PRAKTIK LABORATORIUM
MATA KULIAH ILMU BIOMEDIK DASAR
Panduan praktikum fisika dan biologi ini akan mengajak kepada peserta pendidikan untuk
dapat memahami mekanisme kerja peralatan dan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan kaidah fungsi tubuh manusia. Sebenarnya tindakan keperawatan dan peralatan
sudah sering kita gunakan/terapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehari-hari,
namun kali ini kita akan lebih mengkaji mekanisme kerja dari prosedur tersebut. Sehingga
dengan lebih mengetahui bahkan memahami mekanisme kerja peralatan maupun
mekanisme kerja tindakan kita yang diperoleh dari kegiatan praktikum laboratorium dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan lebih baik kepada klien kita.
Secara garis besar panduan praktikum fisika dan biologi ini disusun berdasarkan kebutuhan
praktikum dalam menerapkan ilmu keperawatan. Penyusunan panduan praktikum fisika
dan biologi ini terdiri dari beberapa topik sebagai berikut: Pemeriksaan Penglihatan,
Pemeriksaan Kekuatan Otot, Pemeriksaan Golongan Darah, Pemeriksaan Pendengaran
Bioakustik, Pemeriksaan Reduksi Urine, Pemeriksaan Protein Urine, Pemeriksaan
Hemoglobin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran pratikum laboraorium ini diharapkan mahasiswa
mampu melakukan tindakan pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan anatomi dan
fisiologi tubuh manusia.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pengajaran pratikum laboratium kelas ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan prosedur pemeriksaan visus (30-30-36)
b. Melakukan prosedur pemeriksaan pendengaran (30-30-36)
c. Melakukan prosedur pemeriksaan kekuatan otot (30-30-36)
d. Melakukan prosedur pemeriksaan urine (48) (24:24) Kamis dan Jumat
e. Melakukan prosedur pemeriksaan darah (48) (24:24) Kamis dan Jumat
D. Peserta
Mahasiswa tingkat 1 semester 1 Tahun Akademik 2021 / 2022 yang berjumlah oleh 96
orang ( daftar mahasiswa terlampir )
E. Pembimbing
Adapun pembimbing dalam pengajaran pratikum laboratorium IBD adalah sebagai berikut
:
1. Ihsan Taufiq, M.Kep
2. Fajar Desma Wahyudi, Ns. S.Kep
3. Retno Puji Hastuti, M.Kep
4. Biantara, SST
G. Strategi
Peserta didik
1. Mahasiswa telah dilakukan pembekalan sebelum partikum secara daring/luring
2. Mahasiswa telah mempelajari SOP pratikum (tatap muka) yang direncanakan
3. Mahasiswa mengisi daftar hadir yang sudah disediakan
4. Mahasiswa mengikuti dan menyimak demonstrasi yang dilakukan oleh dosen /PLP
5. Mahasiswa melakukan redemonstrasi sesuai SOP
6. Mahasiswa mendapatkan bimbingan dan evaluasi dari dosen / PLP
Dosen / PLP
1. Membimbing mahasiswa sesuai dengan tindakan yang dilakukan
2. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa
3. Mengisi daftar hadir bimbingan
4. Melaksanakan bimbingan sesuai dengan kelompok yang sudah ditetapkan
5. Menilai praktek mahasiswa bimbingan
H. Metode Bimbingan
Setiap mahasiswa akan dibimbing oleh dosen/PLP untuk melakukan tindakan
keperawatan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan metode
demonstrasi, Tanya jawab dan evaluasi
I. Evaluasi
Setiap prosedur tindakan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa akan dberikan
penilaian oleh dosen/PLP dengan menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Mengetahui
Kotabumi, 22 September 2021
Prodi Keperawatan Kotabumi
Ketua, Koor. MK IBD
KELOMPOK SENIN
KELOMPOK SELASA
NO NAMA NIM
PUKUL 08.00 – 12.00 WIB
1 ACHMAD NABIL 2114471049
2 ADAM MAHARDIKA 2114471050
3 AMELIA 2114471051
4 ANNISA TRI ANDANI 2114471052
5 APTA HIKMAL MAULANA 2114471053
6 ARDESTA ASA SURDJANI 2114471054
7 DESTRI PUSPITA SARI 2114471055
8 DHIKI RAMADHANI SUGA 2114471056
9 DINDA ANNISA 2114471057
10 ELIVA INDRIANI 2114471058
11 EVI MARLINA BR. SIMAMORA 2114471059
12 FAQIH YUDHA FERNANDA 2114471060
13 FARHAN BRILIAN 2114471061
14 FIRMAN PUTRA RIZKY PRATAMA 2114471062
15 HANI AGUSTINA 2114471063
16 HOLDA APRIDA 2114471064
17 INDAH NURIAH ANDANI 2114471065
18 INTAN APRILYANI 2114471066
19 INTAN RAHMA TARMIZI 2114471067
20 LIA ANGGRAINI DEWI 2114471068
21 MIFTAHUL HIDAYAT 2114471069
22 NADIA SYIFA AMELIYYA 2114471070
23 NASRUL ANIZAR 2114471071
24 NENI EMILIANA 2114471072
PUKUL 13.00 – 16.00 WIB
25 NILA SARI 2114471073
26 NINA SURYANI 2114471074
27 NUR AZZIZAH SUSILOWATI 2114471075
28 NURLELI CIKITA AMZA 2114471076
29 NURUL FIRDAYANTI 2114471077
30 PASCAL BRAMASTA EDO PRATAMA 2114471078
31 PUTRI AURA DEWANTI 2114471079
32 RENI PRASTIKA DEWI 2114471080
33 RISKA JAYA RIANTINA 2114471081
34 ROY AHMAD WAHYU PERMANA 2114471082
35 SALMA 2114471083
36 SILMI ATIKA UTAMI 2114471084
37 SISI ARDELIA 2114471085
38 TAUFIK ANGGARA 2114471086
39 TOHIR BUDIMAN 2114471087
40 VIRA AYU SAFITRI 2114471088
41 YOLA AGNESIA 2114471089
42 YULIA ANTIKA SARI 2114471090
43 ZHAFIRA ANINDYA 2114471091
44 ZIKRU FATHURRAHMAN 2114471092
45 AS-SYIFA YULI AGUSTYA 2114471093
46 DITA FARADILA 2114471094
47 NURMALA 2114471095
48 ANGGUN FEBRIYANTI 2114471096
Nama :
Alamat :
Orang Tua/ Wali :
HP orang tua :
Dengan ini menyatakan Keberatan/ Tidak Keberawatan anak saya datang ke Kampus Prodi
Keperawatan Kotabumi untuk mengikuti kegiatan Pembelajaran Praktikum Mata Kuliah Ilmu
Biomedik Dasar ( IBD) pada tanggal…………
Mengetahui
(……………………………)
TATA TERTIB PERKULIAHAN
A. Ketentuan Umum
1. Mahasiswa wajib dalam keadaan sehat untuk mengikuti perkuliahan praktik
laboratorium.
2. Mahasiswa dengan salah satu dari keluhan demam, batuk, ataupun sakit
tenggorokan diwajibkan melapor kepada dosen pengajar dan memeriksakan
diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
3. Mahasiswa wajib mengenakan masker dengan benar, menjaga jarak fisik
minimal 1,5 meter dan menghindari kontak fisik.
4. Menggunakan pakaian pelindung (jaket atau kemeja lengan panjang) selama
perjalanan menuju ke kampus ataupun saat pulang.
5. Mahasiswa membawa masker cadangan, hand sanitizer, bekal makanan dan
minuman dari rumah, alas kaki khusus yang akan digunakan di dalam
laboratorium, kantong plastik dan peralatan ibadah sendiri.
A. Tujuan
Menetapkan kadar gula dalam urine secara kuantitatif
C. Prosedur pelaksanaan
1. Campurlah dalam tabung reaksi 2,5 mL larulan benedict dan 4 tetes urine
2. Panaskan tabung reaksi tadi selama 5 menit dalam penangas air mendidih atau didihkan
langsung selama 2 menit menit memakai alat pemanas
3. Dinginkan perlahan – lahan
4. Perhatikan endapan atau warna yang terbentuk
Warna Penilaian Konsentrasi
Biru / hijau keruh - -
Hijau / hijau kekuningan +1 < 0,5 %
Kuning kehijauan / kuning +2 0,5 – 1,0%
Jingga +3 1,0 – 2,0%
Merah +4 >2%
D. Hasil percobaan
Uji Bnedict semikuantitatif Warna Penilaian Konsentrasi
Urine normal
Urine mengandung glukosa 0,3%
Urine mengandung glukosa 1%
Urine mengandung gluukosa 5%
E. Kesimpulan
Pertanyaan
Selain glukosa, apakah fruktosa, galaktosa, sukrosa, laktosa, dan maltose member hasil positif
pada uji benedict? Mengapa?
Kotabumi, ………………………………
Instruktur Praktikan
_________________________ ______________________
NIM. …………………….
Pemeriksaan Protein Urine
Tujuan: untuk mengidentifikasi apakah terdapat protein dalam urine atau tidak.
Langkah/Prosedur
1. Pembuatan reagen asam asetat 10%
2. Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya
3. Didihkan selama 1-2 menit
4. Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat atau albumin
5. Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih,
amati
Standar Hasil
No Pengamatan hasil Simbol
1 Tidak ada kekeruhan (-)
2 Kekeruhan sedikit sekali (+)
3 Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg %
4 Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg %
5 Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg %
6 Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %
Penilaian
- : tidak ada kekeruhan
+ : kekeruhan ringan (seperti awan) tanpa butir (kadar protein 0,01-0,05%)
++ : kekeruhan mudah diilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan (0,05-0,2%)
+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2-0,5%)
++++ : urin sangat keruh dan berkeping-keping besar atau bergumpal-gumpal (>0,5%)
Pemeriksaan Keterangan
Warna
Endapan
Kesimpulan
Pertanyaan
Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna dan terbentuknya endapan pada urine
yang mengandung protein?
Kotabumi, ………………………………
Instruktur Praktikan
_________________________ ______________________
NIM. …………………….
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN (Hb) DARAH
A. Tujuan
Mengetahui kadar Hb dalam darah
C. Prosedur pelaksanaan
1. Masukkan larutan HCl 0,1% ke dalam tabung Sahli sampai dengan garis 2 ( ± 5 tetes )
2. Isapkan darah dengan pipet Sahli sebanyak 20 IU, kemudian masukkan ke dalam tabung Sahli
yang telah berisi larutan HCl 0,1 N
3. Aduk dengan batang pengaduk sampai dengan membentuk hematin asam yang berwaarna
coklat tua
4. Tambahkan tetes demi tetes aquades, aduk dengan batang pengaduk sampai dengan
warnanta sama dengan warna standar
5. Bacalah kadar Hb dengan satuan gr/dL
Hal yang harus diperhatikan
a. Alat bersih dan kering
b. Darah dipipet harus tepat 20 IU
c. Standarisasi warna sampel terhadap standar
D. Hasil percobaan
Tabung Sahli 1
HCl 0,1 N 5 tetes
Darah 20 IU
Aquades Beberapa tetes sampai dengan warna sisi standar
Hasil
E. Kesimpulan
Kotabumi, ………………………………
Instruktur Praktikan
_________________________ ______________________
NIM. …………………….
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
A. Tujuan
Mengetahui jenis golongan darah seseorang
C. Prosedur pelaksanaan
1. Persiapkan pasien
2. Desinfeksi area penusukan dengan kapas alcohol
3. Pasang lancet pada pen, atur kedalaman, tusukkan pen
4. Taruhlah satu tets darah pada kolom anti A, Anti B, anti AB dan anti rhesus pada kartu
golongan darah
5. Tambahkan antisera A pada darah yang ada di kolom anti A, antisera B paada kolon anti B,
antisera AB pada kolom anti AB, antisera rhesus pada kolom anti rhesus
6. Campur masing-masing antisera dengan lidi
7. Goyangkan kartu golongan darah dengan membuat lingkaran
8. Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata telanjang, benarkan dengan mikroskop
D. Hasil pemeriksaan
Anti A Anti B Anti AB Golongan darah
- - - O
+ - + A
- - + B
+ + + AB
PERHATIAN:
Membaca hasil tidak boleh lebih dari 1 menit
Aglutinasi harus jelas terlihat pada waktu pembentukan golongan darah
E. Kesimpulan
Pertanyaan
Apakah jenis golongan darah anda? Apa alasannya?
Kotabumi, ………………………………
Instruktur Praktikan
_______________________ ______________________
NIM. …………………….
PEMERIKSAAN PENGLIHATAN
Kompetensi khusus :
Setelah mempelajari prosedur pemeriksaan penglihatan, diharapkan Saudara mampu :
1. Melakukan pemeriksaan penglihatan
2. Membedakan visus
PERSIAPAN
1. Kartu Snellen
2. Penutup mata
3. Lembar observasi/ Alat tulis
Cara memeriksa
1. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi atau
sejajar dengan mata pasien.
2. Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata normal dapat
melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bilamana
berjarak 6 m, berarti visus Pastikan cahaya harus cukup normalnya 6/6. Satuan selain
meter ada kaki = 20/20
3. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.
4. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
a. Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka
tidak usah membaca pada baris berikutnya => artinya mata normal/ visus
normal
b. Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal,
maka cek pada 1 baris tersebut
1) Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 1.
2) Bila tidak dapat membaca 2 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 2.
3) Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada,
berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat
dibaca.
4) Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada
baris di atasnya.
c. Bila terdapat penurunan/ tidak ada kemajuan visus, maka cek dengan
menggunakan pin hole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
1) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi
2) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan
kelainan refraksi
Membaca Hasil pemeriksaan Snellen Chart
1. Visus normal orang adalah 20/20 (dalam feet) atau 6/6 (dalam meter).
2. Jika penderita hanya bisa melihat 3 huruf dari 6 huruf (50%) maka dianggap pada baris
tersebut belum lolos atau visus nya 6/12 meter (sebagai contoh tidak lulus dari baris
6 maka dianggap visusnya bisa melihat pada baris 5).
3. Semisal lebih dari 3 huruf (lebih dari 50%) maka visusnya dianggap lolos atau visusnya
6/9 meter (sebagai contoh lulus dari baris 6 maka dianggap visusnya bisa melihat pada
baris 6). Bisa dikatakan juga, semisal penderita hanya bisa melihat 3 huruf dari 6 huruf
atau 50% (baris 6) maka visus ditulis 6/12 meter plus 3 atau visus 6/9 meter false 3.
4. Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari.
Prosedur kerja
Metode 1:
a. Bunyikan garputala 512 Hz secara lunak lalu tempatkan tangkai garputala tegak lurus
pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus).
b. Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan di depan
meatus akustikus eksternus pasien.
c. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya Tes Rinne negative
jika pasien tidak dapat mendengarnya
Metode 2:
a. Bunyikan garputala 512 Hz secara lunak lalu tempatkan tangkai garputala tegak lurus
pada planum mastoid pasien
b. Segera pindahkan garputala di depan meatus akustikus eksternus.
c. Tanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala di depan meatus akustikus eksternus
d. lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid).
e. Tes Rinne positif jika pasien mendengar di depan negati akustikus eksternus lebih keras.
Sebaliknya Tes Rinne negative jika pasien mendengar di depan meatus akustikus
eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Test Schwabach
Membandingkan daya transpor melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)
dengan probandus.
Prinsip Kerja
1. Getarkan penala berfrekuensi 512 seperti cara di atas
2. Tekankan ujung tangkai penala opada prosesus mastoideus salah sati telinga OP
3. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungan bunyi menghilang
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksaan memindahkan penala dari prosesus
mastoiudeus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila dengungan penala masih dapat
didengar oleh pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah
▪ SNHL
▪ SCHWABACH MEMENDEK (BC penderita kecil/pendek BC pemeriksa)
Prosedur kerja
1. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala
probandus.
2. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan
akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi.
3. Pada saat garputala tidak mendengar suara garpu tala, maka penguji akan segera
memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman
pendengarannya (pembanding).
4. Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi: akan mendengar suara, atau tidak
mendengar suara.
HASIL PEMERIKSAAN
Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak terdengar oleh
pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHAWBACH NORMAL ATAU SCHWABACH
MEMANJANG. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
a. Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula – mula ditekankan ke prosesus
mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi dengungan
b. Kemudian, ujung tangkai penala seger aditekankan ke prosesus mastoideus OP
c. Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan ialah CHL
SCHWABACH MEMANJANG (BC penderita lebih panjang dari BC pemeriksa).
d. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, huga tidak dapat
didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH NORMAL (BC penderita
= BC pemeriksa)
e. Tujuan peneriksaan pendengarann dengan penala adalah : untuk membedakan jenis
tuli pada pasien, yaitu :
a. Tuli syaraf (tuli perseptif)/sensorineural hearing loss (SNHL)
b. Tuli hantaran (tuli konduktif)/conductive hearing loss (CHL)
Tes WEBER
Tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.
Prosedur kerja
1. Cara kita melakukan Test Weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu
tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horisontal.
2. Tanyakan ke pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika
telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
3. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar
maka berarti tidak ada lateralisasi.
4. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan
terdengar di seluruh bagian kepala.
Hasil
Aural dextra/telinga kanan (AD), aural sinistra (AS)
1. AD = AS -- Normal AD/AS
2. AD lebih keras dari AS -- LATERALISASI KANAN – CHL AD/SNHL AS
3. AD lebih kecil dari AS -- LATERALISASI KIRI – CHL AS/SNHL AD
PROSEDUR PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL EKSTREMITAS
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti pratikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan pada muskuloskeletal.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan pratikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan pemeriksaan otot
b. Melakukan pemeriksaan tulang
c. Melakukan pemeriksaan tendon
d. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan
Skala kekuatan otot :
No Tindakan Nilai
0 1 2
1 Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Pengaris
3. Bulpen
4. Lembaran dokumentasi
2 Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur