Anda di halaman 1dari 15

PERMASALAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

MATA KULIAH : TEORI ADMINISTRASI

DOSEN : Dr. Ir. A. H. Rahadian, M.Si

Oleh

Nur Fajri Aldiansyah (CA181110481)

Friska Steviana (CA181110202)

Firdha Zakiah (CA181110465)

Institut Ilmu Sosial dan Majemen STIAMI


Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Administrasi tentang
PERMASALAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD).

Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan


bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima
Allah SWT sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang
berlipat ganda. Dan kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan


khususnya untuk teman-teman dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta, 23 Maret 2019

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .....................................................................................1


2. Ruang Lingkup Penulisan ....................................................................2
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................2

BAB II. KAJIAN TEORITIK

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah dari berbagai ahli ......................3


2. Jenis-Jenis Pendapatan .....................................................................3

BAB III. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN DARI PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD)

A. PERMASALAHAN ...............................................................................6
1. Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah?
2. Apa permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah?
3. Bagaimana upaya mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah?

B. PEMBAHASAN ...................................................................................6
1. Faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah
2. Permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah
3. Upaya mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah

BAB IV. PENUTUP

KESIMPULAN .......................................................................................11

REFERENSI PUSTAKA ...................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting
dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada
prinsip otonomi yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Peranan
pendapatan asli daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak
ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah dalam arti semakin besar
suatu daerah memperoleh dan menghimpun Pendapatan Asli Daerah
(PAD), maka akan semakin besar pula tersedia jumlah keuangan daerah
yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggarakan otonomi
daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang
menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah maka semakin rendah tingkat
ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah pusat.
Hal ini dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber-
sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah itu sendiri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pasal 1 ayat 18
dijelaskan bahwa, “Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan
yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu
modal keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Hal ini
karena PAD menentukan kapasitas pemerintah daerah dalam menjalankan
fungsi-fungsi pemerintahan, yaitu melaksanakan pelayanan publik (public
service function), dan melaksanakan pembangunan (development function).
Dalam mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah melalui Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

1
Daerah diberikan kewenangan antara lain untuk menetapkan pajak dan
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
diskresi untuk menetapkan tarif yang sesuai dengan kemampuannya dan
sumber lain yang sah. Namun, dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah
harus memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan,
melibatkan peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan
memperhatikan potensi daerah.

B. Ruang Lingkup Penulisan


Pada penulisan makalah ini, pembahasan terfokus pada Pengertian
Pendapatan Asli Daerah (PAD), tujuan dan manfaat Pendapatan Asli
Daerah (PAD), faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), permasalahan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya untuk
mengoptamilisasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
3. Mengetahui permasalahan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4. Mengetahui bagaimana upaya mengoptimalkan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2
BAB II

KAJIAN TEORITIK

Pengertian Pendapatan Asli Daerah dari berbagai ahli :

1. Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah


“Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan
dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak
daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD),
dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah.”
2. Menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah
“Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,
hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi.”
3. Menurut Mamesa (1995:30)
“Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat
dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan
pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas
(subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah
seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan
segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan
perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap
sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh
daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan
pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.”

3
4. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
“PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”

Jenis-Jenis Pendapatan :
A. Pajak Daerah
Di dalam UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dinyatakan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Selanjutnya, di dalam UU nomor 28 tahun 2009 ditegaskan
bahwa pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa jenis, yakni Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.
B. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).
C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Menurut Ahmad Yani (2004:40) hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham
milik daerah.

4
D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain
PAD yang sah meliputi :
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

5
BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN DARI
PERMASALAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

A. PERMASALAHAN
1. Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah
(PAD)?
2. Apa permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)?
3. Bagaimana upaya untuk mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD)?

B. PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Nafsi Hartoyo (2017)


Pertama, kurangnya kepekaan daerah dalam menemukan
keunggulan budaya dan potensi asli daerah. Kedua, kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak atau retribusi yang relatif rendah. Ketiga,
lemahnya sistem hukum dan administrasi pendapatan daerah. Keempat,
kelemahan kualitas SDM aparatur. Kelima, kekhawatiran birokrasi akan
kegagalan dalam menjalankan programnya. Keenam, ketidakoptimisan
akan hasil yang mungkin dicapai. Ketujuh, sering kali pengeluaran biaya
yang digunakan untuk menjalankan program dinaikkan (mark up) sejak
awal pada setiap anggarannya. Padahal jika sejak awal penganggaran
biaya program diefektifkan sehemat mungkin, maka sisa yang ada dapat
digunakan untuk menjalankan program lainnya dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik.

Berbeda dengan catatan penyebab di atas, menurut Jaya (1996)


Mengungkapkan penyebab utama rendahnya PAD adalah sebagai
berikut.
A. Kurang berperannya Perusahaan Daerah sebagai sumber
pendapatan daerah.

6
B. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, karena
semua jenis pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung
maupun tidak langsung ditarik oleh pusat.
C. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang
bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan.
D. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabila daerah
mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong
terjadinya disintegrasi dan separatisme.
E. Kelemahan dalam pemberian subsidi pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah yang memberikan kewenangan yang lebih kecil
kepada pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan di
daerahnya.

Menurut Widayat Wahyu (1994)


Paling tidak terdapat 7 penyebabnya. Pertama, banyak sumber
pendapatan di kabupaten/kota yang besar, tetapi digali oleh instansi
yang lebih tinggi, misalnya, pajak kendaraan bermotor (PKB), dan pajak
bumi dan bangunan (PBB). Kedua, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemerintah Daerah.
Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak,
retribusi dan pungutan lainnya. Keempat, adanya kebocoran-kebocoran.
Kelima, biaya pungut yang masih tinggi. Keenam, banyak Peraturan
Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan. Ketujuh,
kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.

2. Permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan Pendapatan Asli


Daerah (PAD) relatif masih sama. Meskipun pada tatanan otonomi
daerah yang berlaku saat ini telah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Namun, dalam

7
permasalahan peningkatan PAD masih ditemukan permasalahan yang
sama.
Rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan provinsi
hanya mampu mencapai 37,8% dari total pendapatan daerah masing-
masing. Belum ada daerah yang persentase PAD terhadap pendapatan
daerahnya mencapai 70%. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
daerah belum memperlihatkan kemandiriannya dan masih sangat
tergantung pada bantuan dari pusat untuk membiayai segala kewajiban
terkait dengan pembangunan dan pemerintahan daerahnya masing-
masing.

Penyebab Pertama, umumnya pemerintah daerah belum mampu


mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya. Kedua, sebagian besar
daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah,
retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah
yang dipisahkan sesuai UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah. Ketiga, daerah masih menganggap bahwa
rendahnya pendapatan PAD sebagai akibat dari ruang gerak daerah
yang terbatas untuk mengoptimalkan penerimaan. pajak daerah dan
retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28 Tahun 2009.
Daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi yang masih
dapat diterapkan, tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang.

Keempat, daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak


yang besar masih diatur oleh pusat yaitu Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak rokok. Kelima, adalah kesiapan Sumber
Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas. Disadari
bahwa dengan sistem yang masih belum sepenuhnya terintegrasi,
jumlah SDM untuk dapat melakukan pemungutan pajak dan retribusi
masih sangat kurang. Pemahaman SDM terkait dengan pajak dan
retribusi daerah menjadi penting karena SDM di lapangan harus dapat
memberi penjelasan yang mudah dimengerti masyarakat. Pemahaman
SDM menjadi tombak untuk membangun kesadaran pentingnya

8
membayar pajak dan retribusi dari masyarakat guna menunjang
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, membangun sistem
administrasi yang baik dan upaya melakukan pengawasan yang efektif
tidak terlepas dari ketersediaan anggaran yang dimiliki daerah. Saat ini
dengan melihat kemampuan daerah melalui gambaran PAD, nampaknya
untuk pembiayaan seluruh kegiatan untuk meningkatkan PAD masih
akan terkendala. Daerah arus melakukan pemilihan prioritas kegiatan
yang akan dibiayai lebih awal. Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa
dengan system administrasi pendapatan PAD yang saat ini dimiliki
sebagian besar daerah, akan sulit untuk meningkatkan pendapatan
pajak dan retribusi daerah. Sistem administrasi yang manual dan tidak
terintegrasi akan cenderung menimbulkan kebocoran pendapatan
daerah. Tetapi ada beberapa daerah juga yang sudah bagus dan sudah
mulai menerapkan sistem online yaitu dengan alat yang disediakan
pemerintah daerah yang ditempatkan di restoran-restoran besar dan
terhubung dengan pusat data di Pemda. maka aktivitas transaksi
restoran dapat dipantau secara real time (langsung). Namun diakui,
upaya peningkatan pajak melalui sistem ini memang membutuhkan
investasi pemerintah daerah yang besar.

Keenam, lemahnya pengawasan atas pelaksanaan pemungutan


pajak daerah dan retribusi daerah. Belum efektifnya pengawasan ini juga
terjadi pada pengawasan kinerja pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

3. Upaya mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan


pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, yaitu
menyempurnakan dan mengoptimalkan penerimaan dari pajak daerah
dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan pajak daerah dan
retribusi daerah yang baru. Untuk menempuh kedua cara itu, pemerintah
daerah dapat menyempurnakan perda yang mengatur pajak daerah dan

9
retribusi daerah yang telah ada serta membuat perda baru untuk
menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru.
Karena pajak daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah berdasarakan peraturan perundang-
undangan yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah yang balas jasanyatidak secara langsung diberikan.

Respon yang mungkin diberikan :

1. Menyusun perda baru untuk merespon perubahan ketentuan


penarikan jenis pajak daerah maupun retribusi daerah.
2. Menyusun perda baru untuk merespon dimungkinkannya penarikan
jenis pajak daerah maupun retribusi daerah.
3. Menyusun perda baru untuk merespon perubahan ketentuan yang
disusun oleh pemerintah daerah dengan dilahirkannya perda baru
yang memayungi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Adapun dua cara lainnya untuk mengupayakan peningkatan


Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga maksimal yaitu dengan cara
intensifikasi dan ekstensifikasi. Salah satu wujud nyata dari kegiatan
intensifikasi ini untuk retribusi yaitu menghitung potensi seakurat
mungkin, maka target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara
ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-
sumber objek pajak ataupun dengan menjaring wajib pajak baru.

10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh
dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen
sumber pendapatan daerah bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah
daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas)
yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi
daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari hasil pajak daerah dan
retribusi daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang
menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah maka semakin
rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap
pemerintah pusat.
Peranan pemerintah sangat diperlukan dalam pengelolaan keuangan
daerah agar setiap daerah tersebut lebih bisa mengendalikan
pengeluaran dan pemasukan yang diterima dari daerah tersebut.
Pemerintah perlu melakukan identifikasi permasalahan, kelemahan,
kekuatan, peluang dan tantangan dalam sisem dan prosedur
penerimaan pajak daerah. Hal ini menjadi penting sebagai pondasi awal
dalam membuat perencanaan program peningkatan pendapatan asli
daerah, khususnya dari pajak daerah.

11
REFERENSI PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_Asli_Daerah
http://muchtareffendiharahap.blogspot.com/2017/02/masalah-pendapatan-
daerah-dki-jakarta.html?m=1
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-74.pdf
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/881/mod_resource/content/2/Metode
%20Peningkatan%20PAD%2020160903.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai