka dan mengenali-Nya, Yesus lenyap dari hadapan mereka. Dia hadir dibalik peristiwa ini. seorang teolog Dominikaan Prancis menjelaskannya sebagai berikut: ”Kelenyapan diri Yesus ini makin lama makin dalam, tetapi kehadiran- Nya juga sekaligus makin lama makin pasti. Dia lenyap dibalik peristiwa dan kita merayakan Paskah-Nya dalam Ekaristi, Dia menghilang dibalik Kitab Suci, Dia lenyap dibalik Ekaristi, tetapikita dijadikan Gereja-Nya, tempat kediaman-Nya sendiri. Itulah paradoks kehadiran dan ketidakhadiran-Nya.” (B. A. Pareira 2013: 301) Dari kutipan di atas Ekaristi itu indah, tetapi merupakan suatu perayaan yang sangat sulit. Ekaristi adalah suatu perayaan misteri pemberian diri Allah, Dia mengasihi kita sampai habis-habis-Nya, Dia membentuk kita menjadi satu umat. Dengan demikian Ekaristi merupakan suatu perayaan yang sangat indah dan bahkan paling indah karena seluruh iman kita dirayakan. Ekaristi merayakan misteri itulah yang dinyatakan Gereja secara singkat, padat dan megah setelah konsekrasi. Terutama pada mengucapkan misteri iman yaitu “Wafat- Mu kami maklumkan, kebangkitan-Mu kami muliakan, sampai Engkau datang”. Sangat menjiwai dan menyembuhkan, memberikan kesadaran akan pengorbanan Yesus akan penebusan dosa-dosa man