Anda di halaman 1dari 2

Paras Menyahaja

Atas pengertian yang tak mentakrifkan

Kendati pengagih arti tetapi tak mengerti

Sekalian kirimkan puing-puing kebajikan

Walau sepuing cita tak bertinta

Ampuh luluhkan kebencian

dengan paras serta retakan kerinduan

Atas butiran pasir yang terhempas

Mata ini tak menyentuh butirannya

Tapi terpejam membancang rambang

Melingkupi ain yang berbinar

Tak embuh menetes

Membasahi rona bayang jiwa tak bersua

Yang mengajak berbincang tanpa balasan

Adakah penawar torehan kerinduan ?

Penawar slogan rindu

Kerap aku yang memulainya

Tanyakan kabar, biar sekejap berbincang

Keramahan, sungguh gerimis penuh kehangatan

Kebaikan, sungguh hujan dengan harapan


Senyuman, sungguh deras akan beribu kepalsuan

Masih ingat ?

Saat kau ajak daku meninjau peragaan wayang

Wiwitan kisah Bima dalam asmaraloka

Membabat rimba, ketangguhan, dan keberanian

Membuat raksasi mencintainya

Lalu Bima tak tampak ketulusan pada buruk rupanya

Walau beribu kasih, jatuh bersimpuh

Werkudara tak goyah

Ya ! Konon akhir kisah nan indah

Kau bilang ku harus maknakan kisah wayang Nusantara

Tapi kau ajak ku pulang sebelum pungkasan

Alurnya masih melekat pada benak

Berputar pada imajinasi tak menemui wangsulan

Melainkan temukan pintu awan realita

yang menghampiri muka pandanganku

Serupa Werkudara pada dirimu

Tapi, bukankah aku Arimbi mu ?

Anda mungkin juga menyukai