Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sifa Silfiani

NIM : P20620520037

Prodi : Profesi Ners

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Ridwan Kustiawan, Sp.Kep.J

Identifikasi Trend dan Issue Keperawatan Jiwa “Kekerasan pada Anak”

A. Trend dan Issue Keperawatan Jiwa


Trend pada anak
Pelecehan seksual pada anak adalah kenyataan yang menakutkan dan tidak
menyenangkan di dalam dunia yang tidak menentu ini harus dihadapi. Apalagi,
pengaruhnya atas anak-anak bisa menghancurkan psiokososial, tumbuh dan
berkembangnya di masa depan. Menurut berbagai penelitian, korban pelecehan seksual
adalah anak laki-laki dan perempuan berusia bayi sampai usia 18 tahun. Kebanyakan
pelakunya adalah orang yang mereka kenal dan percaya. Sebagai orangtua, sangat mutlak
harus melindungi anak di sekitarnya untuk terlindung dari bahaya pelecehan seksual pada
anak. Pendidikan seksual dan pemberian informasi tentang permasalahan pelecehan
seksual tampaknya dapat mencegah perilaku pelecehan seksual.Terdapat beberapa
informasi dan pengetahuan kepada anak yang perlu diberikan kepada anak agar terhindar
dari kekerasan seksual, sejak anak berusia 2-4 tahun. Pada awalnya, anak harus
dibritahukan agar jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing. Anak juga
harus selalu meminta izin orang tua jika akan pergi. “ Katakan pada anak bahwa mereka
harus segera melaporkan kepada bapak atau ibunya apabila ada orang yang menyentuh
alat kelamin atau tubuh mereka dengan cara yang tidak mereka sukai. Katakan juga agar
anak berteriak atau kabur jika merasa terancam oleh orang yang tak dikenal. Agar anak
dapat memahami bahwa orang lain dapat melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan
kepada dirinya berkaitan dengan perbuatan.
Kekerasan seksual pada anak sering muncul dalam berbagai kondisi dan lingkup sosial.
a. Kekerasan seksual dalam keluarga (Intrafamilial abuse). Mencakup kekerasan seksual
yang dilakukan dalam keluarga inti atau majemuk, dan dapat melibatkan teman dari
anggota keluarga, atau orang yang tinggal bersama dengan keluarga tersebut, atau
kenalan dekat dengan sepengetahuan keluarga. Kekerasan pada anak adopsi ataupun
anak tiri juga termasuk dalam lingukup ini.
b. Kekerasan seksual di luar keluarga (Extrafamilial abuse). Mencakup kekerasan yang
dilakukan oleh orang dewasa yang kenal dengan anak tersebut dari berbagai sumber,
seperti tetangga, teman, orangtua dari teman sekolah.
c. Institutional abuse.Kekerasan seksual dalam lingkup institusi tertentu seperti sekolah,
tempat penitipan anak, kamp berlibur, seperti kegiatan pramuka, dan organisasi
lainnya.
d. Kekerasan seksual oleh orang yang tidak dikenal (Street or stranger
abuse).Penyerangan pada anak-anak di tempat-tempat umum. seksual dan upaya anak
dapat memahami hal tersebut, pengenalan bagian tubuh kepada anak mutlak
dilakukan.
Issue Pada Anak
a) Isu dan Tantangan Perlindungan Anak di Indonesia
Setidaknya dalam kurun waktu dua dekade terakhir, isu tentang perlindungan
anak di Indonesia mulai menjadi konsen berbagai kalangan, baik nasional maupun
Internasional. Puncaknya pada pasca reformasi 1998 mulai bermunculan lembaga-
lembaga yang fokus pada advokasi dan perlindungan hak-hak anak. Namun, banyaknya
lembaga-lembaga yang konsen pada isu perlindungan anak tersebut belum mampu
memberikan angin segar dan solusi bagi terbentuknya zona aman dan nyaman bagi anak.
Berbagai praktik buruk yang mengancam hak- hak anak masih terjadi sampai saat ini.
Mulai dari masih banyaknya pekerja anak, perkawinan anak, anak berhadapan
dengan hukum (ABH), AKB, Anak dengan gizi buruk, kekerasan terhadap anak
(termasuk kekerasan seksual), trafficking dan sebagainya. Sebagaimana diketahui bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,
termasuk perlindungan terhadap hak-hak anak yang merupakan hak-hak asasi manusia.
Dalam UU Perlindungan Anak juga ditegaskan bahwa Anak adalah amanah dan karunia
Tuhan yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya (UU 23/2002). Integrated Planning Sebagai Langkah Konkrit Isu dan
tantangan perlindungan anak harus segera dijawab dengan membuat langkah-langkah
konkrit melalui perencanaan terpadu dan membangun sinergitas dengan berbagai instansi
terkait seperti Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Agama, Kementerian
Koordinator PMK, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, dan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan
Terhadap Perempuan dan Anak (P2TP2A) serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI).
Fakta tentang Trend dan Issue Kekerasan pada anak
Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tanggal 23 Juli. Namun pada
peringatan HAN 2022 ini masih saja ada kasus kekerasan pada anak yang terjadi di
Indonesia. Mirisnya, kekerasan pada anak-anak ini bahkan ada yang menimbulkan
korban jiwa. Dari data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(PPPA) mencatat setidaknya terjadi 11.952 kasus kekerasan anak yang tercatat Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) sepanjang tahun 2021.
Dari jumlah tersebut, paling banyak atau 1.138 kasus anak yang dilaporkan sebagai
korban kekerasan fisik dan atau psikis.

Analisis Evidence Based Practice Keperawatan Jiwa

Analisis Jurnal “Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Melalui Terapi


Generalis Halusinasi”

1. Judul Penelitian
“Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Melalui Terapi Generalis
Halusinasi”
2. Peneliti
Livana PH, Rihadini, Kandar, Titik Suerni, Sujarwo, Anita Maya, Arief Nugroho
3. Ringkasan Jurnal
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan klien yang merasa dirinya tidak
diterima oleh lingkungan, gagal dalam usahanya, tidak bisa mengontrol emosinya,
dan membuat klien terganggu atau terancam dan mengubah perilaku klien dengan
ditandai adanya halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan
berpikir serta tingkahlaku yang aneh. Gangguan jiwa berat dikenal dengan
sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Angka pasien
skizofrenia Sedang tinggi mencapai 1/1000 penduduk, sebagai perbandingan,di
indonesia bila pada PJPT II,3/1000 penduduk,bahkan bisa lebih besar lagi.
Strategi pelaksanaan terapi generalis untuk pasien dengan halusinasi yaitu
dengan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
selanjutnya mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas terjadwal dan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan meminum
obat.
4. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi melalui terapi generalis halusinasi.
5. Kesimpulan Penelitian
Ada peningkatan kemampuan pasien halusinasi sebesar 48% sebelum dan
sesudah diberikan terapi generalis dengan cara melatih ingatan dan kemampuan
pasien untuk mengontrol halusinasinya. Hasil analisis bivariate menunjukkan ada
pengaruh pemberian terapi generalis terhadap tingkat kemampuan pasien
halusinasi dengan nilai p = 0,03 (P value < 0,05).
6. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
a. Kelebihan
1) Terdapat kelompok intervensi dan kelompok intervensi,
2) Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latar 
belakang dari permasalahan mengapa dibuatnya sampai mendeskripsikan
step by step strategi pelaksanaan terapi
3) Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan penulisan
Jurnal.
4) Kata yang digunakan juga dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai
dengan Kamus EYD Bahasa Indonesia.
5) Menyertakan Daftar Pustaka.
6) Terdapat pembahasan hasil dari penelitian secara rinci yang diperoleh
bahwa Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
dan psikomotor pasien dalam mengonntrol halusinasi dengan memberikan
standar asuhan keperawatan yaitu melatih ingatan dan kemampuan pasien
untuk mengontrol halusinasi dengan membantu pasien mengenal
halusinasi yang dialaminya
7) Terbukti dari hasil penelitian pada kelompok intervensi pada pasien
skizofrenia menunjukkan bahwa mayoritas kemampuan responden Sedang
dan kurang sebelum pemberian terapi generalis menjadi berkemampuan
baik sesudah pemberian terapi generalis. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ada pengaruh pemberian terapi generalis terhadap kemampuan
pasien halusinasi dalam mengatasinya halusinasinya dengan persentase
peningkatan 64%.
b. Kekurangan
1) Tidak dijelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efek terapi
generalis halusinasi
2) Jurnal ini tidak terlalu membahas cara mengatasi halusinasi selain
pendengaran

Anda mungkin juga menyukai