Anda di halaman 1dari 12

Simposium Nasional Perpajakan

Vol.1 No.1 Tahun 2021

Pengaruh Kesadaran, Omset, Kualitas Pelayanan Dan Sanksi


Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran
(Studi di Kabupaten Bangkalan)
Inasta Litha Sari1, Muhammad Asim Asy’ari2
1,2
Universitas Trunojoyo Madura

ABSTRACT
Bangkalan Regency has great potential in terms of restaurant taxes, with the existence of tourist attractions and food supply
facilities that have been developed to become one of the things that can be relied on. Regional Regulation No. 8 of 2010 concerning
local taxes applies a Self Assessment System so that the level of compliance is a determining factor in the implementation of tax
rights and obligations. The purpose of this study is to determine the factors that influence the compliance of restaurant taxpayers in
Bangkalan. The factors used in this study are awareness, turnover, service quality and tax sanctions. This study uses quantitative
methods. Using primary data in the form of a questionnaire. The sampling technique was purposive sampling using the slovin
formula. The data analysis method uses the Structural Equation Model (SEM) with the smartPLS version 3 data tool. The results
of this study indicate that 1) taxpayer awareness has no effect on restaurant taxpayer compliance in Bangkalan 2) Turnover or
income does not affect restaurant taxpayer compliance in Bangkalan. Bangkalan 3) Service quality affects restaurant taxpayer
compliance in Bangkalan 4) Tax sanctions affect restaurant taxpayer compliance in Bangkalan.

Keywords: Awareness, turnover, service quality, tax sanctions and tax compliance

ABSTRAK
Kabupaten Bangkalan sangat berpotensi besar dalam hal pajak restoran, dengan adanya tempat wisata dan sarana
penyedia makanan yang dikembangkan menjadi salah satu hal yang dapat diandalkan. Perda No 8 Tahun 2010 tentang
pajak daerah menerapkan Self Assesment System sehingga tingkat kepatuhan merupakan faktor yang menentukan
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan. Adapun faktor yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu kesadaran, omset, kualitas pelayanan dan sanksi pajak. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Menggunakan data primer berupa kuesioner. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling menggunakan
rumus slovin. Metode analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan alat data smartPLS versi 3.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1) kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan wajib
pajak restoran di Bangkalan 2) Omset atau penghasilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di
Bangkalan 3) Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan 4) Sanksi pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan.

Kata kunci: Kesadaran, omset, kualitas pelayanan, sanksi pajak , kepatuhan pajak

1. PENDAHULUAN
PDRB ini menjadi pengukur yang menggambarkan kinerja perekonomian suatu wilayah. Kabupaten
Bangkalan memiliki perkembangan perekonomian yang baik menjadi terbesar kedua di Madura setelah
sumenep dalam hasil PDRBnya di tahun 2019. Kabupaten Bangkalan sendiri mempunyai banyak potensi
wisata yang terkenal, hal itu yang menyebabkan segala jenis kegiatan bisnis seperti pendirian hotel,
restoran, cafe, rumah makan dan lain-lain semakin meningkat di setiap tahunnya.

Tabel 1. 1 Perbaandingan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten Di Madura Tahun 2019
(Miliar Rupiah)
Produk Domestik
Kabupaten Regional Bruto 2019
(Miliar rupiah)
Kabupaten Bangkalan 24.767
Kabupaten Sampang 19.700
24
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

Kanupaten Pamekasan 17.043


Kabupaten Sumenep 33.299
Sumber: Badan Pusat Statistik RI (2020)
Dalam membangun kabupaten Bangkalan yang berkesinambungan dibutuhkan peningkatan
pendapatan serta kemampuan daerah dalam mengelola potensi yang dimiliki daerah salah satunya bisa
dengan peningkatan pajak yang ada pada suatu daerah. Jika peningkatan ini dilakukan secara maksimal
dalam beberapa tahun kedepan maka bisa jadi kabupaten Bangkalan dapat melampaui kabupaten
Sumenep.Pendapatan daerah sangat berarti untuk membiayai sebagian penerapan pemerintahan daerah
gunakenaikan pelayanan kepada warga masyarakat serta memandirikan wilayah sumber PAD yaitu pajak
daerah dan retribusi daerah. Pajak restoran merupakan pajak daerah yang berada di tingkat
kabupaten/kota di Perda Kabupaten Bangkalan Nomor 8 Tahun 2010 pemberian atas pelayanan restoran
akan dikenai pajak, pajak tersebut dinamakan pajak restoran. Layananyang menyediakan makanan dan
minuman yang dipungut bayaran yang cukup merupakan pengertian restoran. Tarif pajak restoran, rumah
makan dan katering/jasa boga dikenai 10% dan untuk kafetaria, kantin dan warung sebesar 8%.
Kabupaten Bangkalan sangat berpotensi besar dalam hal pajak restoran, dengan adanya tempat
wisata yang dikembangkan menjadi salah satu hal yang dapat diandalkan tentunya, kabupaten Bangkalan
juga memiliki jembatan terpanjang yg terbentang dari Surabaya dan Madura. Hingga dari itu banyak turis
yang masuk ke daerah Bangkalan tidak cuma turis lokal namun jugaturis mancanegara. kemampuan
wisata semacam ini layaknya menyumbangkankeuangan daerah yang sangat besar khususnya berasal dari
pajak dan retribusi yang dipungut. Tabel 1.1 memperlihatkanbesaran kontribusi pajak restoran terhadap
pajak daerah selama lima tahun terakhir.

Tabel 1. 2 Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah Kab. Bangkalan Tahun 2015-2019

Pajak Restoran Pajak Daerah Kontribusi


Tahun
(Rupiah) (Rupiah) (%)
2015 2.073.390.764 26.803.341.546 7,74
2016 2.383.349.921 31.743.504.808 7,51
2017 2.545.408.610 40.837.892.113 6,23
2018 3.215.581.275 49.448.517.878 6,50
2019 3.681.484.595 50.833.629.204 7,24
Sumber: Badan Pendapatan Daerah, laporan realisasi pendapatan (data diolah)

Berdasarkan data dan perhitungan yang telah di lakukan ini, dari tabel tersebut kita tahu bahwa
kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah di Bangkalan lima tahun 2015-2019 mengalami fluktuasi.
Tahun 2015, penerimaan pajak restoran ini memberikan kontribusi sebesar 7,74%, di tahun 2016
penerimaan pajak restoran memberikan kontribusi sebesar 7,51%,yang tertinggi dalam kurun waktu 5
tahun yang lain, tahun 2017 penerimaan pajak restoran memberikan kontribusi pada pajak daerah sebesar
6,23%, paling rendah dibandingkan tahun yg lain tahun 2018 penerimaan pajak restoran memberikan
kontribusi sebesar 6,50% dan selanjutnya di tahun 2019 penerimaan Pajak restoran memberikan kontribusi
sebesar 7,24%. Tabel interpretasi kontribusi penelitian yang sudah dilakukan olehYuliastuti(2017)bahwa
Pencapaian kontribusi pada pajak restoran ini dari tahun 2015-2019 tidak ada yang mencapai angka lebih
dari 10% yang bisa dikatakan kontribusi pajak restoran kepada pajak daerah di Bangkalan dari tahun 2015-
2019 dalam kriterianya di tahap sangat kurang terhadap penerimaan pajak daerah Bangkalan namun pada
penerimaan pajak restoran mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Tercatat 349 wajib pajak badan
yang dikenai pajak restoran. Tetapi Masih sangat minim kontribusi pajak restoran kepadahasil pajak
daerah dikarenakan adanya kendala dalam pengoptimalisasi penerimaan pajak restoran yang sangat
berdampak pada kontribusi, kendala yang dialami salah satunya masih sangat kurangnya kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak restoran untuk membayar pajak restorannya yang terutang(Yuliastuti, 2017).
Menurut penelitian Prakoso (2019) dan Jaya(2016) Rasa sadar yang harus di timbulkan pada
masyarakat menjadi faktor penting untuk peningkatan realisasi pajak yang menjadi target utama dari
suatu daerah Peneliti juga berpendapat jika tingkat kesadaran wajib pajak memiliki pengaruh besar
25
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

terhadap kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Berbedaa dengan penelitian Nugroho (2016) yang
bahwa kesadaran tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Arviana (2014) menyatakan
penyebab kepatuhan wajib pajak restoran adalah omset atau penghasilan menyebabkan wajib pajak itu
sangat merasa berat atas tarif yang terlalu besar yang ditentukan dari besarnya omset kotor. Berbeda
dengan Penelitian Yanto (2020) dan penelitian Rizajayanti (2017) omset tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak restoran.
Penelitian Sucandra (2016) Kualitas pelayanan juga berpengaruh dalam kepatuhan wajib pajak
restoran, Menciptakan kepuasaan berkualitas dari pelayanan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Semakin berkualitas pelayanan yang diberikan oleh
petugas maka semakin nyaman wajib pajak dalam memenuhi semua kewajiban perpajakannya, kualitas
pelayanan yang melatarbelakangi masyarakat semakin senang membayar pajak. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rizajayanti(2017) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan itu tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran.Menurut Katini (2017)Sanksi perpajakan menjadi
faktor pendukung yang akan menyebabkan wajib pajak patuh, sanksi perpajakan menjadi jaminan
peraturan perpajakan akan ditaati atau dipatuhi, yang dijadikan alat pencegahan (preventif) agar wajib
pajak sendirienggan melanggar norma perpajakan MardiasmoMardiasmo(2013). Sucandra(2016)Sanksi
perpajakan akan dijatuhkan pada seorang wajib pajak yang tidak patuhdalam melakukan semua
perpajakan. Menerapkan sanksi yang tegas guna mencapai keadilan dan sistem perpajakan berjalan efektif.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizajayanti (2017) yang menyatakan bahwa tidak adanya
pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak reston.

2. KERANGKA TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


Theory of Planned Behavior dikemukakan Azjen di tahun 1998 dalam Lesmana(2017). Teori ini
didasarkan oleh anggapan bahwa manusia secara sadar berperilaku dan mempertimbangkan semua
informasi yang sudah tersedia. Tiga perilaku manusia atas beberapa pertimbangan, yaitu: (a) Behavioral
beliefs yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dari perilaku dan evaluasi, keyakinan perilaku ini akan
mendapatkan sikap terhadap perilaku baik atau buruk yang bisa disebut keyakinan atas perilaku. (b)
Normative Beliefs yaitu keyakinan atas harapan normatif seseorang dan motivasi untuk pemenuhan harapan
tersebut, keyakinan normatif ini akan menimbulkan tekanan sosial yang dapat dirasakan. (c) Control Beliefs
yaitu keyakinan akan adanya faktor-faktor yang dapat mendorong atau menghambat perilaku yang akan
dilakukan dan presepsi kekuatan faktor-faktor tersebut. Keyakinan ini menimbulkan perilaku yang telah
dipersiapkan.
Apabila wajib pajak mempunyai niat patuh dalam hatinya saat melakukan kewajiban perpajakannya
maka akan timbul perilaku yang disebut tax compliance (kepatuhan wajib pajak). Niat yang bisa
ditunjukkan ini ditentukan oleh ketiga faktor yaitu sikap, norma subyektif dan yang terakhir kontrol
keperilakuan yang telah dipersiapkan.
Kepatuhan wajib pajak memiliki arti bahwa keadaan yang menunjukkan wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya. Rizajayanti(2017)menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak itu terlihat dari
beberapa keadaan yaitu: 1. Wajib pajak mengerti dan berupaya mencapai peraturan perpajakan. 2.
Melengkapi dengan detail formulir perpajakan. 3. Memperhitungkan jumlah seluruh pembayaran pajak
yang terutang dengan benar. 4. Tepat waktu dalam pembayaran perpajakannya.
Kepatuhan wajib pajak merupakan perwujudan dari sikap disiplin wajib pajak terhadap hak dan
kewajibannya dalam membayar dan melaporkan jumlah pajak yang terutang sesuai peraturan perpajakan
Dyan dan Venusita (2013). Jadi kepatuhan wajib pajak sendiri adalah suatu keadaan yang
memperlihatkanseseorang secara nyatauntuk memenuhi semua ketetapan materiil perpajakannya
berdasarkan peraturan perpajakan. Wajib pajak dikatakan memenuhi kepatuhan materil itu ketika wajib
pajak menyampaikan surat pemberitahuan pajaknya ke KPP sebelum waktu jatuh tempo yang telah diisi
sesuai dengan peraturan dan ketentuan baik secara jujur, lengkap dan benar.
Kesadaran perpajakan ialah keikhlasan guna pemenuhan perpajakannya dengan memberikan
kontribusi dana guna menjalankan fungsi pemerintahan salah satu caranya dengan membayar pajak
Manalu (2016)dalam(Prakoso, 2019). Dalam Trisnawati (2015) memperlihatkan beberapa bentuk kesadaran
yang ada dalam memotivasi wajib pajak untuk pembayaran pajak yaitu: Kesadaran ialah bentuk perlakuan
dalam menyokong pembangunan Negara, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan beban pajak sangat merugikan Negara, Kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-
26
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

undang dan dapat dipaksakan. Jadi kesadaran merupakan unsur yang ada pada manusia dalam
memahami realita bagaimana cara bertindak atau menyikapi. Kesadaran yang dimiliki ini adalah
kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam dan kemungkinan masa depan.
Tingkat omset/Penghasilan wajib pajak merupakan objek pajak yang berkaitan dengan seberapa
besar pajak yang harus dibayar dan juga dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran
yang tepat waktu. Arviana (2014) menyatakan bahwa wajib pajak patuh jika melaporkan seluruh jumlah
omset yang mereka terima secara jujur. Menurut Anggara (2017) omset penghasilan sendiri ialah seluruh
jumlah uang yang di dapat dari hasil penjualan dalam jangka waktu tertenu namun belum dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan. Omset ini bisa diukur dari beberapa indikator Menurut Yuliyanah (2018)1.
penghasilan merupakan objek pajak, artinya wajib pajak paham dan setuju seberapa besar omset
penghasilan yg mereka terima merupakan objek pajak. 2. kemauan wajib pajak dalam mematuhi peraturan
perpajakan, membayar pajak sesuai dengan omset yang mereka terima, 3. benar dalam pelaporannya jujur
dan transparan dalam perhitungan pajaknya. 4. Semakin tingi omset akan semakin tinggi pajak yang wajib
pajak bayar 5. Membuat pembukuan untuk menghitung omset yang berguna untuk melihat dan
menghituung omset yang mereka terima
Jadi, omset ialah jumlah pendapatan atau jumlah yang diterima oleh wajib pajak dalam kurun waktu
tertentu dan dihitung berdasarkan jumlah uang yang diterima secara terus menerus dalam satu proses
akuntansi.
Pelayanan yang dikatakan baik ketika petugas yang memberikan pelayanan terbaik dan ramah
terhadap wajib pajak yang hendak melaporkan perpajakannya hal itu membuat wajib pajak patuh dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya karena wajib pajak nyaman, merasa di permudah dan juga merasa
terbantu ketika melakukan kewajibannya di perpajakan. Menunut Tjiptono (2014) dalam Arifin (2019) ada
beberapa faktor pelayanan umum yaitu: Peningkatan kualitas produktifitas tugas intansi pemerintah
dibidang pelayanan umum, Mendorong upaya pengefektifitas sistem dan tata laksana pelayanan sehingga
pelayanan umum dapat diselanggarakan secara lebih berguna dan Mendorong tumbuhnya kreatifitas,
prakarsa dab peran serta masyarakat dalan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jadi secara besar dapat disimpulkan kualitas pelayanan adalah sebagai ukuran seberapa bagus
tingkat pelayanan yang akan digunakan sebagai pembanding antara pelayanan yang sudah diberikan oleh
petugas dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan atau wajib pajak.
Menurut Mardiasmo (2013)Sanksi perpajakan ialah alat pencegah wajib pajak tidak menyalahi
aturan perpajakan yang tujuannya agar menciptakan wajib pajak yang patuh akan peraturan perpajakan.
Peraturan perundang-undangan merupakan rambu bagi seseorang yang hendak melakukan pelanggaran,
sanksi diperlukan agar peraturan itu tidak dilanggar Manalu (2016).
Jadi sanksi dapat disimpulkan bahwa hukuman yang akan diterima dan harus dihadapi dan juga
dijalani oleh pelanggar ketika melakukan pelanggaran peraturan yang sudah ditetapi. Menurut Arum
(2012) sanksi pidana pelanggaran peraturan perpajakan cukup berat, sanksi administrasi pelanggaran
peraturan perpajakan sangat ringan dan penjatuhan pidana yang cukup berat merupakan sarana mendidik
wajib paja. Hukum pelanggaran tidak dapat ditoleransi dan sanksi untuk pelanggaran pajak dapat
dinegoisasikan.

3. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak restoran
Kesadaran untuk patuh akan perpajakan ini harus ditumbuhkan pada masyarakat guna
meningkatkan target penerimaan daerah. Peningkatan kepatuhan wajib pajak bisa dengan cara
meningkatkan kesadaran jika wajib pajak memiliki tanggung jawab moral yang kuat akan meningkatkan
kepatuhan dalam pelaporan pajak menurut Jaya(2016).Theory planned behavior relevan dengan
mendeskripsikan sikap wajib pajak melalui Behavioral beliefs. Hubungan kesadaran wajib pajak, apabila
wajib pajak mempunyai niat dan kesadaran yang penuh makan akan terbentuk sebuah perilaku kesadaran
wajib pajak dalam memenuhi kepatuhannya dalam membayar pajak. Behavioral beliefs ini akan
memunculkan sebuah sikap terhadap perilaku yang akan menimbulkan niat yang akan menimbulkan
tingkah laku yang patuh akan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Prakoso (2019)Jaya(2016) dan Manalu
(2016) mengemukakan bahwa adanya pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.,
maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan.
27
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

Pengaruh omset terhadap kepatuhan wajib pajak restoran.


Wajib pajak dikatakan patuh apabila melaporkan seluruh jumlah omset atau penghasilan bruto yang
sesuai dengan yang di dapat Arviana(2014) Terkadang wajib pajak cenderung menyembunyikan besaran
omsetnya untuk menurunkan tarif pajak hal itulah yg bisa menjadi indikasi kepatuhan wajib pajak
Rizajayanti(2017)Theory planned behavior relevan dalam menjelaskan kepatuhan wajib pajak tergolong pada
control beliefs , yaitu ketika wajib pajak melakukan pembayaran pajak yg tepat waktu merupakan salah satu
bentuk kepatuhan wajib pajak pada tingkat omset hubungan ini terlihat pada kesanggupan wajib pajak
dalam melengkapi kewajiban perpajakannya, omset ini menjadi kontrol pada setiap wajib pajaknya, wajib
pajak dikatakan patuh apabila melaporkan seluruh omset yang mereka terima secara tepat waktu dan
benar, sehingga cocok menjelaskan hubungan omset terhadap kepatuhan wajib
pajak.Arviana(2014)melakukan penelitian yang serupa dengan hasil bahwa adanya pengaruh
penghasilan/omset terhadap kepatuhan wajib pajak restoran, namun penelitian yang dilakukan
olehRizajayanti(2017)berbeda hasil penelitian omset tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
berdasarkan konsep dan beberapa hasil pada penelitian terdahulu, maka penulis membangun hipotesis
sebagai berikut:
H2 : omset/penghasilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan.

Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak restoran.


Jaya(2016)mengemukakan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah menjadi salah satu
faktor yang memotivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Theory planned behavior
relevan dalam menjelaskan hubungannya dengan jenis normative beliefs. pelayanan yang berkualitas dari
petugas dinas menjadi alasan yang memutuskan perbuatan patuh wajib pajak, setelah terdorong oleh
perlakuan pelayanan petugas dinas maka, wajib pajak mempunyai sebuah keyakinan dan niat untuk
melengkapi perpajakan dan kemudian menerapkan niatnya. Normative beliefs ini akan menumbuhkan
norma subjektif yang ada pada wajib pajak sehingga tumbuh sebuah niat dalam melakukan perbuatan
patuh pajak.Sucandra(2016) adanya pengaruh dari kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak
restoran. Berbeda Penelitian Rizajayanti(2017) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh kualitas
pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak restoran. Konsep dan hasil penelitian diatas peneliti
memperoleh hasil hipotesis sebagai berikut:
H3 : Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan.

Pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak restoran.


Sanksi pajak ini dibuat untuk jaminan peraturan perpajakan diikuti dan juga sebagai alat pencegah
yang bersifat pendekatan agar wajib pajak tetap mematuhi peraturan perpajakan yang ditetapkan
Rizajayanti Sanksi yang tegas ini guna menciptakan keadilan serta sistem pajak ini berjalan dengan efektif.
Theory planned behavior ini relevan untuk mendeskripsikan hubungan kepatuhan wajib pajak dengan sanksi
pajak yaitu control beliefs dibuatnya sanksi ini untuk mendukung wajib pajak agar menaati peraturan
perpajakan. Kepatuhan wajib pajak ditentukan berdasarkan pandangan wajib pajak seberapa kuat sanksi
pajak ini dapat memotivasi kelakuan wajib pajak yang patuh akan pajak, dari control beliefs ini akan
timbul sebuah kontrol keperilaku yang dapat dirasakan dan tumbuh kontrol perilaku yang sebenarnya
dari niat untuk patuh dalam perpajakan. Penelitian oleh Sucandra(2016)memperlihatkan adanya pengaruh
sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak restoran. Namun penelitian Rizajayanti(2017) yang
mengemukakan sanksi pajak restoran tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran
yang ada. Hipotesis yang dibangun peneliti berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan konsep diatas
yaitu:
H4 : Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan

4. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian pada skripsi ini menggunakan metode
kuantitatif dengan jenis hubungan.Populasi pada penelitian kali ini berasal dari wajib pajak restoran yang
terdaftar di BAPENDA Kab. Bangkalan dan mempunyai NPWPD di tahun 2019 yang berjumlah 349 wajib
pajak restoran. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposivesampling. Penelitian ini
28
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

menggunakan sumber data kuantitatif dengan sumber data primer. Dalam penelitian ini variabel yang
digunakan berasal dari variabel bebas, berupa kesadaran (X1), Omset (X2) kualitas pelayanan (X3) dan
sanksi pajak (X4) dan satu variabel terikat yaitu kepatuhan wajib pajak (Y).
Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Menurut Ghozali(2012)Structural Equation Modeling (SEM) dengan PLS ialah suatu teknik analisis
SEM data yang digunakan ini tidak wajib tersebar normal multivariat. SEM dengan PLS dapat
mengestimasi nilai variabel laten berdasarkan kombinasi linier dengan variabel manifest yang terkait
dengan laten dan memproses variabel manifest untuk menggantikannya
Evaluasi Model Pengukuran Atau Outer Model
Evaluasi model ini bertujuan untuk menilai validitas dan reabilitas model, pengujian validitas
terdapat dua cara menguji validitas convergen dan discriminant
Validitas konvergen berkaitan dengan prinsip bila sesuatu pengukur (manifest variabel) dari sesuatu
konstruk sepatutnya memiliki korelasi besar (tinggi), ataupun sesuatu alat ukur telah pas mengukur
konstruk yang diartikan. Penilaian yang digunakan dalam validitas konvergen ini yaitu nilai loading factor
harus lebih besar dari 0,7 dan juga nilai AVE (Average Variance Extracted) lebih besar dari 0,5. Validitas
diskriminan sehubung dengan prinsip pengukur-pengukur (manifest variabel) konstruk yang berbeda
sepatutnya tidak berkorelasi ataupun berhubungan besar/tinggi. Pengujian validitas diskriminan ini dapat
dengan cara dengan memperhatikan nilai cross loading untuk tiap variabel wajib lebih besar dari 0,70
ataupun dapat memperhatikan niali fornell larcker tiap variabelnya wajib mempunyai nilai lebih besar dari
0,50.
Uji reliabilitas ini digunakan untuk pembuktian akurasi, keserasian serta ketetapan instrumen dalam
pengukuran konstruk. Pengukuran reliabilitas ini Cronbach’s Alpha serta Composite Reliability harus lebih
besar dari 0,7.

Evaluasi Model Struktural (Inner Model)


Evaluasi model ini memiliki tujuan agar memprediksi atau memperkirakan ikatan antar variabel
laten. Uji R-squre pada nilai R-Square berguna untuk menjelaskan pengaruh beberapa variabel laten
eksogen terhadap variabel laten endogen. Nilai R-square 0,75 disimpulkan kuat, 0,50 moderate, dan 0,25
lemah. Uji signifikansi ini bertujuan mengetahui pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan proses bootstrapping yang di bantu dengan aplikasi SmartPLS
dikatakan signifikansi jika nilai yang didapat lebih dari 1,96 untuk signifikansi 5%.
Setelah mengetahui tingkat signifikansi dan R-Square, evaluasi model PLS juga dilakukan atau
bisa disebut predictice relevance, teknik ini dapat memperlihatkan seberapa baik nilai observasi yang
dihasilkan. Nilai > 0 menunjukkan bahwa model memiliki predictive relevance, namun nilai < 0
menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevan.

29
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Outer Loading Validitas Convergen

Sumber : output data primer yang diolah 2021


Pengujian validitas convergen beberapa item didalam variabel kesadaran wajib pajak (X1), omset
(X2), kualitas pelayanan (X3), sanksi pajak (X4) dan kepatuhan wajib pajak restoran (Y) valid karena nilai
outer loading dalam pengujian ini memenuhi syarat dengan nilai melebihi dari nilai 0,7 tetapi pada
variabel omset X2 pada pernyataan X2.4 yang mendapatkan hasil yang tidak valid dalam pengujiannya,
untuk menangani ketidak validan pada pernyataan ini perlu adanya penghapusan pernyataan yang tidak
valid tadi atau dieliminasi

Uji Validitas diskriminan


Hasil nilai cross loading pada indikator kesadaran,omset, kualitas pelayanan dan Sanksi pajak pada
konstruk yang dituju nilainya lebih dari 0,7 dan jika dibandingkan dengan nilai loading factor kepada
konstruk lain, dan bisa dikatakan setiap indikatornya valid.

30
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

Hasil Uji Validitas Diskriminan

Sumber : output data primer yang diolah, 2021.

Uji Reabilitas
Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Sumber : output data primer yang diolah,2021

31
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

Instrumen dari kuesioner ini yang dipergunakan untuk menjelaskan kesadaran wajib pajak, omset,
kualitas pelayanan, sanksi pajak dan kepatuhan wajib pajak restoran reliable karena nilainya melebihi 0,7.
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Uji R-Square
Output Perhitungan R-Square

Sumber : output data primer yang diolah,2021


Pada tabel ini menunjukkan bahwa hasil dari perhitungan R-Square sebesar 0,552. Pengaruh
variabel kesadaran wajib pajak, omset, kualitas pelayanan dan sanksi pajak berpengaruh sedang sebesar
0,552 atau 55,2% terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan.

Uji Signifikansi
Hasil Perhitungan Bootstrapping Data Penelitian

Sumber : output data primer yang diolah,2021.

Pada pengujian ini menggunakan nilai 1,96 untuk signifikansi 5%, setiap variabel dikatakan
signifikan atau berpengaruh jika nilai T Statistiknya lebih dari 1,96. Hasil Uji Hipotesis pertama (H1)
a. Hasil Uji Hipotesis Pertama (H1)
Pada tabel diatas ditunjukkan pada hasil perhitungan bootstrapping menunjukkan hasil T statistik
sebesar 0,464 yang berarti bahwa nilai T statistik ini < dari T- tabel (1,96). Nilai sampel asli pada penelitian
ini menunjukkan nilai negatif sebesar -0,046 yang berarti bahwa hubungan kesadaran wajib pajak (X1)
terhadap kepatuhan wajib pajak restoran (Y) adalah negatif, dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima
yang menandakan bahwa tidak ada pengaruhnya variabel kesadaran wajib pajak (X1) terhadap kepatuhan
wajib pajak restoran (Y) dengan indikator-indikatornya.
b. Hasil Uji Hipotesis Kedua (H2)
Berdasarkan hasil perhitungan bootstrapping pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai T statistik
mendapatkan hasil 1,562 yang berarti bahwa nilai T statistik < T- tabel (1,96). Dengan demikian dapat
disimpulkan jika H2 ditolak dan H0 diterima yang berarti bahwa pada penelitian ini tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel omset (X2) terhadap Kepatuhan wajib pajak restoran (Y) beserta
indikator-indikatornya.
c. Hasil Uji Hipotesis Ketiga (H3)
Tabel diatas menunjukkan hasil pada penelitian ini sesuai dengan perhitungan bootstrapping yang
mendapatkan hasil nilai T statistik sebesar 2,518 yang menunjukkan bahwa nilai T statistik ini > T tabel
32
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

(1,96), pada nilai sampel asli sebesar 0,288 yang menunjukkan bahwa hubungan kualitas pelayanan (X3)
dengan kepatuhan wajib pajak (Y) adalah positif yang berarti bahwa H3 diterima dan H0 ditolak, yang
menunjukkan bahwa pada penelitian ini variabel kualitas pelayanan (X3) memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak restoran (Y) dengan indikator-indikatornya yang signifikan.
d. Hasil Uji Hipotesis Keempat (H4)
Pada tabel diatas menunjukkan. Pada nilai sampel asli menunjukkan nilai 0,468 positif , maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
pengaruh positif signifikan antara variabel sanksi pajak (X4) terhadap kepatuhan wajib pajak restoran (Y)
beserta indikator-indikatornya. Perolehan hasil nilai sampel asli dari masing-masing variabel pada tabel
diatas tertinggi yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak restoran (Y) adalah pada variabel sanksi pajak
(X4) sebesar 0,468. Menunjukkan bahwa variabel sanksi pajak (X4) ini sangat memiliki pengaruh yang lebih
tinggi dibandingkan variabel lainnya.

Uji predictice relevance


Hasil Perhitungan Blindfolding.

Sumber : output data primer yang diolah,2021

Tabel diatas memperlihatkan hasil perhitungan dari blindfolding dan mendapatkan hasil adalah
0,304, karena nilai menunjukkan angka lebih dari 0, maka dapat disimpulkan model tersebut memenuhi
relevansi prediktif, model memiliki rekontruksi yang baik, atau memiliki predictive relevan yang baik.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, meningkatnya
kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan.
Beberapa penyebabnya ialah minimnya informasi yang diberikan oleh pemerintah tentang
penggunaan dan fungsi pajak menurunkan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
restoran di Bangkalan, semakin tinggi pemenuhan kebutuhan seseorang semakin berkurangnya
kesadaran membayar kewajiban perpajakannya, semakin minim informasi penggunaan pajak yang
diberikan semakin berkurangnya kesadaran pada wajib pajak .
2. Omset/penghasilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan jadi
besar kecilnya suatu omset tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di
Bangkalan artinya bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan atau omset wajib pajak restoran
belum tentu tingkat kepatuhan membayar pajak semakin tinggi begitupun sebaliknya wajib pajak
cenderung menyembunyikan omset penjualannya karena menghindari pembayaran pajak yang
terlalu tinggi wajib pajak merasa keberatan dalam pembayaran pajaknya.
3. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan, semakin
meningkatnya suatu kualitas pelayanan yang di berikan oleh petugas maka akan semakin
meningkatkan kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak maka pemerintah harus meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas baik
dari segi sarana dan prasarana .

33
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

4. Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan. Semakin
tegasnya sanksi dibuat semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak, wajib pajak semakin patuh
dalam perpajakannya ketika memandang semakin tegasnya sanksi atau semakin tingginya sanksi
membuat wajib pajak merugi.
Saran yang dapat dipertimbangkan oleh Instansi yang berwenang dalam rangka peningkatan
kepatuhan wajib pajak restoran di Bangkalan kedepannya yaitu:
1. Guna meningkatkan pengetahuan wajib pajak pihak Badan Pendapatan Daerah Bangkalan ini lebih
gencar dalam mensosialisasikan pentingnya pajak bagi suatu pemerintahan, dan juga memberikan
penyuluhan rutin kepada wajib pajak yang buta akan pajak guna peningkatan pengetahuan akan
perpajakannya.
2. Peningkatan dalam kualitas pelayanan harus juga ditingkatkan di Bapenda bagi beberapa orang
peneliti yang akan melakukan penelitian guna pemberian saran dan masukan yang baik bagi
pemerintahan.
3. Jadwal petugas yang harus tepat waktu untuk pemenuhan kebutuhan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA
Anggara, aditya budi, & Sulistiyanti, U. (2017). Kepatuhan Pajak Usaha Mikro , Kecil dan Menengah di
Surakarta. Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, I(September 2017).
Arifin, A. H. (2019). Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kualitas Pelayanan dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Restoran di Kabupaten Magelang. Universitas Islam Indonesia.
Arum, H. P. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas. Jurnal Perpajakan (JEJAK).
Arviana, N. ; A. S. (2014). Pengaruh Pemahaman Peraturan, Omset, Pemeriksaan, Sanksi, Relasi Sosial, dan
Persaingan Usaha Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Mojokerto Tahun 2014. TAX &
ACCOUNTING REVIEW, 4(1), 9.
Badan Pendapatan Daerah Kab. Bangkalan. (n.d.). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2015-2019.
Badan Pusat Statistik. (2020). Produk Domestik Regional Bruto di Indonesia. BPS RI.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan. (2020). Kabupaten bangkalan dalam angka.
Darmawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dyan, F., & Venusita, L. (2013). Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif dan Kontrol Keperilakuan
Terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Surabya. Jurnal Akuntansi, 5(1), 59–74.
Ghozali, imam. (2012). Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0. Semarang: Universitas
Dipenogoro.
Jaya, I. B. M. I. K. J. (2016). Pengaruh Kesadaran, Kualitas Pelayanan,Pemeriksaan Dan Sanksi Perpajakan
Pada Kepatuhan Wajib Pajak Restoran. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(1), 30.
Katini, N. kadek O. Y. K. A. S. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan,
Pelayanan Fiskus, Sanksi Administrasi Pada Kepatuhan Wajib Pajak Restoran. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 19(1), 29.
Lesmana, D. ;Delfi P. M. (2017). Tax Compliance Ditinjau dari Theory of Planned Behavior (TPB): Studi
Empiris Pada Wajip Pajak Orang Pribadi dan Badan yang Terdaftar Pada KPP di Kota Palembang.
Jurnal InFestasi, 13(2), 13.
Lonto, M. P. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Kota Manado.
Journal of Technopreneurship on Economics and Business Review, 1(1), 10.
Manalu, D. ; A. N. dan A. S. (2016). Pengaruh Kesadara, Sanksi Perpajakan, Tingkat Pendidikan Dan
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melaporkan Pajak Restoran Di Kota
PekanBaru. JOM Fekon, 3(1), 15.
Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Muliari, N. K. (2020). Pengaruh Sosialisasi Pajak Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak dengan Kepatuhan
Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening. Riset Dan Jurnal Akuntansi, 4(2), 603.
https://doi.org/10.33395/owner.v4i2.289
Nugroho, A. (2016). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Perpajakan Wajib pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada KPP Semarang
Candi). Journal Of Accounting, 2(2).
Pemerintah Kabupaten Bangkalan. (2010). Peraturan Daerah Kab. Bangkalan Nomor 8 Tahun 2010. Bangkalan.
34
Sari, Asy’ari SNP Vol. 1 No.1 Tahun 2021

Permadi, Tedi; Azwir, Nasir dan Yunita, A. (2013). Studi Kemauan Membayar Pajak pada Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Jurnal Ekonomi, 21(2), 1–18.
Prakoso, A. G. W. S. I. Y. P. S. C. B. N. D. K. (2019). Pengaruh Kesadran dan Pengetahuan Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi Dan Ekonom FE. UN PGRI Kediri, 4(1), 17.
Putra, B. F. A. N. F. N. (2014). Analisis Efektifitas Penerimaan dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 10(1), 9.
Rahayu, D. puji. (2017). Penyebab Wajib Pajak Tidak Patuh. Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 231–246.
https://doi.org/10.22236/agregat
Resmi, S. (2007). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rizajayanti, D. S. (2017). Pengaruh Pemahaman PEraturan, Omset, Kualitas Pelayanan dan Sanksi
Terhapad Kepatuhan Wajib Pajak. JOM Fekon, 4(1), 14.
Runtuwunu, J. G. (2014). Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Kualitas Pelayanan terhadap kepuasan
Pengguna Cafe dan Resto Cabana Manado. EMBA, 2(3), 1803–1813.
Sucandra, L. K. I. P. N. L. S. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan Pajak Pengetahuan
Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Restoran. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 16(2), 28.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Trisnawati, N. L. M. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak
Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan di Kota Denpasar. Universitas Udayana Denpasar.
Yanto. (2020). Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Omset, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Hotel Dan Restoran Di Kabupaten Jepara. Jurnal Akuntansi Dan Perpajakan, 6(1), 13.
Yuliastuti, I. A. N. L. P. S. D. (2017). Analisis Efektivitas dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Denpasar. Jurnal Riset Akuntansi JUARA, 7(1), 12.
Yuliyanah, P. R., & Noviany, D. (2018). Pengaruh Omzet Penghasilan, Tarif pajak, Serta Self Assesment
System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tegal.
Multiplier, III(1).

35

Anda mungkin juga menyukai