Anda di halaman 1dari 19

Policy Paper

Penguatan Governability
dalam Pengelolaan Dana Desa

Tim Penyusun:
Heru Cahyono
R. Siti Zuhro
Moch. Nurhasim
Agus R. Rahman
Nyimas Latifah Letty Aziz

Pusat Penelitian Politik (P2 Politik)


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Jakarta, 2019
Policy Paper

Penguatan Governability
dalam Pengelolaan Dana Desa

Tim Penyusun:

Heru Cahyono
R. Siti Zuhro
Moch. Nurhasim
Agus R. Rahman
Nyimas Latifah Letty Aziz

ISBN: 978-602-5991-22-6
Desain Cover dan Isi: Anggih Tangkas Wibowo
iv + 14 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, 2019
© Pusat Penelitian Politik - LIPI, 2019

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik - LIPI)
Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XI dan III
Jl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIA
Tlp./fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id
Twitter: @PolitikLIPI
DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................. iii

Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa ................... 1


A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Existing Conditions…………………………………….................................... 2
C. Problematika............................................................................................... 3
D. Solusi............................................................................................................ 5
E. Operasionalisasi Strategi.......................................................................... 7
F. Rekomendasi ............................................................................................. 8
Daftar Pustaka................................................................................................... 10
Policy Paper

PENGUATAN GOVERNABILITY
DALAM PENGELOLAAN DANA DESA

A. LATAR BELAKANG kapasitas pemerintah desa yang berjalan

U
simultan dibarengi dengan penguatan
U No.6 Tahun 2014 tentang
demokrasi di tingkat desa, sehingga
Desa telah mengamanatkan
memungkinkan terjadinya proses
dana desa yang besarnya sekitar
pengelolaan dana desa yang partisipatif--
satu miliar rupiah bagi 74.958 desa di
-melibatkan semua warga desa mulai dari
seluruh Indonesia, sebagai salah satu
proses perencanaan sampai pengawasan
upaya untuk melakukan perubahan desa
sehingga akuntabilitas pengelolaan
agar dapat meraih kemajuan lebih baik.
keuangan desa bisa diwujudkan. Pada
Awal Juli 2015 dana desa mulai turun,
akhirnya, diharapkan implementasi UU
dan dari tahun ke tahun dana tersebut
Desa dan pengucuran dana desa dapat
terus meningkat. Total anggaran dana
memecahkan permasalahan kemiskinan
desa yang digelontorkan pemerintah
di pedesaan.
hingga tahun 2017 mencapai Rp127,74
triliun bagi desa di seluruh Indonesia. Penguatan kapasitas pemerintahan
desa dalam hal ini memiliki sejumlah
Sesungguhnya melalui UU No.
indikator, pertama, secara institusional
6 Tahun 2014, desa memperoleh
seberapa jauh pemerintah desa mampu
kesempatan besar untuk mengurus tata
menjalankan fungsinya secara efektif,
pemerintahan sendiri dan pelaksanaan
efisien, dan berkelanjutan, baik dalam
pembangunan untuk meningkatkan
menyelenggarakan perencanaan,
kesejahteraan masyarakat. Besarnya peran
melaksanakan pembangunan dan
yang diterima oleh desa, tentu disertai
penguatan kompetensi administratif,
tanggung jawab yang besar pula. Oleh
SDM, kepemimpinan, pengelolaan
karena itu, pemerintah desa harus bisa
anggaran; dan kedua, secara komunitas,
menerapkan prinsip akuntabilitas dalam
bagaimana pemerintahan desa
tata pemerintahannya, di mana semua akhir
mampu melakukan fungsi pembinaan
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan
desa dapat dipertanggungjawabkan sesuai
masyarakat, sehingga mewujudkan
dengan ketentuan.
pemerintahan desa yang akomodatif,
Tantangan implementasi  UU aspiratif, dan partisipatif.
No.6/2014 tentang Desa  meliputi
bagaimana melakukan penguatan

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 1


Sementara indikator penguatan B. EXISTING CONDITIONS
demokrasi dalam rangka implementasi
Setelah tiga tahun Dana Desa berjalan,
dana desa meliputi seberapa jauh
sejumlah desa diketahui telah mulai
tersedia informasi yang transparan
mampu mengubah diri, khususnya bagi
kepada warga desa tentang dana desa dan
desa-desa yang berhasil memanfaatkan
pengelolaannya; bagaimana kesadaran
dana relatif besar untuk melakukan
masyarakat dalam berpartisipasi dalam
sejumlah langkah inovatif guna
pembangunan yang menggunakan dana
mempercepat dan mengefektifkan
desa; seberapa jauh masyarakat ikut
penggunaan dana desa, termasuk untuk
mempengaruhi dan ambil bagian dalam
mengatasi secara mandiri berbagai
proses pembuatan keputusan/kebijakan
persoalan pembangunan di desa yang ide-
terkait pengelolaan dana desa; seberapa
ide dan upayanya datang dari masyarakat
jauh masyarakat mendapat ruang untuk
maupun pemerintah desa.
ambil bagian pada proses merancang,
memutuskan, dan melaksanakan Akan tetapi, di samping cerita
program-program yang didanai oleh menggembirakan, tidak sedikit
dana desa; serta seberapa sikap tanggap permasalahan yang masih mengemuka
pemerintah terhadap keinginan warganya menyangkut pengelolaan dana desa, salah
dalam pengelolaan dana desa; apakah satunya menyangkut merebaknya kasus
warga dapat mengawasi jalannya proses penyimpangan dana desa. Berita-berita
pengambilan kebijakan; bagaimana seputar korupsi kepala desa menjadi
pengawasan rakyat desa maupun semacam rutinitas yang menghiasi media
lembaga formal desa terhadap jalannya massa kita belakangan ini semenjak dana
pemerintahan desa, khususnya terkait desa diluncurkan. Satu per satu kepala
pengelolaan dana desa. desa dan atau aparat desa tersangkut
kasus korupsi dana desa. Hingga akhir
Dari permasalahan di atas, kajian
tahun 2017 telah ada 900 kepala desa di
ini difokuskan pada pengelolaan dana
seluruh Indonesia yang tersangkut kasus
desa: sebuah studi dari sisi demokrasi
penyalahgunaan anggaran dana desa.
dan kapasitas pemerintahan desa untuk
menggambarkan dan menganalisa Besarnya kewenangan desa dan
tentang praktik demokrasi desa pasca kepala desa di satu pihak memberi peluang
UU No.6 Tahun 2014, khususnya terkait bagi upaya mendorong tumbuh dan
pengelolaan dana desa. Selain itu, kajian berkembangnya otonomi desa, namun
ini juga menggambarkan dan menganalisa di sisi lain menjadi semacam “musibah”
tentang kapasitas pemerintahan desa dan lantaran tidak disertai pengelolaan yang
SDM di desa dalam pengelolaan dana baik. Tidak dikelolanya dana dengan baik
desa. menunjukkan bagaimana pengucuran
Dana Desa yang berlimpah belum diikuti
oleh penguatan aspek good governance di
desa dan penguatan sumber daya manusia
pada pemerintahan desa.

2 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -


C. PROBLEMATIKA dan Kemendes-PDTT. Ini menyusul
terbitnya Peraturan Presiden RI No. 11
Pengelolaan dana desa terbentur pada
Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam
problematika mendasar mengenai amat
Negeri dan Peraturan Presiden No.12
lemahnya sumber daya manusia dari para
tentang Kementerian Desa Pembangunan
perangkat desa. Hal yang paling menonjol
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang
ialah kelemahan dalam kemampuan
merupakan akar masalah dalam aspek
teknologi informasi (TI) serta dalam
regulasi. Tanpa disadari ini menyertakan
perencanaan dan pelaksanaan proyek
dualisme hingga saat ini, yang
infrastruktur yang didanai oleh Dana
berimplikasi pada timbulnya berbagai
Desa. Banyak perangkat desa yang rata-
kebijakan dan kepentingan yang berbeda-
rata hanya berpendidikan SMP atau SMA
beda antara masing-masing Kementerian
tidak mampu membuat rencana anggaran
tersebut, yang pada gilirannya membawa
biaya (RAB), padahal pembangunan
kebingungan di tingkat pelaksanaan di
infrastruktur membutuhkan perencanaan
daerah maupun di desa sendiri, tatkala
yang baik. Belum lagi, bila kita berbicara
muncul regulasi teknis yang saling tidak
harus ada gambar-gambar fisik yang tentu
sinkron.
memerlukan keahlian khusus untuk dapat
membuatnya dengan baik. Sejumlah kabupaten diketahui
mengalami “kebingungan” akibat
Dalam kondisi lemahnya sumber
adanya dualisme yang muncul akibat
daya manusia dan kapasitas organisasi di
kebijakan khusus aturan teknis yang
desa maka pengucuran dana yang begitu
saling tidak sinkron antara Kemendagri
besar untuk dikelola langsung oleh desa,
dan Kemendes-PDTT. Sejauh ini pihak
kurang akan membawa dampak signifikan
kabupaten masih mengalami kebingungan
bagi upaya mengentaskan kemiskinan di
menyangkut sisi kewenangan desa, karena
desa dan membuat desa menjadi berdaya
Kemendagri atau Kemendes-PDTT
dan mandiri.
masing-masing mengeluarkan pedoman/
Permasalahan Dana Desa juga aturan teknis sendiri-sendiri. Begitu pula
disebabkan oleh aspek aspek aturan dengan aturan mengenai Badan Usaha
teknis yang masih membingungkan dan Milik Desa (BUMDes) bahwa setelah
terlambat turun. Dari sisi aturan terdapat keluarnya UU No.6/2014 tentang Desa
kelemahan sedari awal ketika semacam yang di dalamnya mengatur tentang
perebutan kewenangan yang berujung BUMDes (pasal 87 dan 88) kemudian
pada tumpang tindih kewenangan diterbitkan PP No.43/2014, akan
antara Kemendagri dengan Kemendes- tetapi ketentuan lebih lanjut mengenai
PDTT. Empat lingkup pembahasan pendirian pengurusan dan pengelolaan
yang terdapat dalam UU Desa yakni serta pembubaran BUMDes diatur
terkait pemerintahan, pemberdayaan dengan Peraturan Menteri. Sebelumnya
masyarakat, pembangunan, dan pengaturan tentang BUMDes diatur atau
pembinaan kemasyarakatan; seakan- di bawah Kementerian Dalam Negeri RI
akan kemudian dibagi dua begitu saja melalui Permendagri No.39 Tahun 2010
yakni menjadi kewenangan Kemendagri tentang Badan Usaha Milik Desa. Akan

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 3


tetapi, kemudian Kemendes menerbitkan Sejumlah prinsip dari good governance,
pula Permendes-PDTT No.4 Tahun pada dasarnya adalah kebalikan dari
2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan praktik pemerintahan yang buruk antara
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan lain adalah: tidak adanya pemisahan
Usaha Milik Desa. yang jelas antara kekayaan dan sumber
kekayaan milik rakyat dan milik pribadi;
Belum pahamnya dan kebingungan
tidak adanya aturan hukum yang jelas dan
pihak kabupaten atas aturan-aturan
sikap pemerintah yang tidak kondusif
teknis yang ada ini, juga dianggap sebagai
untuk pembangunan; adanya regulasi
akibat terlalu cepatnya turun Dana Desa
yang berlebihan (over regulation) sehingga
pada tahun 2015. Pemerintah terlalu
menyebabkan “ekonomi biaya tinggi”;
terburu-buru menurunkan dana desa,
prioritas pembangunan yang tidak
sebelum aturan-aturan di bawah UU
konsisten; dan tidak adanya transparansi
telah disiapkan dengan matang, baik itu
dalam pengambilan keputusan.
berupa PP, Perpres, maupun Permennya
betul-betul siap. Demikian pula, perlu Untuk menerapkan prinsip-prinsip
waktu bagi daerah memahami aturan- di atas salah satu syaratnya membutuhkan
aturan dan petunjuk teknis yang ada, suatu civil society yang kuat, yang dapat
agar kabupaten dapat mengeluarkan dicapai melalui penerapan demokrasi
Perda atau Perbupnya untuk memayungi deliberatif. Deliberatif sendiri mengacu
kegiatan dana desa di desa wilayahnya. pada bagaimana demokrasi dapat
Namun yang terjadi justru turunnya mencapai sebuah konsensus bersama.
aturan-aturan yang berubah-ubah, amat Setiap gagasan atau kebijakan publik
menyulitkan daerah di dalam menyiapkan harus dikonsultasikan kepada publik
dasar hukumnya di tingkat kabupaten, secara luas. Model ‘demokrasi deliberatif ’
karena harus menyesuaikan dengan menekankan pentingnya aspek
perubahan-perubahan yang terjadi. ‘kolektivitas’ dalam proses pengambilan
keputusan, di samping juga menekankan
Salah satu aspek dari kebijakan
unsur ‘permufakatan’ sebagai landasan
dana desa di Indonesia tidak dapat
diputuskannya sebuah pilihan kebijakan.
dilepaskan dari upaya pemerintah untuk
Dua unsur pokok demokrasi deliberatif
mendorong praktik good governance,
-- kolektivitas dan permufakatan--
dan bukan bad governance dalam
dipandang relevan dengan karakteristik
penyelenggaraan pemerintahan di desa.
dan perwatakan sosial masyarakat desa
Tata kelola pemerintahan yang baik
pada umumnya.
antara lain dapat dimaknai sebagai proses
di mana kekuasaan dijalankan secara Terdapat kaitan antara demokrasi
terbuka, transparan, akuntabel. Agar dengan pengembangan kapasitas desa.
tata kelola pemerintahan yang baik dapat Masyarakat yang telah terberdaya akan
tercapai, diperlukan sekurang-kurangnya menjadi variable yang menentukan bagi
sembilan kriteria, yaitu: partisipasi, pengembangan kapasitas desa, begitu
aturan hukum, transparansi, responsif, pula sebaliknya kapasitas desa yang baik
konsensus, kesetaraan, efektif dan akan memainkan perannya di dalam
efisien, akuntabilitas, dan visi strategis. pemberdayaan masyarakat dan demokrasi
di desa.

4 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -


Persoalannya terletak bagaimana • Gaya Kepemimpinan
menumbuhkan sumber daya desa yang Kendati UU Desa No.6 Tahun
bersinergi dengan peningkatan kapasitas 2014 sesungguhnya telah
kemampuan desa. Pada intinya upaya cukup kental dengan nuansa
untuk memberdayakan masyarakat demokrasi deliberatif, akan
desa perlu strategi yang lebih holistik, tetapi pada praktiknya desa-desa
dalam kerangka untuk memberdayakan tertentu masih menerapkan pola
komunitas di tingkat desa, sehingga kepemimpinan yang masih amat
meletakkan pembangunan pada jauh dari tuntutan demokrasi
masyarakat (masyarakat menjadi subyek deliberatif itu sendiri. Kepala
dan bukan obyek pembangunan). Desa bersikap tertutup dan
menjalankan roda pemerintahan
D. SOLUSI desa secara one man show, yang
berarti tidak bersikap terbuka
Pengucuran dana desa yang begitu besar dan informatif terhadap berbagai
jumlahnya harus dibarengi pula dengan program yang sedang dan akan
pengelolaan secara baik oleh pemerintahan dijalankan di desa, sekaligus
desa. Untuk itu kita perlu mendorong mengabaikan sama sekali aspirasi-
terwujudnya pemerintahan desa yang aspirasi yang ada di desa, tidak
bekerja dengan baik (governable). menganggap penting komunitas
Pengertian pemerintahan desa yang desa, dan tidak memberi
bekerja, paling tidak ditunjukkan oleh kesempatan warga untuk secara
sejumlah hal, antara lain: (1) fungsi bersama-sama menyelesaikan
pemerintahan desa terbagi secara baik; pelbagai problematika dan
(2) ada manajemen untuk mengelola permasalahan yang mereka hadapi.
pemerintahan, baik secara administratif
maupun secara politik serta partisipasi Kepemimpinan kepala
warga; (3) terpenuhinya layanan desa yang terbuka sesungguhnya
dasar yang dibutuhkan oleh warga; menjadi entry point bagi
(4) adanya tata kelola atau governance terwujudnya demokrasi dan tata
sebagai sebuah mekanisme bersama kelola pemerintahan yang baik.
untuk merencanakan, membangun dan Bahwa demokrasi musyawarah/
mengevaluasi; dan (5) berlangsungnya deliberatif dan tata kelola
pertanggungjawaban secara politis dan pemerintahan desa yang baik
administratif [keuangan]. sangat tergantung pada visi
kepala desa. Kepala desa perlu
Untuk menciptakan sebuah menyadari bahwa dalam kerangka
pemerintahan yang dapat berfungsi/ pelaksanaan pembangunan,
bekerja secara baik, perlu memperhatikan desa membutuhkan partisipasi
sejumlah faktor: aktif segenap warga desa.
Proses semacam ini merupakan
bentuk pembelajaran partisipasi
demokrasi melalui siklus

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 5


perencanaan, implementasi manusia dan kapasitas desa. Untuk
dan evaluasi pembangunan di itu, perlu dilakukan sejumlah
desa. Dengan demikian tercipta langkah untuk pembenahan
mekanisme bottom up yang pemerintahan desa ini. Langkah
senyatanya. pertama yang bisa diambil ialah
Selama visi dan misi kepala dengan melakukan reformasi
desa seiring dan sejalan dengan perangkat desa, yakni berupa
prinsip-prinsip demokrasi penggantian beberapa perangkat
deliberatif yang hendak dibangun desa yang tidak lagi sesuai dengan
di desa, tidak terlalu mengalami kebutuhan untuk menunjang
masalah. Problem akan muncul realisasi visi kepemimpinannya.
apabila pola kepemimpinan Agar tindakan reformasi ini tidak
kepala desa cenderung tertutup memberikan implikasi negatif,
dan personal, sehingga demokrasi maka kepala desa hendaknya
justru sulit ditumbuhkembangkan. membahasnya secara simultan
Ini sekaligus menjadi catatan dengan BPD Desa. Selain itu juga
karena praktik demokrasi desa memperketat proses rekruitmen
yang masih menggantungkan perangkat desa dengan persyaratan
pada sikap/gaya kepemimpinan perangkat desa dewasa ini
kepala desa menunjukkan bahwa mestinya berpendidikan minimal
sisa-sisa persoalan nilai dan SLTA dan memiliki kemampuan
kultur demokrasi masih belum di bidang akunting dan Teknologi
sepenuhnya bisa dihilangkan. Informasi (TI).

• Kapasitas Perangkat Desa • Transparansi dan Akuntabilitas


melalui TI
Para kepala desa semestinya
memiliki kemampuan untuk Guna menunjang keterbukaan
dapat mempertanggungjawabkan dalam pengelolaan dana desa maka
penggunaan dana desa peningkatan kualitas perangkat
dengan pengembangan sistem desa selanjutnya dapat didorong
transparan dan akuntabel yang untuk menerapkan transparansi
bisa diakses publik. Sistem ini dalam pengelolaan Dana Desa.
akan dapat mencegah terjadinya Dengan dukungan perangkat keras
penyalahgunaan dana desa untuk untuk mengoperasionalisasikan
kepentingan lain yang pada internet desa, maka pemerintahan
gilirannya akan membuat tujuan desa dapat mulai menerapkan
pembangunan dan peningkatan informasi online tentang
kesejahteraan desa tidak tercapai. Desa, termasuk tentang segala
informasi tentang Dana Desa dan
Pengucuran dana besar- pengelolaannya.
besaran harus dibarengi dengan
upaya menyiapkan sumber daya

6 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -


• Peranan Supra Desa dan dalam proses penyusunan
Kejelasan Aturan pembangunan di desa dan dalam
Pemerintah Kabupaten, khususnya menerapkan kegiatan untuk
BPMD Kabupaten, seyogyanya menyerap alokasi dana desa. Pada
memiliki peran penting dalam akhirnya, supervisi dari tingkat
melakukan penataan pengelolaan kabupaten menjadi penting dalam
dana desa. Dalam menyikapi menguatkan tata kelola keuangan
kesimpangsiuran kewenangan dan desa.
aturan teknis, serta perubahan-
perubahan aturan yang kurang E. OPERASIONALISASI
disosialisasikan dengan baik oleh STRATEGI
Pemerintah Pusat. Hendaknya
pihak Kabupaten tidak turut larut Kendati menerapkan perundangan yang
dalam “kebingungan”. Untuk sama, pengelolaan Dana Desa di desa
itu, pihak Kabupaten melalui yang dikaji dalam studi ini amatlah
Badan Pemberdayaan Masyarakat berbeda jalannya. Ini dikarenakan adanya
Desa (BPMD) hendaknya sejumlah distorsi, yakni: (i) Demokrasi
dapat melakukan sejumlah dan pengelolaan dana desa masih
langkah dalam rangka mengatasi bergantung pada gaya kepemimpinan dan
kesimpangsiuran tersebut. Cara kapasitas kepala desa; (ii) Masyarakat yang
yang dapat dilakukan adalah masih belum sepenuhnya terbiasa untuk
melalui penyusunan semacam berpartisipasi baik berupa penyampaian
panduan dalam pelaksanaan aspirasi maupun mengkritisi kepala
demokrasi desa dan tata kelolanya. desa, (iii). Peran kabupaten yang belum
memiliki standar yang sama antara satu
Guna mencegah terjadinya daerah dengan daerah lainnya. Untuk itu,
kebocoran penggunaan Dana perlu diambil sejumlah langkah untuk
Desa, maka selain membuat mengatasi ketiga distorsi di atas.
panduan, pihak Kabupaten
juga perlu mensyaratkan adanya Guna mengatasi distorsi pertama
pembinan dari UPT-UPT yang maka ke depannya sebagai bentuk
telah disediakan sebagai konsultan implementasi UU Desa bagi kepala
bagi desa dalam menyusun desa yang tidak menerapkan demokrasi
proposal kegiatan, Rencana deliberatif di desanya, hendaknya
Anggaran Biaya (RAB) dan syarat- dapat dikenakan punishment berupa
syarat teknis seperti gambar, dan pengurangan jumlah dana desa.
lain sebagainya. Dengan cara itu,
Pengucuran dana desa mestinya
sejak perencanaan dapat dikontrol
dibarengi pula dengan upaya peningkatan
terhadap proses pembangunan di
aspek sumber daya manusia perangkat
tingkat desa. Dalam praktiknya
desa, dimana untuk itu perlu kiranya
perangkat desa akan senantiasa
dilakukan perbaikan dalam hal:
berkonsultasi dengan dinas teknis
dengan berpegang pada panduan

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 7


(i)
Sistem rekruitmen kepala F. REKOMENDASI
desa. Sebelum dipilih secara
langsung oleh warga di desanya, a. Guna menghindari dualisme dan
semestinya ada proses seleksi adanya semacam perebutan serta
yang lebih ketat, yang dilakukan tumpang tindih kewenangan,
oleh pemerintah kabupaten. sebaiknya kewenangan Dana Desa
Dalam hal ini tim pemerintah diserahkan kepada Kemendagri
kabupaten membentuk tim saja;
seleksi independent yang berasal b. Perlu kiranya peningkatan
dari kalangan akademisi guna pengawasan dan pembinaan oleh
melakukan fit and proper test, uji pemerintah pusat dan pemerintah
kompetensi dan kelayakan para kabupaten, antara lain dengan
calon kepala desa; memperkuat fungsi kecamatan
(ii)
Perbaikan materi seleksi sehingga kecamatan turut
calon kepala desa mencakup bertanggung jawab membina desa.
wawasan tentang pemerintahan, Ketiadaan pembinaan yang serius
kemampuan manajerial, serta dari pemerintah kepada desa
pemahaman kepala desa mengenai itulah maka tidak mengherankan
demokrasi deliberatif; membuat pengucuran dana desa
yang begitu besar pada umumnya
(iii) Rekruitmen perangkat desa harus masih kurang membawa dampak
diperketat baik dari sisi tingkat signifikan bagi pengentasan desa
pendidikan maupun persyaratan dari kondisi kemiskinannya, di
kemampuan di bidang akunting samping membuat terjadinya
dan TI. kebocoran dana yang disalurkan
akibat adanya penyalahgunaan
Sementara untuk mengatasi distorsi wewenang atau manipulasi
kedua, antara pemerintah desa dengan anggaran.
warganya mestinya terjalin sikap saling
Dalam hal ini, pemerintah
memperkuat. Kendati membutuhkan
–baik kabupaten maupun
waktu yang tidak sebentar, Selanjutnya
kecamatan—perlu terus
masyarakat diharapkan semakin terbiasa
melakukan pembinaan kepada
untuk berpartisipasi dan sekaligus
desa. Sejauh ini, pembinaan
melakukan pengawasan terhadap jalannya
dimaksud masih amat kurang
pembangunan di desa, termasuk turut
dilakukan. Hanya pada saat-saat
mengawasi pengelolaan dana desa.
tertentu Kabupaten melakukan
bimbingan teknis baik terhadap
perangkat desa, kepala desa,
maupun BPD. Akan tetapi,
kegiatan-kegiatan bintek terkesan
kuat hanya sekadar proyek yang
biasanya dilakukan di hotel-

8 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -


hotel berbintang, namun tidak • Pengawasan internal desa
efektif. Kegiatan bintek mungkin bisa ditingkatkan dengan
tetap bisa dilanjutkan sepanjang sedikit memperkuat
formatnya diubah yakni dengan fungsi pengawasan BPD.
sasaran lebih pada forum Akan tetapi, sebenarnya
tukar-menukar gagasan dan pengawasan tidak bisa hanya
pengalaman atau mendiskusikan mengandalkan BPD, namun
permasalahan-permasalahan yang merupakan tanggung jawab
muncul di desa. Untuk itu peserta semua warga desa yang
bintek hendaknya tidak dibuat harus turut pula mengawasi
homogen, melainkan mewakili pengelolaan dana desa.
semua unsur yang ada di desa baik
itu kepala desa, perangkat desa, c. Akibat lemahnya kerja
BPD, LPM, PKK, dan Karang pendamping desa telah membuat
Taruna. desa semakin kesulitan di
dalam meningkatkan kapasitas
Dalam hal ini pembinaan kepada pemerintahan desanya. Oleh
desa hendaknya diarahkan pada: karenanya, di masa mendatang
• Mendorong pemerintah hendaknya dilakukan perbaikan
desa untuk mengedepankan dalam sistem rekruitmen
transparansi dalam pendamping desa agar betul-betul
penyelenggaraan pemerin- dapat terjaring para pendamping
tahan, khususnya dalam desa yang memiliki kapasitas yang
pengelolaan dana desa; dibutuhkan oleh desa. Selain
• Menginformasikan kepada itu, hendaknya pendamping
warga mengenai dana desa, tidak lagi dibebani penugasan di
baik itu besarannya maupun banyak desa, melainkan cukup
rencana kegiatan/program di satu desa tertentu saja agar
yang akan dilaksanakan; yang bersangkutan dapat fokus
terhadap tugasnya dan dapat
• Proses penyusunan melakukan pendampingan yang
RAPBDes; intensif, serta bisa turun tangan
• Pembuatan RAB yang sesuai membantu bila sewaktu-waktu
dengan standar; dibutuhkan bantuannya oleh
perangkat desa, maupun pro-aktif
• Penyusunan rencana kegiatan
mengatasi segala permasalahan
hendaknya melibatkan warga
dan kelemahan yang masih terjadi
desa;
dalam pengelolaan pemerintahan
• Melakukan pengawasan desa.
terhadap pengelolaan dana
desa dan bersikap terbuka
terhadap laporan masyarakat;

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 9


DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan. Petunjuk
_______________. Ed. Masalah dan Pelaksanaan Bimbingan
Kelemahan Penanggulangan dan Konsultasi Pengelolaan
Kemiskinan di Perdesaan, Keuangan Desa. Jakarta, BPKP,
Jakarta: P2P-LIPI, 2009. 2015.
_______________. Ed. Dinamika Baogong, He. Rural Democracy in China:
Demokratisasi Desa di The Role of Village Elections.
Beberapa Daerah di Indonesia New York: Palgrave Macmillan.
Pasca 1999, ( Jakarta: P2P LIPI, 2007.
2006).
Blair, Harry. “Participation and
________________. Ed. Model Tata Accountability at the Periphery:
Kelola Pemerintahan Desa yang Democratic Local Governence
Demokratis. Jakarta: LIPI, in Six Countries”, World
2008. Development, 28 (1).
______________________. Prakarsa Byong, Man Ahn., dan William B. Boyer.
Desentralisasi dan Otonomi “Rural Development and
Desa. Yogyakarta: IRE, 2005. Leadership Patterns in South
Korea”. Korean Studies. Vol. 8
Agusta, Ivanovich. “Menyehatkan (1984).
Fiskal Desa”, dalam https://
indonesiana .tempo.co/ Cahyono, Heru, Ed. Konflik Elite Politik
2017/08/11/ di Pedesaan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005.
Amanulloh, Naeni. Demokratisasi Desa.
Jakarta: 2015, Kementerian Chang, Chun dan Yujiang Wang. “The
Desa, Pembangunan Daerah Nature of the Township-
Tertinttal dan Transmigrasi. Village Enterprise”. Journal of
Comparative Economics. Vol.
Antlov, Hans. “Not Enough Politics! 19 (1994): 434-452.
Power, Participation and the
New Democratic Polity in Chun, Chang., dan Yujiang Wang. “The
Indonesia”, dalam Edward Nature of the Township-
Aspinal & Greg Fealy. Village Enterprise”. Journal of
Local Power and Politics in Comparative Economics. Vol.
Indonesia: Decentralisation & 19 (1994): 434-452.
Democratisation, (Singapore:
Dickerson, Mark O., dan Robert Sotton.
Institute of Southeast Asian
Northern Self-Government and
Studies, 2003.
Subsidiarity: Centralization vs.
Antlov, Hans. Negara dalam Desa Community Empowerment.
Patronase Kepmimpinan Lokal. /t.t./: The Royal Commission
Yogyakarta: Pustaka Utama, on Aboriginal Peoples. Februari
2003. 1995.

10 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -


Eko, Sutoro, M. Barori, dan Hastowiyono. and Difference: Contesting the
Desa Baru, Negara Lama. Boundaries of Political, (New
Yogyakarta: Penerbit Jersey: Princeton University
Pascasarjana -- STPMD Press, 1996).
“APMD”, 2017.
Hindess, Barry. “Socialism and
Eko, Sutoro. Desa Membangun Democracy: The Elaborations
Indonesia. Yogyakarta: Forum of the Idea a Self-Governing
Pengembangan Pembangunan Community”. History of
Desa. European Ideas. Vol. 19, No. 1-3
(1994): 309-315.
Eon, Seok-Jin. “Synergy between
State and Rural Society for Jae, Eon Yu., dan Chul Ming Jun. “The
Development: An Analysis Emergency of Community-
of the Governance System of bases Capitalism: The Case
the Rural Saemaul Undong in Korean Village Enterprises”.
Korea”. Korea Observer. Vol. 42, Dalam Hamid Kazeroony
No. 4 (Winter, 2011): 583-620. dan Agata Stachowicz-
Stanusch. Ed. Capitalism and
Fox, Achim., dan Christine Wong. the Social Relationship: An
“Financing Rural Development Organizational Perspective.
for a Harmonious Society London: Palgrave Macmillan.
in China: Recent Reforms 2014.
in Public Finance and Their
Prospects”. Policy Research Jin, Wook Choi. Et.al.. Local Government
Working Paper 4693. and Public Administration
Washington, D.C.: World in Korea. Seoul: Local
Bank. 2008. Government Official
Development Institute. /t.thn./.
Grindle, Merilee S. (Ed.). Getting Good
Government Capacity Building Kamardi, “Kemandirian Desa di
in the Public Sectors of Indonesia, antara Cita dan
Developing Countries, (Boston, Realita Kemandirian Desa
MA: Desktop Publishing & di Indonesia. Makalah yang
Design Co., 1997). disampaikan pada Seminar
Nasional Kehutanan
Gunawan, Jamil, dkk (ed). Desentralisasi, bertemakan “Hutan Desa:
Globalisasi dan Demokrasi Alternatif pengelolaan hutan
Lokal. Jakarta: LP3ES, 2005. Berbasis Masyarakat”, yang
Gutmann, Amy & Dennis Thompson. diselenggarakan oleh Damar
Why Deliberative Democracy? (Centre for Development and
Princeston and Oxford: Managing of Natural Resources)
di Universitas Gadjah Mada
Habermas, Jurgen. “Three Normative Yogyakarta, 23 April 2003.
Models of Democracy”, dalam Http ://www.damar.or.id/
Seyla Benhabib, Democracy library/makalah_05.php.

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 11


Kartohadikoesoemo, Soetardjo. Desa, Lessner, Linda. “The Korean Local
Civilisations. Vol. 4/1 (1954): Government System: An
67-73. Outline of the Local Decision
Making Structure Affecting
Kartohadikoesoemo, Soetardjo. Desa. Urban and Rural Projects”.
Jakarta: Balai Pustaka. 1984. Urban and Regional Report
Kelliher, Daniel. “The Chinese Debate No. 77-11. World Bank. May
over Village Self-Government”. 1977.
The China Journal. No. 37 Mackenzie, W.J.M. Explorations in
( Januari, 1997): 63-86. Government: Collected
Kemenkeu RI. Buku Pintar Dana Desa: Papers 1951-1968. London:
Dana Desa untuk Kesejahteraan Macmillan Press. 1975.
Rakyat. Jakarta: Direktorat Mardiyata, Antun, “Kebijakan Publik
Jenderal Perimbangan Deliberatif: Relevansi dan
Keuangan. 2012. Tantangan lmplementasinya”,
Kementerian Keuangan, “Kebijakan Jurnal Unair, Departemen Ilmu
Pengalokasian dan Penyaluran Administrasi, http://journal.
Dana Desa Tahun 2017” unair.ac.id, Volume 24, Nomor

Kin-Sheun, Louie. “Village Self- McGinnis, Michael D. “From self-reliant


government and Democracy churches to self-governing
in China: An Evaluation”. communities: comparing the
Democratization. Vol. 8/4 indigenization of Christianity
(2001): 34-54. and democracy in sub-Saharan
Africa”. Cambridge Review of
Klotzbucher, Sascha., Peter Lassig, Internasional Affairs. Vol. 20,
Jiangmei Qin, dan Susanne No. 3 (September 2007): 401-
Weigelin-Schwiedrzik. “What 416.
Is New in the ‘New Rural Co-
operative Medical System’? Moulin, Leo. “Local Self-Government
An Assessment in One Kazak as a Basis for Democracy: A
Qounty of the Xinjiang Uyghur Further Comment”. Public
Autonomous Region”. The Administration. Vol. 32
China Quarterly. No. 201 (Winter, 1954): 433-437.3
(Maret, 2010): 38-57. Tahun 2011.

Konsituti Tiongkok 1982. Naskah Akademik Masyarakat Adat


yang merupakan bagian dari
Laudy Suwidarno, SE, M.Ak., “Peluang penyusunan RUU tentang
dan Ancaman Otonomi Desa Desa yang disusun oleh Dewan
Pasca UU Nomor 6 Tahun Perwakilan Rakyat Republik
2014”, http://uptlpkd. bpkad. Indonesia.
jatimprov.go.id/peluang-dan-
ancaman-otonomi-desa-pasca- Nurhasim, Moch (ed.). Penguatan
uu-nomor-6-tahun-2014/ Kapasitas Desa di Indonesia.

12 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -


Jakarta: Pusat Penelitian Politik- Seok-Jin, Eon. “Synergy between
LIPI, 2007. State and Rural Society for
Development: An Analysis
Pearson, Thomas S. Russian Officialdom of the Governance System of
in Crisis: Autocracy and Local the Rural Saemaul Undong in
Self-Government, 1861- Korea”. Korea Observer. Vol. 42,
1900. New York: Cambridge No. 4 (Winter, 2011).
University Press. 1989.
Snyner, Scott A., dan Seukhoon Paul Choi.
Peraturan pemerintah No 43 Tahun 2014 “From Aid to Development
tentang peraturan pelaksanaan Partnership: Strengthening US-
Undang-Undang No 6 Tahun Republic of Korea Cooperation
2014 tentang Desa in International Development”.
Princeton University Press.. Working Paper Council on
Foreign Relations. February
Rai, S. “Local Politics and Government in 2012.
India”. Makalah dipresentasikan
pada Kongres Dunia XVIII Sumodiningrat, Gunawan dan Ari
Asosiasi Ilmu Politik Wulandari. Membangun
Internasional. Quibec City. Indonesia Dari Desa.
Agustus 2000. Yogyakarta, Media Pressindo,
2016.
Rosenberg, Lior. “Why Do Local Officials
Bet on the Strong? Drawing Surbakti, Ramlan. Demokrasi Deliberatif,
Lessons from China’s Village dalam Anndy Ramses M
Redevelopment Program”. The dan La Bakry, “Politik dan
China Journal. No. 74 ( Juli, Pemerintahan Indonesia,”
2015): 18-42. ( Jakarta: MIPI, 2009).

Rukminto Adi, Isbandi. Pemikiran- Suwidarno, Laudy, SE, M.Ak. “Peluang


pemikiran dalam Pembangunan dan Ancaman Otonomi Desa
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Pasca UU Nomor 6 Tahun
Lembaga Penerbit UI, 2002. 2014”, http://uptlpkd. bpkad.
jatimprov.go.id/peluang-dan-
Sandjojo, Eko Putro. Buku Panduan ancaman-otonomi-desa-pasca-
Pelaksanaan Undang-Undang uu-nomor-6-tahun-2014/
Desa Berbasis Hak. Jakarta:
Lakpesdam PBNU & The Tim Lapera. Otonomi versi Negara:
Institute For Ecosoc Right, Demokrasi di Bawah Bayang-
2016. bayang Otoriterisme. Yogya:
Lapera Pustaka Utama, 2000).
Sarma, Atul., dan Debabani Chakravarty.
Integrating the Third Tier in Tim Penyusun Naskah Akademik
the Indian Federal System. RUU Tentang Desa, Naskah
Singapura: Palgrave Macmillan. Akademik RUU Tentang Desa,
2018. Depdagri, Jakarta, 2007.

Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa - 13


Undang-Undang No. 19 Tahun 1965 World Bank, Governance and
tentang Desapraja Development, Washington
DC: The World Bank, 1992.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa Xiang, Wu. Contemporary Chinese Rural
Reform. Singapura: Springer.
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 2016.
tentang Pemerintahan Daerah
Xiaoshan, Zhang., dan Zhou Li. Ed.
Undang-Undang No.23 Tahun 2014 China’s Rural Development
tentang Pemerintahan Daerah Road. Singapura: Social
UNDP. “Saemaul Initiative Towards Sciences Academic Press dan
Inclusive and Sustainable New Springer Nature. 2018.
Communities”. United Nations Yabbar, Rahmah, dkk. Tata Kelola
Development Programme. 24 Pemerintahan Desa (Dari
Januari 2014. Peraturan Di Desa Hingga
UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pengelolaan Badan Usaha
Pemerintahan Desa Milik Desa Dari Perencanaan
Pembangunan Desa Hingga
Vejpeyi, Dhirendra K., dan Jenifer M. Pengelolaan Keuangan Desa).
Arnold. “Evolution of Local Self- Surabaya: Pustaka, 2015.
Government in India”. Dalam
Dhirendra K. Vejpeyi. Ed. Yasin, Muhammad dkk. Anotasi UU No
Local Democracy and Politics 6 Tahun 2014 tentang Desa.
in South Asia. Wiesbaden: Jakarta: Pattiro, 2015.
Springer Fachmedien. 2003, Yu, Jae Eon., dan Chul Ming Jun. “The
Hlm. 33-43. Emergency of Community-
Wasistiono, Sadu dan M. Irwan Tahir, bases Capitalism: The Case
Prospek Pengembangan Desa, Korean Village Enterprises”,
(Bandung: Fokus Meida, 2006), dalam Hamid Kazeroony
hlm. 3. dan Agata Stachowicz-
Stanusch. Ed. Capitalism and
Whalen, Hugh. “Ideology, Democracy, the Social Relationship: An
and the Foundations of Organizational Perspective.
Local Self-Government”. The London: Palgrave Macmillan.
Canadian Journal of Economics 2014. Hlm. 211-227.
and Political Science. Vol. 26,
No. 3 (Agustus 1960): 377-395.
Winarno, Budi. Komparasi Organisasi
Pedesaan dalam Pembangunan.
Yogyakarta: Media Pressindo,
2003.

14 Policy Paper - Penguatan Governability dalam Pengelolaan Dana Desa -

Anda mungkin juga menyukai