Anda di halaman 1dari 3

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN di KABUPATEN PANGANDARAN


SELF LEARNING

A. DESKRIPSI ISU AKTUAL

Di akhir tahun 2021, kabar pergantian kurikulum hangat diperbincangkan.


Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat yang selama ini diterapkan di sekolah akan
digantikan dengan kurikulum paradigma baru atau disebut sebagai kurikulum
merdeka. Alasan perubahan kurikulum dalam pendidikan biasanya didasarkan
pada evaluasi kurikulum yang telah diterapkan sebelumnya. Munculnya kurikulum
baru 2022 ini dipicu oleh kondisi pandemi dan juga kritik terhadap kurikulum 2013.
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek
untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin
parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta
didik, bahkan dalam hal yang mendasar seperti literasi membaca. Krisis belajar
juga ditandai oleh ketimpangan kualitas belajar yang lebar antar wilayah dan antar
kelompok sosial-ekonomi.

Tentu, pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan
melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai upaya penguatan
kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah daerah,
penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan pendanaan yang lebih adil.
Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum berpengaruh besar pada
apa yang diajarkan oleh guru, juga pada bagaimana materi tersebut diajarkan.
Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik akan mendorong dan
memudahkan guru untuk mengajar dengan lebih baik.

meskipun memiliki tujuan yang baik, program belajar ini belum sempurna untuk
dilakukan karena terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaannya, salah
satunya belum siapnya satuan Pendidikan dalam menerapkan kurikulum merdeka.
B. PENYEBAB TERJADI ISU

Ada beberapa kendala maupun penyebab tenaga Pendidik belum siap dalam
menerapkan kurikulum merdeka diantaranya.

1. Tantangan bagi guru yang pertama yaitu sulitnya keluar dari zona nyaman
sistem pembelajaran yang telah dilakukan selama ini. Biasanya sistem
pembelajaran dilakukan dengan memberikan materi, penjelasan atau
pemaparan kepada murid sebesar 60% dari seluruh waktu pembelajaran di
kelas. Hal tersebut tentu membuat siswa menjadi pasif di kelas karena
mereka hanya mendengarkan lalu mencatatnya. Dengan adanya program
merdeka belajar, maka sistem pembelajaran akan lebih aktif dengan
mengajak siswa berdiskusi dan memecahkan masalah bersama. Namun ini
menjadi tantangan besar bagi guru untuk untuk mengajak siswa berdiskusi,
mengingat siswa sudah nyaman dengan pembelajaran selama ini.

2. Karena Guru tidak memiliki pengalaman mengajar dengan program


merdeka belajar, maka hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi
mereka. Setidaknya terdapat dua kendala yang dirasakan oleh guru untuk
mengubah cara mengajar mereka, yang pertama yaitu tidak memiliki
pengalaman merdeka belajar, dan yang kedua mereka terbiasa
mendengarkan penjelasan dari guru pada saat sekolah atau kuliah.
Minimnya pengalaman personal guru dapat mempengaruhi cara mengajar
mereka di kelas.

3. keterbatasan referensi penyampaian materi, baik dalam teks pelajaran


maupun pada buku guru yang diterbitkan oleh pusat perbukuan atau
penerbit swasta. Karena keterbatasan referensi inilah yang membuat guru
sulit memperoleh rujukan penyampaian materi serta memfasilitasi
pembelajaran pada siswa dengan efektif. Baik buku yang dimiliki siswa
maupun guru dinilai masih rendah kualitasnya.

4. Program merdeka belajar dikhawatirkan dapat meningkatkan ketimpangan


pendidikan, lantaran terdapat beberapa sekolah yang mungkin belum siap
dengan kebebasan program tersebut. Hal tersebut dikarenakan minimnya
fasilitas serta kualitas guru untuk membuat sistem penilaian sendiri.
Tentunya ini menjadi tantangan besar yang harus dihadapi.

C. DAMPAK YANG TERJADI


1. Tidak tercapainya target pendidikan di awal penerapan
Hal ini biasanya disebabkan karena guru sebagai pendidik belum mampu
menerapkan kurikulum baru secara menyeluruh. Guru harus benar-benar
memahami kurikulum baru beserta komponen-komponennya jika ingin
menerapkannya dengan hasil yang diharapkan. Sebaik apapun kurikulum
baru yang dikembangkan, jika ujung tombaknya yaitu guru tidak mampu
mengejawantahkannya dalam proses belajar mengajar dengan baik maka
kurikulum tersebut tidak bisa berjalan lancar.
2. Sosialisasi penerapan kurikulum baru membutuhkan waktu
Perubahan kurikulum tentu saja membutuhan sosialisasi kepada guru-guru
yang merupakan pelaksana di lapangan. Kurikulum baru harus mampu
membuat semua guru memahami kurikulum baru supaya penerapan
kurikulum baru itu berhasil. Sosialisasi sangat penting untuk memberikan
pemahaman tentang tujuan, capaian yang ingin diraih, dan lain sebagainya
dari kurikulum baru. Jika sosialisasi gagal, maka harapan kurikulum akan
berhasil juga sangat kecil.

3. REKOMENDASI PENYELESAIAN

1. Dinas Pendidikan Kabupaten Pangandaran mengadakan BIMTEK


(Bimbingan Teknik) dengan para pengawas sekolah dan juga MKKS
(Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) sebagai wujud dari mendukung
terlaksananya kurikulum merdeka di satuan Pendidikan Kabupaten
Pangandaran.
2. Mengadakan sosialisasi dan bimbingan kepada para guru dengan
memberikan bekal-bekal pengetahuan seperti instrumen penilaian,
materi pembelajaran dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai