Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi Smart Governance


Smart governance adalah sebuah tata kelola pemerintahan yang cerdas. Yang
bertujuan untuk mewujudkan tata kelola dan tata pamong pemerintahan daerah yang baik
dan terus berupaya meningkatkan kualitas kinerja birokrasi melalui inovasi dan
pemanfaatan teknologi.

Penerapan tata kelola pemerintahan cerdas (Smart Governance) antara lain :

1) Menyediakan sumber daya manusia dengan kuantitas dan kualitas yang memadai
kebutuhan pelayanan publik,
2) Meningkatkan keterlibatan dan sinergi Masyarakat dan pemerintah dalam
perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan pembangunan,
3) Melaksanakan perbaikan secara kontinu atas kinerja pelayanan publik melalui
rekayasa ulang proses bisnis yang efektif, efisien, dan komunikatif, serta optimalisasi
sistem pelayanan publik daring yang terintegrasi dan transparan,
4) Mengoptimalkan penerapan dan pengembangan sistem pemerintahan berbasis
elektronik dengan berfokus pada pengintegrasian data dan interoperabilitas sistem
menggunakan teknologi yang terjamin keberlangsungannya, dan
5) Menerapkan sistem satu data yang terbuka, lengkap, akurat, dan terstandarisasi,
dengan melibatkan pemangku kepentingan selaku walidata dan memperhatikan
aspek keamanan informasi dalam hal kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan,
sebagai mesin pendorong kinerja pelayanan publik dan aparatur serta peningkatan
kualitas analisa pengambilan keputusan/kebijakan.
Adapun target dari smart governance ini adalah mewujudkan tata kelola birokrasi
pemerintahan yang cerdas (Smart Bureucracy), meningkatkan kualitas layanan publik
(Smart Public Service), mewujudkan efisiensi kebijakan public (Public Policy).

Smart ASN harus mampu mewujudkan smart governance yang beradaptasi dengan
fenomena VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity), sesuai dengan arah
perubahan pengembangan kompetensi yaitu dari analog ke digital, pedagogy ke
heutagogy. VUCA menggambarkan situasi lingkungan yang serba tidak pasti fluktuatif,
kompleks, sulit diprediksi dan kebenaran realitas bersifat subjektif. Sebagai respon
terhadap hal tersebut penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan menjadi cara yang
banyak dipilih organisasi. Penyesuaian diri dilakukan perubahan secara produktif, dan
melakukan inovasi.
B. Identifikasi Isu
Adapun Isu - Isu yang atau permasalahan pada Dinas PUPR Kabupaten Banggai terkait
fenomena Smart Governance.
1. Belum tersedianya Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE)/e-surat, yang memudahkan
siapa saja bisa mengirim surel tanpa harus bertemu/tatap muka secara langsung.
2. Belum tersedianya e-Arsip untuk pengelolaan arsip dinamis dan statis.
3. Belum Optimalnya penggunaan aplikasi Geoportal untuk meningkatkan kualitas
penataan ruang dan data spasial
4. Belum adanya command center sebagai tempat pemantauan terpadu berbagai
pelayanan publik seperti pengaduan banjir yang terjadi dibeberapa daerah di
kabupaten Banggai berbasis digital.
5. Belum tersedianya Updating regulasi terkait sempadan sungai perkotaan maupun
sempadan pantai sebagai turunan dari Peraturan Menteri PUPR.

C. Keterkaitan Isu dengan Smart Governance dan Agenda III (Manajemen ASN dan
Smart ASN)
1. Smart Bureucracy
a) Smart Bureucracy memudahkan dalam penyelenggaran kegiatan pemerintah
seperti surat menyurat. Dalam hal ini smart ASN harus memiliki inovasi terkait Tata
Naskah Dinas Elektronik (TNDE)/e-surat sehingga dapat memudahkan siapa saja
dalam mengirim surel tanpa harus bertemu/tatap muka secara langsung.
b) e-arsip perlu dikelola secara digital sehingga dapat menghemat penggunaan
kertas, namun dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
c) Perlu dilakukan optimalisasi penggunaan aplikasi Geoportal untuk meningkatkan
kualitas penataan ruang dan data spasial.
2. Smart Public Service
Peran ASN salah satunya adalah sebagai pelayan publik. Dibutuhkan pelayanan
command center (terpusat), digital, secara terpadu seperti e-dumas (Aplikasi
Pengaduan Masyarakat secara Elektronik). Aplikasi ini berbasis web application yang
terpadu, kompherehensif, sehingga dapat diakses dimana saja dan kapan saja
(localhost/internet/maupun website/internet). Aplikasi ini baik diterapkan di Kabupaten
Banggai khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai sarana
pengaduan masyarakat yang efisien dan efektif serta user friendly sehingga
memudahkan penggunanya dalam melakukan pengaduan. Aplikasi ini juga mampu
memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam meningkatkan pelayanan
publik. Contoh pengaduan yang dapat dilaporkan adalah kejadian bencana seperti
tanah longsor, banjir, abrasi pantai dsb.
3. Public Policy
Sebagai ASN yang memiliki peran sebagai pelaksana kebijakan publik harus mampu
melaksanakan kebijakan yang diberikan pemerintah baik pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. ASN sebagai perpanjangan tangan pemerintah diharap mampu
memberi masukan kepada pemerintah terkait updating regulasi sebagai turunan dari
Peraturan Pemerintah/Peraturan Menteri. Saat ini Peraturan Pemerintah Daerah
tentang sempadan sungai perkotaan maupun sempadan pantai belum tersedia. Hal
ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pembangunan terus menerus
disempadan sungai maupun pantai yang akan berakibat fatal jika bencana
banjir/abrasi pantai terjadi.

Anda mungkin juga menyukai